
HARIANRAKYATACEH.COM – Sejumlah aktivis perempuan yang tergabung dalam Gerakan Ibu Mencari keadilan melakukan aksi di depan Gedung DPRA Aceh, Kamis (23/12).
Dalam aksi tersebut, masa mengkritik perilaku anggota dewan yang notabenya dari kaum perempuan yang dinilai tidak ada rasa kepedulian terhadap kasus pelecehan seksual.
“Mana anggota dewan dari perempuan lainnya? Mengapa mereka tidak menemui kami yang sedang berjuang agar pelaku kekerasan seksual di Aceh bisa di hukum seberat-beratnya,”ucap kordinator Aksi, Destika Gilang Lestari Kamis (22/12).
Ia juga mengingatkan, anggota dewan lainnya agar terus bersuara dan ikut peduli terhadap berbagai kasus pelecehan seksual di Aceh. Sebab saat ini Aceh sudah darurat kekerasan seksual. Sehingga para wakil rakyat harus melihat kondisi ini secara serius, karena mereka juga memiliki anak dan keluarga yang bisa saja sewaktu-waktu menimpa mereka.
“Ada berapa anggota dewan di gedung ini. Mengapa hanya dua dewan yang menjumpai kami. Kemana yang lain? Apakah mereka hanya menunggu gaji setiap bulannya? Apakah mereka tidak punya hati nurani,”tegasnya
Selanjutnya Destika mengungkapkan, setiap harinya ada satu anak atau perempuan yang di perkosa dan di lecehkan. hal itu bisa dilihat maraknya pemberitaan media massa dan berdasarkan publikasi Data dari Unit Pelaksanana Teknis Daerah perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) Aceh.
Berdasarakan data dari UPTD PPA, sebut Destika, kasus kekerasan seksual terhadap perempuan terhitung Januari hingga September 2021 mencapai 697 kasus. Belum lagi kasus-kasus kekerasan seksual yang terjadi dimasyarakat yang tidak dilaporkan kepada aparat penegak hukum karena masih dianggab aib keluarga.
“kita sesalkan dan kecewakan lagi dengan beberapa keputusan Mahkamah Syariah Provinsi yang memutuskan pelaku bebas dari jeratan hukum, mencoreng rasa kepercayaan masyarakat kepada lembaga peradilan,”pungkasnya.(mar)