RAKYAT ACEH | SIMEULUE – Beda data kasus Stunting di pulau Simeulue, antara pihak Pemerintah setempat dan lembaga Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), telah menimbulkan beragam asumsi dan berpotensi menurunkan citra dan nama baik daerah.
Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Pemerintah Kabupaten Simeulue, menyebutkan pihak Lembaga Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), melaksanakan pendataan kasus stunting, dengan target pola random di desa – desa, yang sebelumnya target pola random telah ditetapkan oleh SSGI.
Sehingga dengan target pola random yang telah awal ditetapkan kepada balita, sehingga ada balita yang telah meninggal dunia, masih masuk dalam data kasus stunting di Simeulue yang dirilis SSGI dengan pola pendataan secara random tahun 2022, kasus stunting naik sekitar 37,2 persen sedangka tahun 2021 lalu, pada posisi angka 25,9 persen.
Terkait beda data, tanpa koordinasi, bahkan ada balita telah meninggal dunia, masih masuk dalam data SSGI itu, dijelaskan Abdul Karim, Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Pemerintah Kabupaten Simeulue, yang dikonfirmasi Harian Rakyat Aceh, Selasa, 7 Februari 2023.
“Tanpa koordinasi tim SSGI, langsung melakukan pendataan secara random kepada target yang awalnya telah ditetapkan, sehingga kita mendapatkan laporan bahwa ada balita yang telah meninggal dunia masih masuk dalam data target SSGI”, kata Abdul Karim, dengan wajah kecewa.
Sementara sebut Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Pemerintah Kabupaten Simeulue, timnya melakukan pendataan, evaluasi hingga pendampingan dengan pola target door to door kepada warga, yang melibatkan unsur Pemerintahan desa, Kecamatan dan SKPK tekhnis serta Organisasi Darma Wanita, Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan KB (DP3AKB) setempat.
Sehingga menghasilkan produk data resmi, hingga per Januari 2023, dengan persentasi 14 persen angka stunting di pulau Simeulue, dan pada tahun 2022 silam pada posisi angka sekitar 18 persen, dengan urutan pertama yang tertinggi kasus stunting yakni Kecamatan Simeulue Barat dan yang rendah kasus stunting yakni, Kecamatan Simeulue Timur.
Bahkan dengan program Gebrak Stunting, yang setiap bulan dilakukan sweeping stunting, yang diawali dari tingkat Posyandu, kemudian dilanjutkan dengan pola door to door kerumah warga, untuk mempastikan kesehatan balita, dan diupdate dalam aplikasi Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM).
“Kita sarankan kepada tim SSGI, kedepannya bila hendak turun kelapangan sebaiknya koordinasi dulu, supaya tidak terjadi perbedaan data, juga tidak terulang lagi ada balita yang telah meninggal dunia, masih masuk dalam data stunting yang di input oleh SSGI”, imbuh Abdul Karim. (Ahmadi).