
HARIANRAKYATACEH.COM – Israel menarik para diplomatnya dari Turki. Hal itu disebabkan pidato Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam aksi mendukung Palestina yang berlangsung Sabtu (28/10).
Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen menyatakan bahwa pihaknya akan meninjau kembali hubungan diplomatik dengan Turki.
Israel panas karena Erdogan menyebut mereka bertindak layaknya penjahat perang dan berusaha memusnahkan penduduk Palestina. Pemimpin 69 tahun itu menegaskan bahwa setiap negara berhak membela diri, termasuk Israel. Namun, tidak ada keadilan dalam kasus di Jalur Gaza. Yang ada hanyalah pembantaian keji.
’’Israel secara terbuka telah melakukan kejahatan perang selama 22 hari, namun para pemimpin Barat bahkan tidak bisa menyerukan kepada Israel untuk melakukan gencatan senjata, apalagi bereaksi terhadapnya,’’ tegas Erdogan seperti dikutip BBC. ’’Kami akan mendeklarasikan kepada dunia bahwa Israel adalah penjahat perang,’’ tambahnya.
Kepala Jaksa Pengadilan Kriminal Internasional Karim Khan mengatakan, penyelidikan yang dibuka pada 2021 terhadap dugaan kejahatan di wilayah Palestina juga dapat memasukkan tuduhan kejahatan perang dari perang Israel-Hamas saat ini. Menteri Luar Negeri Palestina Riad Malki telah mengirimkan bukti-bukti kejahatan perang yang dilakukan Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober lalu.
Hingga kemarin (29/10), total korban jiwa di Jalur Gaza saja sudah mencapai 8.005 orang. Angka itu didominasi perempuan dan anak-anak. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengklaim telah mengebom setidaknya 450 titik di Jalur Gaza dalam 24 jam terakhir. Jalur komunikasi juga sempat terputus.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa kampanye darat di Jalur Gaza akan terus dilanjutkan. Menurut dia, ini akan menjadi perang yang panjang dan berat. ’’Ini adalah perang tahap kedua yang tujuannya jelas, yaitu menghancurkan kemampuan pemerintahan dan militer Hamas serta memulangkan para sandera,’’ ujarnya seperti dikutip Haretz.
Kemarin IDF kembali menyebar peringatan agar penduduk sipil mengungsi ke wilayah selatan. Palang Merah Palestina juga menerima peringatan agar Rumah Sakit Al-Quds di Jalur Gaza ikut dievakuasi. Pemimpin WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menegaskan kekhawatirannya akan perintah Israel tersebut.
’’Kami tegaskan kembali, tidak mungkin mengevakuasi rumah sakit yang penuh dengan pasien tanpa membahayakan nyawa mereka,’’ tegasnya.
Di pihak lain, ribuan orang memaksa masuk ke gudang PBB dan mengambil bahan makanan dan barang-barang kebutuhan dasar lainnya. Salah satu yang dijarah adalah gudang Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) di Kota Deir al-Balah.
’’Ini adalah tanda yang mengkhawatirkan bahwa tatanan sipil mulai rusak setelah tiga minggu perang dan pengepungan ketat di Gaza. Masyarakat ketakutan, frustrasi, dan putus asa,” ujar Thomas White, direktur urusan UNRWA di Jalur Gaza.
Sementara itu, Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) sempat melaporkan tiga relawannya asal Indonesia dan staf lokal hilang kontak di wilayah Gaza sejak Jumat (27/10). Mereka tak dapat dihubungi sejak pukul 14.00 WIB.
Kepala Presidium MER-C Sarbini Abdul Murad mengatakan, ada lima orang yang tak bisa dihubungi. Sebelum hilang kontak, tiga relawan diketahui berada di sekitar rumah sakit di wilayah Gaza. Sementara itu, dua orang lainnya tidak diketahui pasti lokasi persisnya.
Setelah hilang lebih dari 40 jam, kata Sarbini, salah satu relawan akhirnya berhasil menghubungi pihak MER-C pada Minggu (29/10) sekitar pukul 10.00 WIB. ’’Assalamualaikum. Akhi kami dalam keadaan baik alhamdulillah, Syabab (ketiga anak Fikri, Reza, Farid, Red) juga baik. Semua mereka baik, jangan khawatir,’’ tulis SMS tersebut disampaikan olehnya kemarin (29/10).
Diakuinya, meskipun sudah dapat berkomunikasi melalui SMS, komunikasi belum dapat terjalin dengan lancar. Mereka belum tersambung melalui saluran telepon sehingga informasi yang didapat masih sangat terbatas. (sha/mia/dee/c19/bay)