HARIANRAKYATACEH.COM – Untuk harga jual cabai merah di sejumlah pasar tradisional di 27 kecamatan di Aceh Utara, masih tergolong tinggi hingga tembus angka Rp 100 ribu per kilogram. Mahalnya harga cabai ini jelas-jelas sangat memberatkan masyarakat Aceh Utara yang berpenduduk sekitar 600 ribu jiwa dari 852 gampong.
Sedangkan kebutuhan cabai merah di Aceh Utara selama ini diperkirakan mencapai 30 ton hari. Sumber cabai itu sebagian dipasok dari Sumatera Utara (Sumut) serta dari Pidie, Bener Meriah dan Aceh Tengah.
Sejauh ini, sepertinya belum ada solusi yang kongkrit dari Pemerintah untuk mengatasi melonjak harga cabai merah di hampir seluruh kabupaten/kota di Indonesia.
Kepala Dinas Perindagkop&UKM Aceh Utara Iskandar, SSTP.,MSP, melalui Kasi Pengadaan Penyaluran Barang dan Tertib Niaga pada Disperindagkop Aceh Utara, Armansyah dikonfirmasi Rakyat Aceh, Selasa (28/6), menyampaikan, selama ini kebutuhan cabai merah untuk Aceh Utara kebanyakan dipasok dari luar Aceh.
“Kalau klaster produksi cabai merah yang ada di Aceh sendiri, yakni di Pidie, Bener Meriah serta Aceh Tengah,”ucapnya.
Namun, berdasarkan informasi dilapangan kebanyakan gagal panen akibat perubahan iklim cuaca. Bahkan, persoalan ini bukan saja terjadi di Aceh Utara, tapi hampir seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Kemudian ditambah lagi biaya produksi cabai seperti kebutuhan obat-obatan dan pupuk yang mahal.
“Saat ini kebutuhan cabai sangat tingginya yang digunakan untuk makanan siap saja, misalnya ayam geprek dan lainnya. Bisa kita katakan sekarang lagi ngetrend ayam geprek sehingga membutuhkan cabai yang banyak.
Nah kebutuhan yang sangat tinggi itu tidak didukung dengan pasokan yang memadai. Sehingga terjadi kelangkaan cabai merah dipasaran,”ungkapnya.
Menurut dia, akibat kelangkaan itu secara ekonomis maka dipastikan harga beli dan harga jual kepada masyarakat akan melonjak tajam.
“Saat ini ada satu bahasa yang disampaikan oleh pedagang dan masyarakat, begitu tingginya harga cabai merah jual apa tugas pemerintah, ini saya pribadi tidak bisa menjawab pertanyaannya dan harus menjadi Pekerjaan Rumah (PR) bersama untuk mencari solusi yang tepat,”ujarnya.
Ia menyebutkan, dirinya selaku petugas hanya bisa memantau saja dilapangan dan solusinya untuk mengatasi masalah kenaikan itu perlu diciptakan klaster produksi cabai merah sendiri di setiap daerah dan khususnya di Aceh Utara. (arm/mar)