RAKYAT ACEH |ACEH UTARA- Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Aceh Utara, menggelar
Seminar Hasil Kajian Laporan Ibnu Bathutthah Tentang Samudra Pasai di Aula Hotel Lido Graha Lhokseumawe, pada Selasa (22/10).
Bertindak sebagai narasumber yakni Kabid Kebudayaan pada Disdikbud Aceh Utara, Yulizar, S.Sos.,M.Si dan Sukarna Putra sebagai Kurator Museum serta Zulfikar Syarif selaku moderator seminar.
Panitia pelaksana Helmiah, SE dalam laporannya menyebutkan seminar ini bertujuan untuk menginspirasi para peneliti, mahasiswa untuk melakukan pengumpulan bukti sejarah baik berupa manuskrip artefak lain yang berhubungan dengan sejarah kerajaan Islam Samudra, baik yang berada di dalam museum Samudra Pasai, didalam maupun diluar negeri.
Sementara yang menjadi peserta dalam kegiatan itu dari unsur Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Pengelola Museum Islam Samudra Pasai, Dosen Unimal, Tenaga Pendidik dan Guru Sejarah, LSM Cisah, Rekan Media, Mahasiswa/I Universitas Malikussaleh dan IAIN Lhokseumawe berjumlah 110 orang.
Kepala Disdikbud Aceh Utara, Jamaluddin, S.Sos.,M.Pd melalui Kabid Kebudayaan Yulizar, S.Sos.,M.Si, saat membuka acara menyampaikan, seminar ini penting
lakukan karena dapat memberikan wawasan tentang sejarah Kerajaan Samudra Pasai dan mendorong penelitian lebih lanjut serta menjadi ajang berbagi ilmu dan pengalaman yang berharga.
“Ibnu Bathutthah, seorang penjelajah besar dan telah memberikan kontribusi luar biasa dalam mencatat sejarah dan kebudayaan berbagai bangsa, termasuk Samudra Pasai. Lewat catatan perjalanannya, kita dapat memahami betapa besar peran Samudra Pasai sebagai pusat perdagangan dan penyebaran Islam di Asia Tenggara,”ucapnya.
Ia mengatakan, salah satu penggalan catatan Ibnu Bathuttah terpajang dalam ruang
bibliografi Museum Islam Samudra Pasai yang manuskrip aslinya tersimpan di Museum Kota Paris, Prancis. Rencananya Museum Islam Samudra akan menampilkan maket ilustrasi saat ia singgah di Samudra Pasai pada tahun 1346 masehi.
“Pemerintah Kabupaten Aceh Utara melalui Museum Islam Samudra Pasai dengan koleksi yang tersimpan didalamnya dapat menjadi pusat penelitian bagi mahasiswa dan kalangan
penelti serta menjadi pusat edukasi sejarah, budaya dan rekreasi bagi kalangan masyarakat umum,”katanya.
Untuk itu, ia berharap seminar ini dapat menjadi wadah guna memperkaya pengetahuan, menggali lebih dalam sejarah yang terkadang terlupakan, dan menginspirasi generasi muda untuk terus mengeksplorasi warisan budaya Aceh.
“Dengan memahami sejarah, kita tidak hanya belajar tentang masa lalu, tetapi juga mengambil pelajaran berharga untuk masa depan,”pintanya. (arm/ra)