BIREUEN | RAKYATACEH – Ihtisar pernyataan lisan yang disampaikan oleh Ustad Masrul Aidi, Pimpinan Dayah Babul Magfirah Cot Keueng, Aceh Besar, Kamis (1/6) pada Focus Group Discussion (FGD) bertema “Siapa Aktor Di Balik Revisi Qanun LKS” yang digelar oleh Forum Pemred Serikat Media Siber Indonesia (FP SMSI) Aceh, di Hotel Kyriad Muraya, Banda Aceh, yang melarang eks kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) masuk ke politik, mendapat kecaman dari Ketua Jaringan Aneuk Syuhada Aceh (JASA) Kabupaten Bireuen, Tgk Mauliadi.
Ia mengecam keras tindakan Masrul Aidi yang mengeluarkan statement bahwa eks kombatan GAM tak perlu masuk dunia politik.
Ustad Masrul menyebutkan, seharusnya para kombatan tidak perlu duduk di meja politik, karena memang mereka tidak memiliki kemampuan di bidang tersebut. Kekuasaan politik patutnya diserahkan kepada ahli-ahli politik.
“Seharusnya mereka amankan diri saja. Butuh apa? istri? uang? semua akan dikasih. Tapi berikan politik dikuasai oleh orang-orang yang ahli di dalam bidang politik. Tidak perlu (kombatan) turun langsung. Sampai ke sana harus diajarkan,” sebut Masrul Aidi di Hotel Kyriad Muraya, Banda Aceh.
Menyikapi pernyataan lisan pria yang sering menyebut dirinya sebagai Walikota Cot Keueng itu, Ketua JASA Bireuen berang.
“Anda siapa? tau apa tentang GAM? kamu pikir semua eks kombatan GAM gak paham politik? anda salah besar,” kecam Tgk Mauliadi saat diwawancarai Harian Rakyqt Aceh, Sabtu (3/6).
Ia mengingatkan Masrul Aidi supaya tidak semena-mena mengeluarkan pernyataan yang dapat menimbulkan konflik di kalangan masyarakat.
“Masrul Aidi mengatakan dalam forum diskusi tersebut bahwa seakan-akan para eks kombatan GAM tujuan berpolitik untuk mengambil laba dari apa yang telah diperjuangkan di masa konflik Aceh. ustad-ustad juga butuh uang, butuh istri, jangan munafik dan silahkan berpolitik, tapi jangan coba-coba singgung eks kombatan GAM yang sudah berjuang demi bangsa Aceh,” tegasnya.
Ia mempersilahkan Masrul Aidi turun dalam koncah politik, tapi jangan mengkerdilkan orang lain. “Kalau dia haus akan pangkat dan jabatan, silahkan turun dalam kancah politik, tapi jangan berbicara seenak-enaknya mengucilkan para pejuang GAM,” tandas Tgk Mauliadi.
Menurutnya, sekarang ini banyak oknum ustad yang sok jadi pahlawan, karena setelah ada GAM di Aceh marwah oknum para ustad sudah mulai nampak.
“Perlu digaris bawahi, dulunya sebelum GAM ada, tidak ada yang berani menentang atau melawan keputusan pemerintah pusat, tetapi setelah adanya GAM, sedikit demi sedikit sudah mulai nampak dan berubah situasi dan keadaan di Aceh dalam hal agama dan syariat. Seharusnya, ini menjadi pelajaran berharga bagi ustad-ustad, dan bisa lebih menghargai perjuangan para kombatan terdahulu,” pungkas Ketua JASA Bireuen.
Tgk Mauliadi juga mengingatkan ustad Masrul bahwa kalau mau berpolitik silahkan berpolitik, jangan mengucilkan nama GAM dengan kepentingan politik pribadi, karena yang harus dipahami bahwa, dulunya GAM tidak hebat juga dalam pertempuran, tetapi mereka mau karena terpaksa demi marwah bangsa dan agama. Menurutnya, GAM berperang bukan karena hebat, tapi karena harga diri.
Begitu pula hari ini, kata Ketua JASA, jika GAM tidak cerdas dalam berpolitik, kenapa Aceh bisa memperoleh semua kekhususan saat ini (otonomi khusus). Bahkan, gara-gara kombatan, nilai tawar dari pemerintah pusat sudah mulai nampak meskipun belum terealisasi sesuai harapan masyarakat Aceh.
Menurut aneuk syuhada di Gandapura ini, seharusnya GAM lah yang harus di gerda terdepan terjun ke dunia politik, karena jika kekuasaan tidak dipegah oleh para pejuang Aceh, maka tidak ada lagi nilai-nilai perjuangan pada pimpinan, sehingga sejarah perjuangan akan terlupakan.
“Jika ingin berjihad persoalan agama, mari sama-sama berjihad. Saya tantang ustad Masrul Aidi untuk berjihad kembali seperti yang sudah dilakukan kombatan dulunya, jangan cuma berani berjihad untuk kepentingan partai politik,” tegas Tgk Mauliadi.
Ia menegaskan, bangsa Aceh harus paham betul persoalan yang terjadi di Aceh, dan harus siap segala konsekuensi yang terjadi di kemudian hari bahwa masih banyak permasalahan yang menjadi tanggung jawab bersama.
“Kita harus tau, amanat wali nanggroe Tgk Hasan di Tiro bahwa ada lima peperangan yang menjadi pertimbangan bangsa Aceh, yaitu perang diplomasi, perang propaganda, perang gerilya, perang ekonomi, dan perang politik (kekuasaan). Karena itu, masih banyak peperangan yang belum tuntas yang harus kita tuntaskan kedepannya. Lantas, kenapa harus menyalahkan orang lain yang sudah berjuang,” sebut Ketua JASA Bireuen. (akh)