Oleh: Tgk Zarkasyi Yusuf
Salah satu tradisi yang dilaksanakan Rasulullah dalam menyambut Ramadan adalah memberi kabar gembira kepada para sahabatnya dengan bersabda, “Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi.
Allah mewajibkan kepadamu puasa di dalamnya, pada bulan ini pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan para setan diikat, juga terdapat pada bulan ini malam yang lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa tidak memperoleh kebaikannya maka dia tidak memperoleh apa-apa.” (HR Ahmad dan al-Nasâ’i).
Ramadhan merupakan bukti cinta khaliq kepada hambanya, Allah memberikan kesempatan emas kepada hamba untuk beribadat, dan balasannya dilipat gandakan.
Menggapai Cinta Ilahi
Dalam surat Al-Baqarah ayat 185, Allah menegaskan bahwa diturunkannya Al-qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan pembeda antara yang haq dan bathil. Armen Halim Naro dalam bukunya bersemilah Ramadhan menyebutkan bahwa Ramadhan merupakan bulan Al-Qur’an, sebab dalam Ramadhan Allah turunkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad saw, bahkan dalam bulan Ramadhan pula beliau mengulang hafalan kepada Malaikat Jibril satu kali tamat setiap malam Ramadhan.
Al-Qur’an merupakan Al-Furqan (pembeda) yang memberikan pencerahan bagi manusia agar mampu membedakan antara kebenaran dan kebathilan, sehingga manusia tidak tersesat dan menderita selama-lamanya. Tidak hanya Al-Qur’an, Shuhuf Nabi Ibrahim diturunkan di malam pertama Ramadhan, Taurat diturunkan pada 7 Ramadhan, Injil diturunkan pada 14 Ramadhan dan Zabur diturunkan pada 19 Ramadhan (HR. Ahmad dalam Al-Musnad (4/107).
Dalam cinta, kita tidak menginginkan yang dicintai celaka dan menderita, kita berharap bahwa orang yang dicintai akan bahagia. Al-Qur’an yang diturunkan dalam Ramadhan hendaknya menjadi pandangan hidup (way of live) atau ideologi bagi manusia yang akan menuntun ke jalan kebenaran, sehingga tidak salah memilih jalan yang menyebabkan kebinasaan.
Untuk itu, salah satu jalan mengapai cinta Allah dalam Ramadhan adalah memperbanyak membaca Al-Qur’an, dan salah satu golongan yang selalu dirindukan surga adalah mereka yang selalu membaca Al-Qur’an (taalil qur’an). Imam As-syafii setiap hari mampu menamatkan Al-Qur’an, tetapi pada bulan Ramadhan beliau mampu menamatkan Al-Qur’an sebanyak 60 kali, dan semuanya dibaca saat melaksanakan shalat.
Saat datang Ramadhan, Imam Malik meninggalkan majelis hadist dan pengajian dan beliau fokus membaca Al-Qur’an, Imam Qatadah mampu menamatkan Al-Qur’an tujuh hari sekali, dalam Ramadhan tiga hari sekali, dan pada akhir Ramadhan satu hari sekali. Bertemu dengan orang yang kita cintai merupakan kesempatan yang selalu dinantikan, bahkan rela berkorban demi menanti kesempatan itu.
Bahagia bertemu Ramadhan sama artinya bahagia bertemu dengan Allah sebagai pencipta Ramadhan itu sendiri, “Barang siapa mencintai pertemuan dengan Allah, maka Allah pun mencintai pertemuan dengannya, dan barang siapa tidak mencintai pertemuan dengan Allah, maka Allah pun tidak mencintai pertemuan dengannya” (HR. Bukhari).
Oleh sebab itu, buktikan bahwa kita adalah orang-orang yang benar-benar mencintai Allah dengan memprioritaskan diri untuk berpuasa dan melakukan amal shalih dalam mengisi Ramadhan sehingga janji bahwa orang yang berpuasa Ramadhan akan mendapat dua kesenangan akan menjadi milik kita, yaitu kesenangan ketika berbuka puasa dan saat bertemu dengan Allah pada hari kiamat.
Semoga dengan berpuasa mengantarkan kita menjadi orang yang bertaqwa (Q.S Al-Baqarah, 183), taqwa merupakan target yang selalu ingin dicapai oleh setiap insan, sebab dengan taqwa manusia akan mendorong manusia untuk senantiasa melaksanakan perintah dan meninggalkan setiap larangan, baik itu terang-terangan ataupun sembunyi-sembunyi, taqwa adalah tiket untuk bertemu dengan Allah swt di hari kiamat kelak.
Nafsu adalah faktor perusak cinta hamba kepada sang Khaliq, nafsu mendorong seseorang untuk melakukan pengingkaran kepada Allah dengan melakukan perbuatan maksiat, melanggar setiap larangan dan meninggalkan setiap amaran. Ramadhan adalah kesempatan baik dalam menetralisir dan melemahkan kerja hawa nafsu, sebab nafsulah yang menjadi penyebab rendahnya derajat manusia dimata Allah. “Adapun orang yang takut akan kedudukan Rabbnya dan menahan hawa nafsunya, sesungguhnya surga menjadi tempatnya (An-Nazi’at, 40-41).
Menahan hawa nafsu merupakan suatu keniscayaan untuk meninggikan derajat manusia, memperturutkan hawa nafsu sama artinya menjerumuskan diri ke jurang kehinaan, puasa Ramadhan merupakan media penting dalam rangka jihad melawan hawa nafsu, setidaknya kita mampu mengendalikan hawa nafsu. Abu Muhammad Al-Jariri mengatakan “Siapa yang dikuasai oleh hawa nafsunya berarti ia telah ditawan dengan syahwatnya, terbelenggu dipenjara hawa nafsu, Allah jauhkan dirinya dari hikmah, maka ucapannya tidak indah dan tidak manis, sekalipun ia mengulanginya”.
Kasih sayang adalah manivestasi cinta, menebar kasih sayang merupakan bukti nyata cinta. Rasulullah berpesan “Sayangilah makhluk yang di bumi, maka Dzat yang ada di langit akan menyayangimu” (HR. Imam Thabrani).
Rasulullah mengancam “Barang siapa yang tidak menyayangi orang lain, maka Allah tidak akan menyayanginya” (HR. Imam Thabrani). Dalam dimensi sosial, saling menyayangi sesama merupakan modal untuk menciptakan kehidupan yang dinamis dan tentram.
Dengan berpuasa kita dididik untuk menjadi pribadi yang memiliki kepekaan sosial yang tinggi, serta diharapkan mampu menerjemahkan kepekaan sosial itu dalam kehidupan dengan saling membantu dan menyayangi sesama. Uluran tangan adalah wujud cinta kepada sesama sebagai bukti bahwa kita adalah orang yang bahagia (saadah), sebab kecaman Rasulullah bahwa “Sifat penyayang tidak akan dicabut kecuali dari orang-orang yang celaka” (HR Bukhari).
Untuk itu, Ramadhan adalah perjalanan mencari cinta Ilahi, maksimalkan melakukan amal ibadah, baik yang menyangkut hubungan dengan Allah (hablum min Allah) maupun menyangkut sesama manusia (hablum minannas). Jadikan Ramadhan sebagai sarana menggapai cinta Ilahi, meraih keridhaan-Nya dengan mengikuti setiap perintah dan meninggalkan setiap larangannya.
Harus kita akui bahwa meraih cinta Ilahi dalam Ramadhan tidak semudah membalikkan telapak tangan, banyak tantangan dan cobaan yang harus dihadapi, semoga saja piasan donya seperti sepak bola, hiruk pikuk menjelang pilpres tidak mengotori hati kita dalam memetik cinta Ilahi di bulan yang suci.
Semoga syahru tarbiyah mampu mendidik kita menjadi pribadi yang mampu membendung setiap godaan dan cobaan yang dapat mencemari cinta kita kepada sang Mahacinta, Ya Allah, berika kami kekuatan untuk dapat memetik indahnya hikmah Ramadhan, tanamkan hidayah dalam hati sanubari kami untuk terus berjuangan menggapai cinta-Mu, berikan kepada kami kekuatan untuk mampu mengikuti setiap kebenaran, serta karuniakan kepada kami kesanggupan untuk menghadapi setiap kebathilan, Amin.
Penulis adalah Alumnus Dayah Teungku Chik di Reung-Reung Kembang Tanjong, Sigli. ASN Pada Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh.
Artikel ini bekerjasama dengan Dinas Syariat Islam Aceh.
Editor: Rusmadi