KOTA JANTHO – Dalam menghadapi tantangan global di era digital serta bertumbuhnya angka pengangguran, Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh terus berupaya menghadirkan peluang bagi mahasiswa agar “Lulus Kuliah Siap Kerja.”
Salah satu prodi yang konsen pada tagline tersebut adalah prodi Seni Karawitan. Prodi yang memfokuskan Pendidikan pada penguasaan musik tradisional seperti rapai, seurune dan alat musik tradisional lainnya, terus berinovasi agar lulusannya memiliki daya saing di pasar kerja modern.
Rizki Mona Dwi Putra MSn, selaku Dosen Prodi Karawitan ISBI Aceh saat di temui di Kampus C dalam acara Gotong Royong ISBI Aceh di Kota jantho menjelaskan, tagline “Lulus Kuliah Siap Kerja” bukanlah program atau capaian semata, bila dikaji secara tertulis, tidak ada tekstualnya.
“Bagi kami, lulus kuliah siap kerja adalah keniscayaan dimana setiap dosen dituntut untuk mengarahkan mahasiswa agar ketika lulus, anda siap kerja,” ujarnya.
Ia juga menyebutkan, tagline “Lulus Kuliah Siap Kerja” merupakan respon atas kebutuhan industri kreatif yang semakin berkembang pesat di Indonesia dan dunia.
“Kami ingin agar mahasiswa seni karawitan tidak hanya ahli dalam bidangnya tetapi juga adaptif terhadap perubahan global,” jelas Rizki yang juga composer di beberapa kegiatan.
Menurutnya, lulusan seni karawitan tidak hanya dihadapkan pada persaingan di dalam negeri, tetapi juga peluang karier internasional yang membutuhkan pemahaman lintas budaya dan inovasi.
Rizki juga menambahkan, kalimat “Lulus Kuliah Siap Kerja” di ISBI Aceh tidak lagi menjadi “hope atau harapan” melainkan “ekspektasi”. Dengan melibatkan sejumlah daya kreasi dan inovasi kurikulum, berbagai perangkat berteknologi di ISBI Aceh mulai menjadi sarana yang mendukung pengajaran seni tradisional. Ini adalah upaya agar cita ISBI Aceh tercapai.
Mahasiswa prodi Seni Karawitan kini mulai diajarkan untuk menggunakan perangkat digital dalam merekam dan menyunting musik, sehingga mereka dapat menghasilkan karya yang berkualitas tinggi untuk berbagai kebutuhan industri.
“Kami mulai mencoba mengintegrasikan teknologi agar para mahasiswa memiliki kemampuan teknis yang relevan, sehingga mereka bisa bekerja di sektor industri digital,” tambah Rizki.
Selain itu, ISBI Aceh juga terus menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, seperti lembaga pariwisata, dinas kebudayaan, dan komunitas seni internasional untuk memberikan akses magang kepada mahasiswa. Ini adalah langkah konkret agar mahasiswa ISBI Aceh dapat memiliki pengalaman kerja sebelum lulus, sehingga mereka lebih siap untuk terjun ke dunia profesional.
“Magang adalah salah satu cara kami mendekatkan mahasiswa ke industry. Alhamdulillah di bawah pimpinan prodi kami, Ibu Berlian Denada MSn, kami terus hadir memberikan mereka wawasan dan kesempatan untuk berkarya nyata bagi mahasiswa kami di bidang mereka,” ujar Rizki.
Lebih lanjut, di ISBI Aceh juga terdapat beberapa instrumen yang mendukung ruang kreatifitas dibidang Seni Karawitan termasuk dalam berwirausaha.
Keberadaan prodi Kriya Seni di ISBI Aceh akan menjadi salah satu pendukung dalam pembuatan alat musik Seni Karawitan bilamana alat alat musik ingin terus di produksi. Geografis dan regulasi di Aceh, tampak selaras dalam mendorong kearifan akan keberadaan musik tradisi Aceh.
Sebagai satu-satunya PTN Seni di Aceh, keberadaan ISBI Aceh adalah berkah, berkah dalam mempercantik citra seni dan kebudayaan, berkah pula dalam mendorong berkurangnya angka lulusan sarjana yang pengangguran, berkah pula karena lulus kuliah di ISBI mayoritas kerja. Jadi, bagi adik adik siswa kelas tiga, seniman dan budayawan, handaitaulan (karena di ISBI Aceh ada program mandiri khusus), manfaatkan keberadaan ISBI Aceh sebagai peluang nyata meraih sarjana dan siap kuliah langsung kerja. ISBI Aceh yang telah bekerja sama dengan berbagai instansi komunitas kreatif terus hadir mendorong kolaborasi antara seni tradisional dan modern. Kolaborasi ini tentu akan sangat mampu membuka wawasan baru bagi mahasiswa karawitan agar mereka tidak hanya terpaku pada teknik tradisional, tetapi juga dapat menciptakan karya yang relevan bagi generasi muda. Kolaborasi ini juga menciptakan peluang di media sosial, di mana karya-karya seni karawitan kini bisa diakses lebih luas oleh masyarakat.
Pihaknya menyatakan yakin, melalui pendekatan yang kreatif, inovatif, dan adaptif terhadap kebutuhan zaman, ISBI Aceh hadir mendorong lulusannya agar dapat menjadi generasi muda yang tidak hanya bangga akan seni tradisi, tetapi juga siap bekerja dan berkarya di pasar global.
“Saya berharap, seni karawitan dapat terus hidup dan berkembang, serta menjadi identitas kuat bagi bangsa Indonesia di mata dunia,” tutup Rizki.(rz)