JANTHO – Ichsan, dosen Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh, mengajak generasi muda Aceh untuk bersikap konstruktif dan berperan aktif dalam membangun daerah.
Hal ini disampaikannya dalam acara pelatihan kreativitas pemuda bertema “Peran Teknologi dalam Evolusi Seni dan Kreativitas” yang berlangsung di Sei Hotel Banda Aceh, 14-15 November 2024 kemarin.
Dalam paparan dan presentasinya, Ichsan menekankan bahwa teknologi memiliki dampak ganda: positif dan negatif. “Tugas kita sebagai pemuda adalah memilih yang baik, lalu menyebarkan kebaikan tersebut kepada masyarakat,” ujarnya. Ia menekankan pentingnya mengelola teknologi secara bijak untuk kemajuan Aceh, bukan untuk merusaknya.
Ia juga menyoroti kebiasaan masyarakat yang cenderung saling menyalahkan saat menghadapi masalah. “Kita harus menghentikan kebiasaan saling menyalahkan atau bahkan menyalahkan takdir. Sebaliknya, mulailah membangun komunitas yang konstruktif dari diri kita sendiri dan orang-orang terdekat,” tegasnya.
Menurutnya, Aceh tidak bisa terus berharap akan perubahan yang datang dari luar. “Tidak akan ada orang luar yang datang membangun Aceh untuk kita. Aceh sepenuhnya bergantung pada apa yang kita, pemudanya, lakukan hari ini,” katanya.
Ichsan menegaskan, pemuda Aceh memiliki potensi besar yang sering kali tidak dimanfaatkan secara maksimal. “Kita punya sumber daya manusia yang luar biasa, tetapi tanpa tekad dan aksi nyata, potensi itu akan sia-sia,” imbuhnya. Ia mendorong para peserta untuk mulai berkontribusi, sekecil apa pun langkahnya.
Dalam sesi diskusi, Ichsan memberikan sejumlah solusi praktis bagi pemuda Aceh untuk lebih progresif. Salah satunya adalah membangun komunitas berbasis teknologi dan seni yang fokus pada pemberdayaan masyarakat. “Teknologi dan seni adalah kombinasi yang sangat kuat. Dengan inovasi, kita bisa menggerakkan ekonomi kreatif Aceh,” paparnya.
Selain itu, ia juga mengajak pemuda untuk memperkuat kolaborasi lintas disiplin. Menurutnya, kerja sama antara berbagai latar belakang pendidikan dan keahlian akan menciptakan sinergi yang dapat mempercepat kemajuan Aceh.
Ichsan menyebutkan pentingnya pendidikan karakter untuk membentuk pemuda yang memiliki mental progresif dan konstruktif. “Pendidikan bukan hanya soal akademik, tapi juga soal bagaimana membangun nilai-nilai integritas dan tanggung jawab,” katanya.
Acara pelatihan ini dihadiri oleh puluhan pemuda dari berbagai kabupaten di Aceh. Para peserta mengaku terinspirasi oleh gagasan Ichsan. Salah satu peserta, Wan, mengatakan, “Saya merasa lebih termotivasi untuk memulai sesuatu, bahkan dari hal kecil. Kita tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah.”
Melalui pesan-pesan yang disampaikan Ichsan, diharapkan generasi muda Aceh dapat bangkit dan membawa perubahan signifikan bagi daerah. “Mari kita majukan Aceh dengan semangat progresif dan konstruktif,” tutup Ichsan.(ra)