RAKYAT ACEH | SIMEULUE – Kearifan lokal tentang “Smong” yang kini masuk dalam pelajaran Muatan Lokal (Mulok), ditonjolkan dalam kegiatan Pameran Hari Pendidikan Daerah (Hardikda) Ke-65 Tahun, yang digelar kompleks Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Simeulue.
Pameran yang berlangsung sejak 2 – 5 September 2024 itu, selain diramaikan dan ditonjolkannya pelajaran Mulok “Smong” kearifan lokal warga Simeulue, yang memiliki historis dan dijaga secara turun temurun, tentang migitasi dan deteksi bencana alam, gempa bumi (linon) dan tsunami (smong).
Dalam pameran Hardikda Ke-65 Tahun 2024 itu, dengan motto “bergerak bersama, lanjutkan merdeka belajar”, juga menampilkan puluhan karya dan inovasi lainnya, dari hasil karya pelajar dan masyarakat setempat, dengan memamfaatkan baku yang bersumber alam pulau Simeulue.
Amatan Harian Rakyat Aceh, setiap pengunjung belasan stand pameran, memberikan edukasi dan penjelasan tentang Smong kearifan lokal yang melegenda itu, dan telah menjadi aset serta diakui oleh masyarakat dunia, karena mampu menjadi alat migitasi bencana alam gempa bumi (linon) dan tsunami (song).
“Dalam pameran Hardikda Ke-65 Tahun 2024 ini, selain menampilkan karya-karya inovasi lainnya, juga kita menyampaikan tentang smong, sebab keatifan lokal masyarakat kita ini telah masuk dalam Mulok di sekolah- sekolah,” kata Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Simeulue, Firmanuddin, Kamis 5 September 2024.
Nantinya sebut Kadis Pendidikan Kabupaten Simeulue, dengan telah diterapkannya Mulok Smong xdi tingkat sekolah- sekolah, sehingga generasi muda Simeulue dimasa yang akan datang, telah ada bekal atau ilmu saat terjadi bencana alam gempa (linon) dan tsunami (smong).
Kembali ditambahkan Firmanuddin, selain menjadi migitasi dan deteksi bencana alam, juga salah satu upaya untuk menjaga dan mempertahankan aset kearifan lokal, yang telah terpelihara secara turun temurun dari generasi ke generasi dalam kehidupan masyarakat Kabupaten Simeulue.
“Ini merupakan salah satu upaya kita untuk memelihara dan menjaga aset kearifal lokal masyarakat kita, sehingga nantinya dapat terpelihara dari generasi ke generasi. Kita harus bangga dengan aset kearifan lokal tentang smong ini, sebab banyak masyarakat dunia telah mengakuinya,” tutup Firmanuddin. (ahi/hra)