Tim Gabungan Bongkar Lapak Dagangan

Tim penertiban terpadu pemkab Pijay, dalam aksinya, Kamis (16/12) mengumpulkan barang dagangan yang dijaja di badan jalan protokol Meureudu.Rakyat Aceh/abdullah gani

MEUREUDU (RA) – Tim gabungan yang terdiri dari, Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop & UKM), Satpol PP & WH, Dinas Perhubungan , camat/anggota muspika serta Keuchik Kota Meureudu, Kamis (16/12) menertibkan pedagang yang mangkal di jalan Protokol. Aksi yang berlangsung sekitar tiga jam mendapat protes keras dari beberapa pedagang.

Lapak dagangan yang ditertibkan adalah, sepanjang jalan protokol mulai dari depan Mapolsek hingga Simpang Jalan Revolusi atau jalan arah ke Pantai Manohara kurang lebih 30 pedagang.

Kadis Perindagkop & UKM Pidie Jaya, Rizal Fikar, ST mengatakan, tim tidak melarang mereka berjualan. Hanya saja, dagangannya sudah menyita badan jalan. Sehingga mengganggu arus lalu lintas.

“Kami tidak melarang mereka mencari rezeki. Tapi janganlah berjualan hingga meluber ke jalan,” sebut Rizal.

Sementara pedagang menilai, tim pilih kasih dalam bertindak. Buktinya, ada salah satu lapak yang tidak dibongkar, kecuali hanya memindahkan barang yang meluber ke jalan. Sedangkan lainnya secara membabi buta mengerayangi dagangan plus tenda. Bahkan barang dagangan termasuk peralatan berjualan seperti lemari langsung dinaikkan ke truk. Protes keras dilancarkan seorang pedagang yang mangkal depan kantor camat. Pasangan suami isteri (pasutri) secara bergantian mengecam petugas.

Anehnya, sekitar satu jam pasca penertiban, beberapa pedagang kembali memasang tenda untuk berjualan.

“Lageue meue en-meu en. Peu dijaktham kamoue mita raseki. Urueng droue neuh mangat na gaji dari pemerintah. Kamoue meunyoe hana mekat, hana peu meupajoh hai bapak hai (seperti main-main saja. Untuk apa dilarang kami cari rezeki. Orang kalian enak ada gaji dari pemerintah. Kami jika tidak berjualan, mau makan apa hai bapak-bapak,red),” teriak seorang pedagang buah-buahan jalan depan kantor camat setempat. Pedagang juga menilai pemerintah pilih kasih dalam aksi tersebut.

Besi tegang akhirnya terhenti menyusul bubarnya tim karena jelang zuhur. Beberapa warga yang melintas di jalan tersebut mendukung aksi yang dilakukan tim. Ada juga yang mengomentari, jika digusur hendaknya mereka disediakan lokasi lain.

Camat Meureudu, Drs Jailani, MM kepada Rakyat Aceh menyebutkan, pihaknya bersama anggota muspika setempat sudah beberapa kali menegur baik melalui surat maupun secara lisan agar tidak berjualan di pinggiran jalan karena resikonya besar terhadap pengguna jalan.

“Kalau pun berjualan hendaknya ditaati seperti tidak menyita badan jalan. Bahkan, sepanduk jadwal berjualan sudah ada,” jelasnya.

Kata dia, para pedagang sama sekali tidak mengindahkannya. Mereka berjualan di lokasi terlarang, petangnya juga meninggalkan sampah.

“Kami muspika sudah pernah mengingatkan mereka, tapi mereka tak peduli sama sekali,” ucap Camat Meureudu.

Camat menambahkan, bahwa penertiban akan terus berlanjut hingga ujung jembatan Krueng Meureudu atau tepatnya depan Koramil. Apa yang dilakukan itu bukan atas kehendak tim, tetapi tujuannya untuk kemuslihatan bersama. (age/rus)