HARIANRAKYATACEH.COM – Provinsi Aceh diminta terus memacu pembangunan dan pertumbuhan ekonomi untuk meningkatkan perputaran perekonomian. Untuk itu, Aceh perlu investor.
Hal ini disampaikan pengamat Ekonomi Aceh, Dr Amri. M.si, kepada wartawan, Kamis (23/12/21).
Dikatakan, investor adalah orang kaya yang mau menanamkan sejumlah modal untuk berusaha di suatu tempat.
“Begitu juga di provinsi Aceh,” ujar mantan Sekretaris Magister Manajemen Program Pascasarjana USK ini.
Sambungnya, siapa yang datang ke Aceh membawa uang untuk membangun usaha itu adalah investor.
Menurutnya, dengan banyaknya uang rakyat Aceh akan sejahtera, karena masyarakat memperoleh rezeki atau penghasilan melalui kegiatan ekonomi dan aktifitas bisnis.
“Inilah yang kita maksud efek multflier/berganda. Tanpa investor masyarakat Aceh tidak sejahtera,” jelasnya.
Lanjut Dr Amri, dengan kata lain, tingkat kemiskinan, pengangguran dan pemerataan ekonomi tidak terjadi dan pada akhirnya pertumbuhan ekonomi sangat rendah.
“Pada intinya kita mendorong pemerintah untuk melakukan perbaikan, bukan untuk adu domba,” jelasnya.
Dikatakan, dengan kesejahtera rakyat Aceh di provinsi dan kesejahteraan Rakyat Indonesia dalam konteks nasional.
Dikatakannya, ayo bangun nusantara dari pintu Barat Indonesia. Aceh sejahtera, Indonesia maju (developed cauntry/negara maju).
lanjutnya, tahun 2022 DIPA dan TKDD mencpai RP 46,3 triliun, ini tidaklah cukup untuk membangun sebuah provinsi yang berada di 23 Kabupaten/Kota, 285 kecamatan dan 6495 desa.
“Jadi perlu kehadiran investor besar,” jelasnya.
Dikatakan, hampir 50 triliun belum lah cukup untuk membangun provinsi, paling tidak lebih kurang Rp 80 triliun.
Dr Amri, menambahkan, investor yang datang ke Aceh setidaknya sekelas Bank BRI, BNI dan Mandiri. Namun, dengan adanya qanun LKS Nomor 11 tahun 2018, maka kalau dilihat hanya ada dua Bank di Aceh, yakni Bank Aceh dan BSI. (rus).