HARIANRAKYATACEH.COM – Hujan deras dan angin kencang landa wilayah Kabupaten Simeulue, sejak pukul 03:00 WIB, Senin (17/5) sehingga menyebabkan terjadi banjir dan longsor di sejumlah titik di 10 Kecamatan.
Hujan deras dan angin kencang hingga saat ini belum ada tanda-tanda untuk reda, dan diminta kepada puluhan ribu warga Simeulue tidak panik dan waspadai potensi bencana alam susulan serta warga juga diharapkan tidak bepergian jauh.
Hal itu dijelaskan Bupati Simeulue Erli Hasyim didamping pejabat terasnya, sejak pagi hingga sore harinya masih gerilya meninjau sejumlah lokasi titik banjir yang dinilai parah, kepada Harian Rakyat Aceh, Senin (17/5).
“Sejak semalam hingga sore ini hujan deras dan angin kencang masih berlanjut, sehingga terjadi banjir dan longsor di sejumlah wilayah. Kita minta masyarakat tidak panik dan waspadai potensi bencana susulan serta kita harapkan warga supaya tidak jauh keluar dari rumah”, tegasnya.
Langkah-langkah dilakukan Pemerintah Kabupaten Simeulue sebut Erli Hasyim, telah siapkan bantuan serta juga pihak desa harus alokasikan anggarannya untuk kepentingan bencana alam dan persiapkan dapur umum disejumlah titik lokasi bencana yang terparah.
Disebabkan hujan deras dan angin kencang masih berlangsung sehingga pihak BPBD Simeulue, belum dapat pastikan dampak bencana alam tersebut, meskipun banjir telah merendam pemukiman dan puluhan rumah warga disejumlah wilayah dan sebahagian mulai berangsur surut.
Sementara longsor terjadi di lintasan pegunungan Teluk Dalam yang menghubungkan Kecamatan Simeulue Barat, hingga saat ini belum dapat dilintasi sehingga harus menggunakan jalur lintasan dari Desa Lauke, Kecamatan Simeulue Tengah ke Teluk Dalam dan Kecamatan Simeulue Barat.
Satu unit jembatan ambruk diterjang banjir dikawasan Kecamatan Salang, yang menghubungkan ke Kecamatan Alafan, serta juga termasuk transportasi laut ditunda jadwal keberangkatan kapal feri, yang direncanakan hari ini batal berlayar dari pulau Simeulue ke pulau Sumatera.
Informasi Harian Rakyat Aceh dari Jaswir Camat Simeulue, banjir juga telah merendam sekitar 100 hektar areal saha petani yang berusia sekitar 1,5 bulan, dengan estimasi kerugian persatu hektar sekitar Rp 1,5 juta.
Dampak bencana alam tersebut diminta Pemerintah Kabupaten Simeulue untuk tidak luput untuk mengawasi kestabilan harga sembako. Hal itu disampaikan Syahrus Tomi (43) warga Kecamatan Simeulue Timur, kepada Harian Rakyat Aceh.
“Kita minta pemerintah untuk mengawasi dan kontrol harga sembako akibat dampak putusnya transportasi karena bencana alam ini, sebab bila harga tidak dikontrol bakal menimbulkan bencana yang lebih luas”, katanya.
Sementara dengan terjadinya bencana alam dan bakal terjadi dampak bencana ekonomi itu juga diharapkan tidak lagi dianggap bencana musiman, sehingga eksekutif dan legislatif serta BUMN yang ada di Simeulue harus lebih ekstra merencanakan penanggulangan untuk jangka panjang.
“Jangan lagilah menjadi bencana musiman, bencana ini sudah berulang kali dilokasi yang sama, kasihan masyarakat dan daerah ini harus lebih ekstra untuk penanganan dan penanggulangannya, harus dipikirkan oleh legislatif, eksekutif dan BUMN yang ada di Simeulue”, kata Sumardi (44), warga aktivis Peduli Simeulue. (ahi/min).