HARIANRAKYATACEH.COM – Guru Raudhatul Athfal (RA) di Kabupaten Aceh Tamiang minta kepada pemerintah daerah setempat agar disetarakan dan mendapat kesempatan yang sama dengan guru-guru lain seperti sekolah TK di bawah naungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Tamiang.
“Selama ini ada kesenjangan sosial antara guru RA dan TK. Kami jarang dilibatkan oleh dinas pendidikan setiap ada kegiatan seperti pelatihan, lomba guru bahkan tidak pernah dapat bantuan apa pun,” kata Ketua Ikatan Guru Raudhatul Athfal (IGRA) Aceh Tamiang, Fairil Hanim di Aceh Tamiang, Jumat (3/12/2021).
Permintaan Ketua IGRA Aceh Tamiang tersebut ditujukan kepada anggota DPRK Aceh Tamiang Erawati Is saat menggelar reses di daerah pemilihannya (Dapil II) untuk menyerap aspirasi para guru RA se-Aceh Tamiang.
Fairil Hanim mengemukakan para anggotanya (guru RA) juga butuh pelatihan untuk peningkatan SDM seperti halnya guru TK, kerena mereka juga tergabung dalam organisasi IGTKI.
“Kita juga butuh perhatian dinas pendidikan, kami minta tolong setiap ada pelatihan paling tidak perbandingannya kalau 20 dari dinas satu perwakilan dari kami (guru RA) itu yang saya minta,” ujar Fairil.
Menurut Fairil Hanim perjalanan Raudhatul Athfal di Aceh Tamiang berdiri sejak 2004. Saat ini sudah ada 38 sekolah RA swasta yang memiliki izin tersebar di 12 kecamatan. Sedangkan jumlah guru RA mencapai 130 orang berstatus bakti.
“Jumlah murid RA sudah 2.000 lebih, yang paling banyak di Kecamatan Rantau dan Bandar Pusaka. Setiap siswa lulusan RA minimal hafal 10 hadis metode gerakan,” pungkasnya.
Anggota DPRK Aceh Tamiang Erawati Is menyatakan meski perkembangan sekolah RA di Aceh Tamiang sudah berjalan bagus namun mirisnya pemerintah daerah seperti tidak mengakui keberadaan sekolah berbasis agama tersebut.
Padahal ungkap Erawati, visi misi bupati dan wakil bupati Aceh Tamiang salah satunya menuju masyarakat Islami, religius yang sejahtera. Program prioritasnya yaitu peningkatan pendidikan agama bagi anak usia dini.
“Tapi guru RA di Aceh Tamiang terkesan dianaktirikan. Padahal yang mereka didik juga anak-anak Aceh Tamiang, sama dengan sekolah TK dan SD,” sebut Erawati.
Dikatakan Erawati animo masayarakat menyekolahkan anaknya di RA sudah tinggi. Namun saat ini para guru RA mengeluh butuh pelatihan untuk peninkatan kapasitas guru. Masa reses Sekretaris Komisi III ini pun akan difokuskan untuk menyerap aspirasi para guru terutama yang berstatus bakti dan kontrak.
“Dalam reses saya tadi mereka (guru RA) minta pelatihan pembuatan alat peraga edukatif dan pelatihan metode bercerita atau mendongeng tentang sejarah Islami. Saya akan kawal aspirasi guru RA ini di pembahasan APBK Perubahan 2022 atau APBK murni tahun 2023,” kata politisi partai Golkar ini. (ddh)