
BIREUEN (RA) – Seratusan lebih pengungsi etnis Rohingya masih berada di Meunasah Desa
Jangka Alue Buya Pasie, Bireuen. Mereka sejak tiba pada Senin lalu, 7 Maret 2022/
Pantauan langsung Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS)
Aceh di lokasi, para pengungsi sangat membutuhkan penanganan serius dari pemerintah
setempat. Jika tidak, dikhawatirkan kondisi kesehatan mereka akan semakin menurun.
Kendati berada di Bireuen, namun belum ada kebijakan apapun dari Pemerintah Kabupaten
Bireuen. Beberapa hari yang lalu sempat muncul kabar bahwa para pengungsi akan segera
dibawa ke penampungan Shelter Balai Latihan Kerja (BLK)di Desa Menasah Mee Kandang,
Muara Dua, Lhokseumawe.
“Namun belum ada keputusan apapun, baik dari Pemerintah Bireuen maupun Lhokseumawe, kita menyayangkan hal ini, jangan sampai kondisi pengungsi terkatung-katung lantaran ego dari otoritas masing-masing daerah,” ujar Koordinator KontraS Aceh, Hendra Saputra, Minggu (13/3).
Ia mendesak pemerintah segera memberikan rekomendasi terkait nasib para pengungsi.
Terlebih lagi, sampai hari ini para pengungsi tak kunjung diregistrasi secara resmi dari United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR).
“Mereka belum diregistrasi dan belum ada penetapan status sebagai pengungsi dari UNHCR. Sehingga kalo mau mengikuti aturan, pihak imigrasi harus mengambil peran,” kata Hendra lagi.
Disisi lain, para pengungsi berada dalam situasi memprihatinkan, mereka tidur di tenda-
tenda darurat berhari-hari. “Karena menempati area Meunasah, masyarakat setempat juga meminta mereka untuk dipindahkan, demi kenyamanan warga yang ingin menjalankan ibadah,” jelasnya.
Untuk itu, ia berharap kepada Pemkab Bireuen harus segera mengambil sikap, jangan sampai muncul benturan antara masyarakat dan pengungsi.
Sambungnya, KontraS Aceh juga melihat situasi ini dibiarkan berlarut-larut lantaran Aceh tidak punya regulasi khusus yang mengatur soal penanganan pengungsi.
“Maka untuk sementara, Pemerintah Aceh dianggap penting untuk segera memfasilitasi Pemkab Bireuen dan Lhokseumawe guna memperjelas penempatan para pengungsi,” pungkasnya.
Dikatakan, ketika mereka sudah terdampar dan berada di Aceh, sebagai kemanusiaan harus dibantu.
“Apalagi kita di Aceh Peumulia jamee adat geutanyo (Pemulia tamu adat kita),” ungkapnya.
(rus).