HARIANRAKYATACEH.COM – Wakil Ketua III DPRA, Safaruddin mengingatkan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA) 2022 yang disahkan senilai Rp16,1 triliun diharapkan dapat menurunkan angka kemiskinan, stunting serta meningkatkan mutu pendidikan di Aceh.
Dikatakan Safaruddin, meski pengesahan ini telah sesuai dengan hasil evaluasi dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) terhadap APBA 2022. Namun pemerintah pusat tetap memberikan perhatian serius soal kemiskinan di Aceh.
Safaruddin megatakan, hal tersebut menjadi wajar dikarenakan Aceh dinilai belum cukup serius dalam menangani setiap program penuntasan kemiskinan. “Berdasarkan data BPS, angka kemiskinan di Aceh sekitar 15,08 persen. Angka ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan pengelolaan dana otsus yang cukup besar dinikmati Aceh setiap tahunnya,” kata Safaruddin, Kamis (13/1).
Jika dilihat dari tahun 2008 sampai dengan saat ini, kata Safaruddin, penggunaan dana otsus lebih banyak bermuara pada infrasuktur. Padahal di dalam poin UUPA diamanahkan untuk pengentasan kemiskinan. “Jadi selama ini spot anggarannya terlalu kecil untuk itu. Ini yang menjadi keseriusan dan perhatian di dalam pengesahan APBA itu sendiri,” jelasnya.
Tak hanya itu, lanjut Safaruddin, di bidang pendidikan, Aceh juga masih di bawah rata-rata nasional. Seharusnya Aceh bisa lebih dari itu, jika dilihat dari anggaran yang diamanatkan mencapai 20 persen. Maka dari itu, dinas pendidikan Aceh diminta harus segera mengevaluasi diri.
“Memang ada angka yang sedikit menggembirakan di dinas pendidikan Aceh, yakni sekolah Boarding school bisa menargetkan anak didiknya dengan kelulusan cukup tinggi,” pungkasnya.
Kemudian menyangkut stunting, Safaruddin mengingatkan agar persoalan itu harus menjadi perhatian serius, ditengah kucuran dana yang berlimpah untuk Aceh. “Aceh juga belum terlepas persolan gizi buruk, Aceh daerah kaya, kok bisa begini, punya masa depan dengan gizi buruk. Ini juga perhatian kita kedepan,” ujarnya. (mar)