Harianrakyataceh.com – Akhir pekan kemarin, Sabtu (16/7), ada pemandangan menarik di Gampong Jawa, tepatnya di bibir pantai tak jauh dari Tugu Nol Kilometer. Pj Wali Kota Banda Aceh, Bakri Siddiq tiba-tiba datang dan bergabung bersama nelayan mengikuti prosesi ‘tarek pukat’.
Ia datang bersama Asisten Pemerintahan Keistimewaan dan Kesejahteraan Rakyat Bachtiar, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Jalaluddin dan Asisten Administrasi Umum Faisal. Di lokasi juga hadir Camat Kutaraja, Zahrul Fuadi bersama Keuchik dan aparatur Gampong Jawa.
Putra asli Aceh yang sebelumnya menjabat Kepala Biro Perencanaan dan Kerja Sama Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) Kemendagri itu tampak sangat menikmati proses menangkap ikan secara tradisional itu. Ia sangat sigap mengikat tali pukat ke pinggangnya dan menarik tali itu bersama-sama dengan para nelayan.
Bahkan, tak sungkan ia maju hingga lebih dekat dengan air laut berdiri berjejer dengan para nelayan kompak menarik jaring bersama-sama. Ia terlihat sangat senang bisa menikmati aktifitas tarek pukat, tradisi Aceh yang terancam punah ditelan zaman.
Bagi Bakri Siddiq, Tarek Pukat menjadi penting untuk dilestarikan. Karena kebiasaan nelayan menangkap ikan dengan cara menarik jaring berukuran besar ke arah darat itu bukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup para nelayan. Tapi lebih dari itu, tarek pukat adalah sebuah kegiatan yang menggambarkan simbol kebersamaan dan gotong royong masyarakat Aceh.
Saat pukat sudah berhasil berada di bibir pantai, ada sejumlah ikan yang ukurannya lumayan besar kemudian dibeli Pj Wali Kota. Ikan segar itu dibawa pulang untuk dinikmati bersama keluarga.
Tarek Pukat hampir setiap hari dilakukan nelayan di Pantai Gampong Jawa. Dalam sehari, nelayan di sana bahkan bisa melakukan aktifitas itu hingga tiga sampai empat kali.
Nelayan di sana merupakan nelayan yang menggantungkan harapan dari tangkapan ikan yang dilakukan secara tradisional. Budaya ini masih terus dipelihara secara turun temurun. Selesai tarek pukat, Bakri Siddiq menyempatkan diri berdialog dengan para nelayan dan warga setempat.
Ia menanyakan apa saja yang menjadi kendala dan dibutuhkan warga di sana, terutama untuk para nelayan. Para nelayan kemudian berharap Pj Wali Kota dapat membantu mereka membangun sebuah mushalla atau tempat ibadah yang representatif di lokasi tersebut untuk memudahkan mereka menunaikan ibadah shalat tepat waktu.
Seperti gayung bersambut, Pj Wali Kota langsung merespon. Meski tidak bisa dibangun di garis sepadan pantai, tapi bangunan mushalla itu sepertinya akan segera terwujud. Bangunannya direncanakan akan dibangun di lokasi Tugu Nol Kilometer lengkap dengan tempat wudhu, kamar mandi dan toilet. Lokasinya hanya puluhan langkah saja dari tempat para nelayan melakukan aktifitas tarek pukat. (ril/rif)