HARIANRAKYATACEH.COM – Pernahkah Anda mendengar istilah ‘kritik membangun’? Meski niatnya baik, kritik yang terlalu sering dilontarkan kepada anak bisa meninggalkan jejak yang mendalam hingga mereka dewasa.
Anak yang terlalu sering dikritik oleh orang tuanya cenderung tumbuh dengan membawa pola pikir dan perilaku tertentu yang memengaruhi cara mereka menjalani hidup.
Dilansir dari laman Personal Branding Blog pada Minggu (17/11), berikut adalah 8 kebiasaan saat dewasa yang biasanya muncul pada anak-anak yang tumbuh di bawah bayang-bayang kritik terus-menerus.
1. Banyak Mengkritik
Ironisnya, anak yang terlalu sering dikritik cenderung mengulangi pola yang sama pada orang lain. Mereka tumbuh dengan standar tinggi yang diterapkan pada diri sendiri dan orang lain, sehingga sulit untuk mengapresiasi tanpa mencari kesalahan. Kebiasaan ini sering kali terjadi tanpa mereka sadari.
2. Kesulitan Mengungkapkan Kasih Sayang
Kritik yang terus-menerus dapat membuat anak merasa bahwa menunjukkan emosi adalah kelemahan. Akibatnya, mereka menjadi canggung atau bahkan enggan untuk mengekspresikan kasih sayang secara terbuka, baik pada pasangan, teman, maupun keluarga.
3. Perfeksionis
Anak yang selalu dikoreksi akan tumbuh dengan dorongan untuk menjadi sempurna. Mereka takut membuat kesalahan karena merasa bahwa kegagalan akan membawa kritik baru. Perfeksionisme ini sering kali melelahkan dan membuat mereka sulit merasa puas dengan diri sendiri.
4. Memendam Emosi
Karena terbiasa menghadapi kritik, anak-anak ini belajar menyembunyikan perasaan mereka agar tidak memancing respons negatif. Ketika dewasa, mereka lebih memilih memendam emosi daripada mengungkapkannya, yang dapat berdampak buruk pada kesehatan mental mereka.
5. Terlalu Permisif terhadap Anak-Anak Mereka
Uniknya, beberapa orang dewasa yang dulu sering dikritik justru bersikap sebaliknya pada anak mereka. Mereka takut mengulangi pola asuhan orang tua mereka dan cenderung membiarkan anak melakukan apa saja. Meski niatnya baik, pendekatan ini dapat membuat anak-anak mereka kehilangan arahan yang jelas.
6. Takut Gagal
Rasa takut gagal adalah dampak lain yang sering dirasakan. Anak yang terlalu sering dikritik cenderung menghindari tantangan karena tidak ingin mengalami penolakan atau kegagalan. Hal ini membuat mereka ragu untuk mengambil risiko yang sebenarnya dapat membawa kemajuan dalam hidup.
7. Ekspektasi Terlalu Tinggi
Selain takut gagal, mereka sering kali menetapkan ekspektasi yang tidak realistis terhadap diri sendiri maupun orang lain. Hal ini bisa memicu kekecewaan berulang ketika hasil tidak sesuai dengan harapan.
8. Suka Menciptakan Jarak Emosional
Pengalaman sering dikritik dapat membuat seseorang merasa tidak aman dalam hubungan interpersonal. Mereka cenderung menjaga jarak emosional untuk melindungi diri dari potensi penolakan atau kritik yang menyakitkan.
Apa yang Bisa Dilakukan?
Menyadari dampak dari kritik yang berlebihan adalah langkah pertama untuk memperbaiki diri. Jika Anda mengenali beberapa pola ini pada diri sendiri, penting untuk mulai menerima bahwa tidak ada yang sempurna, dan kritik tidak selalu diperlukan untuk tumbuh.
Masa kecil membentuk sebagian besar kebiasaan saat dewasa, termasuk bagaimana seseorang menghadapi dunia. Anak yang terlalu sering dikritik bukan berarti tidak bisa berubah, tapi memerlukan waktu dan usaha untuk melepaskan diri dari pengaruh masa lalu.
Dengan dukungan yang tepat, mereka bisa menciptakan pola hidup yang lebih sehat dan penuh kasih sayang.
Editor: Novia Tri Astuti