Sang istri, Amnah, beserta anak bungsu mereka, Adam yang berusia 1 tahun selamat dari serangan udara tersebut, dan dirawat di rumah Sakit Al-Aqsa. Dikutip dari New York Post, keduanya diketahui dalam kondisi kritis.
Adam menderita luka-luka akibat pecahan peluru, begitu pula dengan Amnah, yang juga mengalami patah tulang dan luka bakar serius di wajahnya.
Beberapa jam setelah serangan udara, Alaloul berada di rumah sakit untuk memimpin doa pemakaman di dekat pintu masuk. Ia masih mengenakan rompi pers biru yang diberikan kepada para wartawan yang bekerja di Gaza.
Dia terisak-isak saat mengidentifikasi, dan membawa mayat anak-anaknya yang terbunuh. Alaloul juga mencoba untuk menghibur sang ayah yang sedang terpukul.
Setelah ledakan di Al Maghazi, seorang reporter Associated Press melihat setidaknya delapan anak yang tewas, termasuk seorang bayi, ketika para korban dibawa ke rumah sakit terdekat setelah serangan udara.
Arafat Abu Mashaia, seorang pengungsi di kamp tersebut, mengutuk serangan udara Israel, dan mengatakan bahwa bom-bom tersebut menghantam wilayah warga sipil dimana Hamas tidak berada disana.
“Itu adalah pembantaian yang nyata. Semua yang ada di sini adalah orang-orang yang damai (tidak ikut dalam perang atau menyerang). Saya menantang siapa pun yang mengatakan bahwa ada perlawanan disini,” katanya sambil berdiri di atas reruntuhan.
Israel belum mengomentari atas serangan tersebut, namun dikatakan bahwa negara tersebut hanya menargetkan daerah-daerah yang diketahui menyembunyikan Hamas.
Editor: Edy Pramana