Banda Aceh (RA) – Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, Tgk H. Faisal Ali mengingatkan, bahwa Islam melarang euthanasia atau suntik mati, dengan alasan apapun.
“Tidak ada problem yang tidak ada solusi. Jadi Poh droe (mematikan diri sendiri) itu bukan solusi. Itu sama seperti putus asa dari rahmat Allah, dan haram hukumnya,” kata Faisal Ali kepada media ini, Senin (10/1).
Menurut Faisal Ali, tidak ada satu pun yang membenarkan hal tersebut, baik dari argumen agama, argumen hukum positif, dan argumen adat.
Jika pun ada yang mengaitkan dengan kebijakan pemerintah, menurut Faisal Ali itu bukan sebuah alasan. Sebab Kesempatan bekerja sangat besar, bahkan belum tentu jika seseorang berpindah pekerjaan, maka lebih baik dari sebelumnya.
“Banyak orang yang bekerja pas-pasan tapi bisa di kemudian hari menjadi pengusaha besar. Jadi tidak ada argumen apapun yang ingin meminta suntik mati, itu tidak tepat,” tegasnya.
Persoalan euthanasia sendiri sempat mengemuka dalam pemberitaan seiring adanya permintaan seorang nelayan Nazaruddin (59) di Kota Lhokseumawe, yang mengajukan permohonan untuk disuntik mati atau euthanasia ke Pengadilan Negeri (PN) Lhokseumawe.
Permintaan itu disampaikannya Nazaruddin sebagai bentuk protes terhadap kebijakan Pemerintah Kota Lhokseumawe yang melarang melakukan budi daya ikan di Waduk Pusong.
“Jika pemerintah tidak peduli lagi kepada kami para petani keramba di Waduk Pusong, saya minta disuntik mati saja di depan Wali Kota Lhokseumawe beserta Muspika Banda Sakti,” kata Nazaruddin dilansir dari antaranews.
Nazaruddin Razali mendaftarkan permohonan suntik mati tersebut ke Pengadilan Negeri Lhokseumawe pada 6 Januari 2022. Permohonan tersebut sudah teregistrasi dengan nomor surat PNL LSM-01-2022-KWS.
Nazaruddin Razali mengatakan mengajukan permohonan tersebut karena menilai negara tidak berpihak kepada nelayan keramba yang sudah turun temurun menggantungkan hidup di waduk tersebut untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
“Saya harus menanggung beban untuk membiayai kehidupan istri dan tiga anak-anak serta dua cucu. Jika usaha keramba budi daya ikan digusur, bagaimana nasib kami. Makanya lebih baik saya disuntik mati saja,” kata Nazaruddin Razali. (mar/rif)