
HARIANRAKYATACEH.COM I GAYO LUES – Lihatlah jalan menuju rumah yang sangat sederhana itu, begitu sempit tak lebih dari jalan setapak.
Langkah demi langkahpun tak luput dari genangan lumpur. Dinginnya udara perbukitan dan gelapnya malam tanpa bintang menambah suram perjalanan menuju rumah itu.
Melewati kebun bawang merah, kebun jagung hingga sawah. Setelah 15 menit berjalan kaki ditemani cahaya senter akhirnya terlihatlah rumah mungil yang terletak tepat di tepi sawah.
Rumah mungil sangat sederhana yang berlokasi di Desa Rema Kecamatan Kuta Panjang Kabupaten Gayo Lues tersebut adalah milik keluarga Ramadan.
Ramadan hanya mampu memberikan tempat tinggal berupa rumah papan ala kadarnya. Sejauh mata memandang tak terlihat sofa apalagi televisi sebagai hiburan keluarga.
Karena sehari – harinya pria berusia 30 tahun itu hanya mengandalkan upah sebagai pekerja serabutan di kebun warga yang membutuhkan tenaganya.
Mulai dari memotong Serai, menanam bibit cabe hingga mencangkul dari pagi hingga petang, semua dilakukannya demi mendapat upah yang jauh dibawah UMR Kabupaten Gayo Lues.
Jika banyak yang membutuhkan tenaganya, Ramadan bisa mendapatkan upah hingga Rp 500.000 perbulan. Namun jika sepi pekerjaan, dia harus mencukupi kebutuhan istri dan seorang anak perempuannya yang berusia 5 tahun dengan total penghasilan Rp. 300.000 perbulan.
Bisa makan nasi dengan lauk terong sambal atau sayur rebus saja sudah sangat nikmat apalagi jika bisa makan dengan lauk ikan, sungguh sebuah kemewahan.
Bisa mempunyai Kwh Meter listrik sendiri rasanya seperti mimpi. Dan ternyata mimpi itu dijadikan kenyataan oleh misi kemanusiaan PT. PLN ( Persero ) Bantuan TJSL Program PLN Mobile Virtual Charity RUN & RIDE 2021.
Pada Bulan November 2021 sebanyak 67 rumah keluarga kurang mampu di wilayah Kabupaten Gayo Lues diberikan bantuan sambungan listrik gratis yang diharapkan dapat meringankan beban mereka. Doa Iyah istri Ramadan yang tengah hamil 9 bulan diijabah Sang Maha Pendengar.
Setiap hari Iyah berdoa agar kelak bayinya lahir ke dunia, tak menangis dalam gelap gulitanya malam. Harapan Iyah sangat sederhana, dia berharap buah hatinya merasa nyaman dengan penerangan lampu di malam hari.
Tak merasa ketakutan di kelamnya malam. Dan setidaknya saat mengganti popok bayinya, dia tak kesusahan bergelap – gelapan.
Kini rumah mungil yang tampak setitik di bawah kaki seribu bukit itu lebih mudah ditemukan. Karena walau ia tampak setitik, namun bercahaya di malam hari. Cahaya listrik PLN membuatnya bersinar walaupun dari kejauhan. (ra)