JAKARTA (RA) – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus mendorong kepesertaan program pertukaran mahasiswa di dalam dan luar negeri (LN). Tahun ini untuk program pertukaran ke LN, disediakan hingga seribu kuota.
Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Ditjen Dikti Kemendikbud Aris Junaidi menuturkan, program Indonesia International Student Mobility Awards (IISMA) itu digagas guna memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk merasakan atmosfer pembelajaran di LN. Terutama, kampus-kampus ternama yang berada di LN.
Mahasiswa yang mengikuti program itu akan belajar selama satu semester di sana dengan konversi setara 20 SKS atau kira-kira 3 sampai 4 mata kuliah.
”Kesempatan ini bisa dimaksimalkan seoptimal mungkin oleh mahasiswa untuk menimba ilmu,” ujarnya kemarin (13/4).
Bagi yang mengikuti program pertukaran mahasiswa ke LN itu, seluruh kebutuhannya akan ditanggung Kemendikbud. Mulai tuition fee, book allowance, settlement dan living allowance, health insurance, transportasi, visa, hingga emergency fund. ”Tentunya, kesempatan ini diberikan kepada mahasiswa yang memenuhi kualifikasi persyaratan yang berlaku,” ungkapnya.
Sejauh ini, Kemendikbud melalui Subpokja Pertukaran Mahasiswa LN telah melakukan penjajakan kerja sama dengan berbagai universitas di Amerika dan Kanada. Penjajakan calon mitra itu dilakukan secara daring kemarin (13/4). Menurut Aris, universitas yang berminat menjadi calon mitra diharuskan mengirim proposal yang berisi program/kegiatan yang akan diikuti mahasiswa Indonesia di sana. Proposal tersebut juga harus disertai ketentuan lainnya, seperti pembiayaan, mata pelajaran, dan sebagainya.
Ketua Subpokja Mobilitas Internasional Mahasiswa Indonesia Junaidi menambahkan, melalui program itu, mahasiswa diharapkan tidak hanya memiliki pengalaman belajar di kampus ternama di LN. Tapi, juga memiliki kesempatan untuk mengambil mata kuliah pilihan serta kegiatan-kegiatan yang bisa jadi bekal berharga.
Dalam kondisi pandemi saat ini, Kemendikbud berharap mahasiswa Indonesia masih bisa berangkat ke negara universitas tujuan. Meski, kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara daring.
Dengan berangkat ke sana, mahasiswa tidak hanya memiliki pengalaman belajar di kelas internasional. Tapi, juga pengalaman tinggal di LN. Dengan demikian, mereka bisa memiliki banyak bekal untuk masa depan kelak.
Rencananya, program tersebut dimulai September hingga Desember 2021. Mahasiswa semester IV sampai VII di perguruan tinggi di bawah Ditjen Dikti yang berminat dapat mulai menyiapkan diri. Salah satunya, menyiapkan hasil tes bahasa Inggris yang diakui internasional seperti TOEFL, IBT, dan IELTS serta berkonsultasi dengan kantor urusan internasional atau unit sejenis di perguruan tinggi masing-masing. Sistem aplikasi online direncanakan beroperasi pada Mei. (jpg/ra)