Berlomba dalam Kebaikan dan Beribadah di Bulan Ramadhan

Tgk Iswadi, M. Sos

Oleh: Tgk Iswadi, M. Sos

Allah SWT masih memberikan kita umur panjang sehingga dapat bertemu kembali dengan Ramadhan sebagai bulan yang mulia dan penuh keberkahan, kita dituntut untuk meraih kelebihan bulan tersebut. Ramadhan sebagai sosok bulan yang ditunggu memiliki banyak kelebihan dan keutamaannya yang dijelaskan dalam berbagai literatur baik Al-Qur’an, hadist maupun turast klasik.

Bulan Ramadan adalah waktu terbaik untuk mengambil kesempatan bertaubat.Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya:”Shalat lima waktu, Jumat ke Jumat dan Ramadan ke Ramadan menghapuskan dosa-dosa di antara masa-masa itu selama dosa-dosa besar dijauhi.” (HR. Muslim).

Dengan berpuasa pada bulan Ramadan ini, maka bisa menghapus dosa-dosa yang telah kamu lakukan. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi Muhammad SAW berbunyi:”Barangsiapa yang berpuasa Ramadan karena penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah SWT, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR. Bukhari dan Muslim).

Di antara keutamaan bulan Ramadan adalah pahala yang berlipat ganda untuk setiap ibadah yang kamu laksanakan. Amalan-amalan pada bulan Ramadan akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah SWT, sesuai dengan sabda Rasulullah berbunyi:
“Pahala umrah pada bulan Ramadan menyamai pahala ibadah haji.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Rasulullah juga dalam hadist menyebutkan keutamaan bulan Ramadan dalam riwayat terkait dengan pahala umrah pada bulan Ramadhan menyamai pahala ibadah haji bersamaku (Nabi Muhammad SAW. Selain itu, salat tarawih yang dikerjakan pada setiap malam di bulan Ramadan juga dapat menghapus dosa-dosa yang telah lalu.

Sebagaimana hadis Nabi berbunyi:”Barangsiapa yang berpuasa yang melakukan shalat malam pada bulan Ramadan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah SWT, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Bulan Ramadhan juga bulan memperbanyak bersedekah. Kita dianjurkan di setiap waktu selagi kita memiliki kelapangan baik tenaga, pikiran, maupun harta. Tetapi sedekah lebih dianjurkan pada bulan Ramadhan karena memiliki nilai yang istimewa sebagaimana sabda Rasulullah SAW riwayat Imam At-Tirmidzi berikut ini: , “Dari Anas RA, sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah, sedekah apa yang paling utama?’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Sedekah di bulan Ramadhan,’” (HR At-Tirmidzi).

Para sahabat sendiri menyaksikan kemurahan hati Rasulullah SAW di bulan Ramadhan. Mereka mengatakan bahwa Rasulullah adalah orang paling murah hati. Tetapi di Bulan Ramadhan, kemurahan hati Rasulullah SAW tampak lebih-lebih daripada di bulan lainya. Hadist terkait ini berbunyi, “Rasulullah SAW adalah orang paling murah hati. Ia semakin murah hati di bulan Ramadhan,” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Oleh karena itu, para ulama menganjurkan umat Islam untuk memperbanyak sedekah dan berbuat baik secara umum. Pasalnya, ganjaran kebaikan di Bulan Ramadhan dilipatgandakan sebagaimana keterangan Hasyiyatul Baijuri berikut ini: “(Orang berpuasa) dianjurkan segera memperbanyak sedekah karena Rasulullah SAW adalah orang paling murah hati di Bulan Ramadhan.

Seseorang dapat melakukan kebaikan secara umum karena ganjaran amal kebaikan apapun bentuknya akan dilipatgandakan dibandingkan ganjaran amal kebaikan yang dilakukan di luar bulan Ramadhan,” ( Syekh Ibrahim Al-Baijuri, Hasyiyatul Baijuri, kedua, juz I, ha562).

Bulan Ramadhan juga merupakan bulan untuk melakukan introspeksi diri dan mengumpulkan pundi-pundi pahala untuk hari esok dan semua orang sangat dinanti-nantikan meskipun ada sebagian orang lalai dan tidak menjadikan bulan Ramadhan sebagai sosok tamu agung yang harus kita muliakan dengan beragam amal kebaikan dan ibadah.

Kini berada di bulan yang berkah ini dan selalu dirindukan kedatangannya setiap orang mukmin, karena bulan Ramadhan merupakan penghulu (sayyidusysyuhur) dari seluruh bulan dalam satu tahun.

Sudah puluhan tahun kita mendapatkan bulan yang mulia ini, sesuai dengan karunia umur yang Allah Swt berikan kepada kita untuk menikmati kehidupan dunia ini. Namun yang perlu direnungkan adalah sudahkan kita merasa ada perubahan ataupun mendapat predikat Muttaqin (orang bertakwa) sebagaimana disebutkan di akhir ayat 183 dari surah Al-Baqarah? “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa”

Di samping itu, Keberadaan bulan Ramadhan di kenal juga juga sebagai syahrul at tarbiyah atau bulan pendidikan. Ruang Lingkup pendidikan yang dimaksud meliputi tarbiyah jasmaniah dan tarbiyah an-nafsi. Proses tarbiyah di madrasah yang bernama Ramadhan itu berjalan selama sebulan penuh,berbagai macam riayadhah (latihan) dan amaliah di madrasah ini di terpa dan dididik dengan harapan lahirnya alumni yang handal dan istimewa.

Proses tarbiyah jasmaiah selama Ramadhan dimana seseorang yang sedang berpuasa tidak diperbolehkan untuk makan, munum, dan mengerjakan hubungan seksual dengan isteri di siang hari serta banyak hal lain yang membatalkan ibadah puasanya. Pemandangan ini berbeda dengan hari biasanya, seseorang secara bebas dibolehkan melakukan hal itu semua, maka pada saat berpuasa dilarang. Jasad atau raga seseorang yang sedang berpuasa dilatih untuk membatasi hal demikian walaupun termasuk yang halal sekalipun

Menyikapi fenomena ini, baginda Rasulullah SAW menegaskan, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah SWT, niscaya Allah mengampuni dosanya yang telah lalu. Dan barangsiapa melakukan amal ibadah tambahan (sunah) di bulan Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah SWT, maka ia akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari Muslim).

Ibadah Puasa di bulan Ramadhan bisa diibaratkan tempat khusus seperti “Madrasah Ramadhan” yang ajaran barunya selalu dibuka setiap tahun dengan tujuan tarbiyah praktis dalam menyerap nilai-nilai yang paling tinggi.

Para santri Madrasah Ramadhan yang memasukinya untuk mendapatkan berbagai kemulian dan keagungan Ilahi, kemudian berpuasa sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh syariat, di samping melakukan ibadah tambahan sebagai kurikulum “Madrasah Ramadhan” tersebut. Setelah melalui beragam ujian dan tantangan yang penuh dengan nilai tarbiyah maka alumni yang istimewa akan lulus dengan menyandang gelar “cum laude”.

Beranjak dari pembahasan di atas, mari kita berusaha meraih prediket “muttaqien” yang merupakan hasil akhir dari ibadah puasa di bulan Ramadhan. Tugas kita sejauh mana kesungguhan dan jihad dalam mengisi dan menjadikan bulan tersebut sebagai sarana untuk meningkatkan amal ibadah baik dalam dimensi vertical dan horizontal serta terus mengintropeksi diri meraih sa’adah daraini (kebahagian dunia dan akhirat). Wallahu Muwaffiq Ila Aqwamith Thariq.

Penulis adalas Kaprodi PMI IAI Al-Aziziyah Samalanga dan Guru Dayah MUDI Samalanga.

Artikel ini bekerjasama dengan Dinas Syariat Islam Aceh.

Editor: Rusmadi