HARIANRAKYATACEH.COM – Dokter Spesialis Urologi Siloam Hospitals ASRI Dr. dr. Irfan Wahyudi, Sp.U (K) mengatakan kelainan bawaan genitalia merupakan kelainan yang cukup sering terjadi. Pada anak laki-laki, kelainan genital umumnya terbagi menjadi dua jenis, yakni pada penis dan buah zakar.
“Untuk kelainan pada penis, variasi kelainannya meliputi kulit penis menutupi lubang kencing (fimosis), ukuran penis kecil (mikropenis), penis tidak muncul (buried penis), serta lubang penis tidak pada tempatnya (hipospadia). Sedangkan kelainan pada buah zakar kasusnya seperti buah zakar yang tidak turun dan retraktil testis,” katanya dalam webinar,” katanya dalam webinar kesehatan, seperti dikutip dari Antara.
Mikropenis
Mikropenis merupakan kondisi di mana penis memiliki ukuran yang lebih kecil (-2,5 dari standar deviasi) dari rentang panjang penis normal sejak bayi atau anak. Kondisi mikropenis jarang ditemukan, karena secara global ditemukan hanya sekitar 0,6 persen laki -laki yang mengalami kondisi mikropenis.
Mikropenis terjadi dengan sendirinya, tetapi kondisi mikropenis dapat disertai dengan penyakit lainnya. Mikropenis dapat terjadi pada anak jika orang tua memiliki keturunan penyakit kelainan hormon (kondisi bawaan) yang dapat memengaruhi pertumbuhan organ genital pada anak.
Gejala utama dari kondisi mikropenis adalah panjang penis kurang dari 1.9 cm pada bayi yang baru lahir, padahal seharusnya panjang penis pada umumnya adalah 3.5 cm. Terdapat berbagai rentang ukuran panjang penis yang normal sesuai dengan usia.
Untuk mendiagnosis mikropenis, penis diukur saat sedang tidak ereksi. Saat pengukuran, penis harus ditarik dan dihitung panjangnya mulai dari pangkal batang penis sampai ke bagian ujung.
Tujuan terapi atau pengobatan adalah memberikan body image yang baik, memungkinkan pasien melakukan fungsi seksual yang normal dan dapat berkemih dalam posisi berdiri. Terapi yang dapat dilakukan pada kondisi mikropenis adalah terapi hormon testosteron, dapat berupa suntikan atau gel/salep. Selain itu, pasien bisa menjalani operasi bila terapi medis tidak berbuah hasil signifikan. Operasi rekonstruksi (phalloplasty) pada anak merupakan tindakan yang rumit dan berisiko. Timing operasi phalloplasty ini dilakukan pada anak remaja dan dewasa.
Fimosis
Fimosis merupakan kondisi dimana kulup penis menutupi lubang kencing dan dapat terjadi secara natural. Pada anak laki-laki di bawah usia 3 tahun, biasanya sulit untuk menarik kembali kulup penis. Namun, pada laki-laki yang lebih tua, fimosis sering kali dipicu oleh infeksi di bawah kulup (balanitis) atau oleh kondisi medis lain seperti diabetes. Gejala fimosis meliputi ketidakmampuan untuk menarik kulup penis, nyeri pada penis, pembengkakan dan kemerahan pada penis, dan munculnya luka.
Kasus kulit penis menutupi lubang kencing atau fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir masih dianggap sebagai kasus normal sampai usia anak 3 tahun. Seiring perkembangan usia, pada 90 persen anak laki-laki dengan fimosis, lubang kencing tersebut akan terbuka dan terlihat. “Orang tua tidak perlu terlalu khawatir, tetapi terus melakukan pemeriksaan genital anak,” katanya.
Namun, jika pada fase tersebut timbul infeksi, sulit kencing, sampai membentuk balon gelembung saat anak buang air kecil, orang tua harus segera membawa anaknya ke dokter. Pengobatannya dengan cara memaparkan lubang kencing dari penempelan kulit penis dan memberikan salep. Jika upaya ini tidak efektif, perlu dilakukan sunat.
Penis “tenggelam” (buried penis)
Buried Penis merupakan kelainan genitalia yang dapat terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa. Anak laki-laki dan pria dengan penis yang tenggelam menderita kondisi dimana penis tersembunyi di bawah kulit perut, paha atau skrotum. Kasus penis tenggelam ini dapat terjadi pada bayi yang baru lahir dan juga orang dewasa.
Namun lebih sering terjadi pada bayi dan balita. Orangtua biasanya menduga penis anaknya kecil, padahal sebenarnya tenggelam atau tertarik oleh jaringan di bawah kulit. Pada bayi dan balita, penyebab terjadinya penis tenggelam dapat disebabkan karena ligamen yang menyambungkan penis ke struktur di bawahnya, lebih lemah dari biasanya.\
Pada orang dewasa, penis tenggelam dapat terjadinya karena morbid obesity yaitu di mana adanya lemak yang berlebih di sekitar area perut dan area genital yang mengakibatkan penis menjadi tenggelam. Adanya pembengkakan di sekitar area skrotum karena pengumpulan cairan getah bening juga dapat menyebabkan penis terkubur di dalam jaringan.
Perawatan untuk penis tenggelam tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Pada bayi dan anak-anak, terkadang kondisinya hilang dengan sendirinya. Jika penis tenggelam terjadi pada pria dewasa atau tidak sembuh dengan sendirinya pada anak-anak, maka diperlukan pembedahan untuk mengobatinya.
Selain pembedahan, pengobatan yang dapat dilakukan untuk penis tenggelam adalah dengan mengonsumsi obat dari dokter apabila terjadi infeksi di sekitar area genital. Untuk penderita penis tenggelam yang disebabkan oleh obesitas, dianjurkan untuk mengurangi berat badan sebelum melakukan operasi agar tidak terjadi komplikasi saat dan sesudah operasi.
Pengobatannya juga bisa dengan sunat, tetapi berbeda dengan sunat pada umumnya, karena memerlukan teknik rekonstruksi khusus dengan cara membebaskan bagian yang menarik penis agar lepas.
Testis tidak turun (undescensus testis atau kriptorkismus)
Testis tidak turun merupakan salah satu kelainan bawaan yang paling umum terjadi pada alat genital laki-laki. Testis yang tidak turun adalah kondisi tidak terabanya testis di dalam salah satu atau kedua skrotum yang diakibatkan oleh kegagalan penurunan testis dari dalam perut ke skrotum.
Sejak dalam kandungan, testis berada di dalam perut. Seiring perjalanan waktu, testis akan turun ke dalam kantong menjelang minggu-minggu kelahiran. Jika prosesnya terganggu, testis akan tertahan di posisi yang tidak seharusnya. Kantong zakar kanan dan kiri berbeda karena satu terisi dan satunya kosong.
Faktor yang meningkatkan risiko testis tidak turun pada bayi baru lahir meliputi bayi lahir prematur, berat badan lahir rendah, punya riwayat keluarga dengan kelainan testis tidak turun atau perkembangan genital lain, kondisi janin yang bisa menghambat pertumbuhan seperti Down Syndrome, ibu mengonsumsi alkohol saat hamil, ibu merokok atau terpapar asap rokok saat hamil juga terpapar pestisida selama hamil.
Terapi yang bisa dilakukan meliputi operasi dan terapi hormon dengan menyuntikkan human chorionic gonadotropin (HCG). Hormon ini dapat menyebabkan testis berpindah ke skrotum. Terapi hormon biasanya tidak dianjurkan karena kurang efektif dibandingkan dengan pembedahan.
Retraktil testis
Pada retraktil testis, testis dapat naik turun, kadang berada di dalam kantong zakar, kadang naik. Kondisi itu biasanya membaik dengan sendirinya. Meski begitu, volume dan ukuran testis perlu dipantau setahun sekali. Dengan bertambahnya usia, diharapkan volume testis juga bertambah. (*)
Editor : Dinarsa Kurniawan
Reporter : Antara