MEUREUDU (RA) – Semua muara sungai atau babah kuala di Pidie Jaya dangkal. Akibatnya, nelayan kesulitan ketika hendak melaut. Alternatif yang ditempuh adalah dengan menunggu air pasang. Ada juga sebagian mereka yang terpaksa harus menambatkan bot nya di bibir pantai.
Abdul Hamid Husen, Panglima Laot setempat menyebutkan, kendati persoalan tersebut sudah lama, namun hingga kini belum ada kepedulian pemerintah. Padahal, permohonan sudah beberapa kali disampaikan.
”Mandum kuala kabeuh dheue. Hana soue peuduli le keu kamoue nelayan (Semua muara kini dangkal. Tidak ada lagi yang peduli kepada kami nelayan),” sebut Abu Hamid.
Ditambahkan, betapa sedihnya nasib nelayan selama ini. Sudah hasil tangkapan menurun drastis bahkan ada yang pulang dengan tangan kosong karena angin kencang disusul gelombang tinggi, babah kuala juga dangkal.
Panglima Laot merincikan, bahwa ke enam muara sungai di Pidie Jaya dan semuanya dangkal yaitu, Kuala Kiran, Kuala Ulim, Kuala Meureudu, Kuala Beuracan, Kuala Panteraja dan Kuala Trienggadeng. Untuk mengeruk secara manual sama sekali tidak memungkinan. Bahkan, babah Kuala Kiran Kecamatan Jangkabuya yang beberapa tahun lalu pernah dikeruk secara gotong royong nelayan hanya sia-sia.
Lebih parah lagi dialami nelayan Ulim. Pasalnya, muara sungai yang seharusnya posisinya lurus kearah utara, tapi sudah sekian tahun berpindah atau menjurus ke wilayah timur menyisir sepanjang lahan pertambakan warga hingga ke Pasi Aron Jangkabuya diperkirakan berjarak lebih satu kilometer. Beberapa nelayan Ulim, Meureudu, Meurahdua dan Jangkabuya yang ditanya Rakyat Aceh terpisah dalam sepekan terakhir mengaku mereka mengeluh lantaran dangkalnya muara sungai.
Kabid Kelautan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Pidie Jaya, Yulizar ST yang ditanya wartawan harian ini, Jumat (1/10) membenarkan, berdasarkan laporan yang diterima sejumlah babah kuala dangkal dan nelayan mengeluh. Seperti halnya Kuala Krueng Ulium.
Menindaklanjuti laporan tersebut, lanjut Yulizar, dalam waktu dekat pihak dinas akan meninjau ke lapangan dan akan membuat laporan ke pemkab atau instansi terkait di provinsi.
“Kami akan turun ke lapangan untuk meninjaunya,” kata Yulizar.
Kecuali itu, Abu Laot Pasi Aron, Baihaqi, kepada Rakyat Aceh menyebutkan, saat ini kondisi balai nelayan di wilayahnya sudah uzur dan banyak yang sudah rusak dimakan usia.
Karenanya butuh rehabilitasi. Dengan kondisi perekonomian nelayan saat ini yang hanya pas-pasan, rasanya tak mungkin merehab balai dimaksud. Karenanya, ia berharap perhatian dinas terkait untuk memperbaikinya. (mag87/rus).
Teks Foto :