Harianrakyataceh.com – Untuk menjadi kapten di tim seperti Persija Jakarta, diperlukan mental yang kuat. Sebab, tim ibu kota itu sering kali mendapat tekanan saat pertandingan. Baik di dalam maupun di luar lapangan.
Nah, posisi Andritany Ardhiyasa sebagai kiper membuatnya harus bekerja lebih ekstra. Sebab, hanya kaptenlah yang berhak memprotes keputusan wasit saat berada di dalam lapangan.
Bagol –sapaan Andritany– begitu cekatan menghampiri wasit jika ada keributan antar pemain. Sekalipun, posisinya sangat jauh dari area gawang yang dijaganya. Bagol mengakui bahwa menjadi kapten cukup sulit.
Namun, dia mengambil ilmu dari para seniornya yang pernah menjadi kapten. Bambang ”Bepe” Pamungkas merupakan sosok kapten panutannya. ”Ya, saya sebenarnya belajar banyak dari Bepe pas jadi kapten. Dia sering kasih tahu,” ungkapnya.
Salah satu pelajaran yang didapat dari sosok Bepe adalah kesabaran dan cara menenangkan para pemain saat tensi pertandingan memanas. Itulah yang terjadi saat Persija menghadapi Persib Bandung di laga final leg kedua.
Marco Motta mendapat ”guntingan” dari Bayu Fiqri. Saat itu Bayu sudah mendapatkan kartu kuning pertama dan akhirnya memperoleh kartu merah. Para pemain Persib Bandung sontak memprotes kebijakan wasit yang memimpin pertandingan.
”Kemarin kartu merah (Bayu Fiqri) saya tak protes wasit. Saya hanya panggil pemain agar tak terprovokasi karena mereka sedang provokasi kita,” ceritanya. ”Takutnya malah teman saya juga kena kartu,” lanjutnya.
Selain di dalam lapangan, Bagol belajar tentang public speaking untuk bisa menyemangati para pemain sebelum pertandingan. Kata-kata mutiara sering dilontarkannya untuk membakar semangat para koleganya. Lagi-lagi, belajar untuk menjadi penyemangat didapatnya dari Bepe. (JPG/rif)