BLANGPIDIE (RA) – Para nelayan di Kabupaten Abdya memamfaatkan daun pinang dan batang kecomblang sebagai rumpon atau rumah tempat berkumpulnya ikan-ikan dilaut sebagai upaya menambahkan penghasilan.
“Daun pinang ini dapat melindungi kelestarian alam bawah laut, dan pemamfaatan rumpon ini sudah berlangsung lama sebagai rumpon atau rumah tempat berkumpul ikan agar mudah untuk ditangkap,”kata Samsuar, salah seorang nelayan di Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Ujong Serangga, Kecamatan Susoh, Kamis (27/1).
Samsuar mengatakan, selain pengunaan rumpon daun pinang, para nelayan itu juga dapat menggunakan batang dan daun Kecombrang alias bak kala.
“Jika daun pinang itu dicampur dengan daun Kecombrang lebih bagus. Tapi sekarangkan sudah mulai langka daun Kecombrang itu, makanya nelayan pakai daun pinang saja. Dan harnya itu juga mahal dibandingkan dengan harga daun pinang,”sebutnya.
Dia menjelaskan, adapun proses pembuatan rumah ikan ataupun rumpon itu, para nelayan terlebih dahulu mencari dan membeli daun pinang dikebun-kebun masyarakat. Untuk satu pelepah daun pinang itu biasanya dibeli nelayan mencapai Rp1.000 hingga Rp1.500 per satu pelepah.
“Tapi kalau harga batang dan daun Kecombrang itu harganya mencapai Rp2.500 hingga Rp3.000 per batang,”sambungnya.
Kemudian, lanjut dia, setelah terkumpul dalam jumlah banyak dikawasan pantai, lalu daun pinang tersebut diangkut oleh nelayan ke tengah-tengah perairan dengan mengunakan perahu bermesin motor.
Setiba dilokasi yang diinginkan, rumpon itu ditenggelamkan ke alam bawah laut sebagai atraktor agar ikan-ikan seperti ikan pelagis banyak berkumpul dibawahnya, sehingga menjadi mudah untuk ditangkap.
“Jadi, sebelum ditenggelamkan dalam lautan, daun pinang itu terlebih dahulu diikat lalu diberi pemberat agar tidak hanyut terbawa arus laut. Kemudian ditempatkan dilokasi yang diinginkan. Nelayan biasanya menandai lokasi rumpon itu agar mudah ditemukan saat pergi melaut,”tuturnya. (mat)