MEULABOH – Desa Kuta Padang, Kecamatan Bubon Aceh Barat memiliki kelompok tani yang dapat menjadi percontohan dan pelopor dalam pemanfaatan lahan gambut yang belum produktif menjadi lebih produktif. Kelompok tani ini bernama Kelompok Tani Nanas Gambut Lestari (KT-NGL).
Ketua Kelompok KT-NGL Edi Saputra, mengaku bingung saat harus mengelolanya, bagaimana memanfaatkan lahan gambut milik desa Kuta Padang, agar dapat menjadi peluang usaha, setidaknya bagi masyarakat Desa yang sedang tidak memiliki pekerjaan.
“Beberapa hektar sudah diamanahkan dan diizinkan untuk dikelola oleh perangkat Desa Kuta Padang, itu awal terbentuk kelompok tani ini, tapi kan belum ada ilmu ya, jadi belum tau bagaimana akan mengelola lahan dan kelompok taninya,” ungkap Edi.
Kata Edi menceritakan, kemudian ia berkesempatan berdiskusi dengan Tim Kerja Perlindungan dan Pengelohan Ekosistem Gambut (TK-PPEG) Aceh Barat, terkait rencana pengelolaan. Mereka menyarankan untuk menanam tanaman nanas, jika dilihat dari potensi lahan yang ada.
Akhirnya kelompok tani secara swasembada mengolah lahan dengan teknologi sederhana untuk menyiangi dan membuat irigasi lahan. KT-NGL telah berhasil menanam 1 hektar lahan dengan tanaman nanas. “Masih ada 2 hektar lagi yang belum tertanam, karena keterbatasan modal,” ujar Edi.
Sebagai perusahaan yang berada disekitar Desa, tak tinggal diam PT Karya Tanah Subur (KTS), anak usaha Astra Agro Lestari Tbk (Astra Agro) yang beroperasi di Aceh Barat ikut mengambil peran dalam membina Kelompok Tani NGL. Kegiatan awal yang dilakukan PT KTS yakni memberikan sosialisasi pemanfaatan lahan gambut secara berkelanjutan.
“Sudah lama kami pantau, lahan gambut milik Desa Kuta Padang, perlu dikelola dengan benar. Kabar baik sudah dibentuk kelompok taninya, tadinya belum ada namanya karena belum tau mau dikelola jadi apa”, kata Ashar Khoirurozi Assistant CSR PT KTS.
Menurutnya Ashar, penting untuk edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat Desa Kuta Padang tentang pemanfaatan serta tata kelola lahan gambut yang baik. Seperti larangan membuka lahan dengan cara membakar, menjaga permukaan air agar tetap lembab, hingga penggunaan sistem irigasi yang tepat.
PT KTS juga memberikan bantuan bibit nanas sebanyak 1000 untuk ditanami di areal lahan yang belum tertanam, bersamaan dengan edukasi dan sosialisasi tambahan terkait pertanian (17/11).
Community Development Officer PT KTS, Azra Husaini mengungkapkan rencana keberlanjutan PT KTS untuk terus membina KT-NGL, agar usaha tani nanas ini tidak hanya musiman dan berhenti begitu saja.
“Nanti saat memasuki usia panen, kelompok tani rencananya akan dibina untuk membuat olahan produk nanas, sehingga nilai jual usaha tani nanas ini bisa menyasar dari hulu ke hilir,” kata Azra.
Selain itu, beberapa hektar lahan lagi yang tidak dapat ditanam nanas, akan dibina oleh PT KTS untuk membuat sistem tumpang sari yang bisa dimanfaatkan untuk menanam tanaman lain seperti terong, timun, dan jagung.
“Tidak perlu dilihat berapa banyak untung yang akan didapatkan nanti, kalau untung anggap saja bonus, yang penting bagaimana bisa kelola lahan gambut yang berpotensi ini dengan baik, sekaligus memberdayakan masyarakatnya untuk lebih produktif,” jelasnya.
Perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit ini, melalui tanggung jawab sosialnya (CSR) dalam pilar ekonomi, berkomitmen untuk mendukung pengembangan aktivitas kewirausahaan sesuai dengan kebutuhan serta potensi wilayah dan kearifan lokal yang ada.
Progam ini meliputi pelatihan, pendampingan, penguatan kelembagaan, bantuan prasarana, hingga bantuan modal usaha sebagai kontribusi perusahaan dalam rangka mengembangkan potensi ekonomi di sekitar wilayah operasional.(drh)