BANDA ACEH l RAKYAT ACEH – Hingga saat ini, Aceh masih menghadapi kesenjangan besar dalam layanan pendidikan dan kesehatan, terutama di daerah-daerah terpencil. Di tengah tantangan akses dan kualitas layanan publik yang belum merata, pasangan calon gubernur-wakil gubernur Bustami-Fadhil tampil dengan visi yang menjanjikan perbaikan nyata.
“Kami ingin memastikan bahwa setiap warga Aceh, baik di kota maupun desa terpencil, mendapatkan akses pendidikan dan kesehatan yang layak,” ujar Hendra Budian, juru bicara pasangan Bustami-Fadhil, Selasa (19/11).
Langkah konkret yang ditawarkan Bustami-Fadhil tak hanya melibatkan peningkatan fasilitas, tetapi juga kerja sama erat dengan pemerintah pusat demi menciptakan layanan yang merata dan berkualitas bagi seluruh lapisan masyarakat.
Dalam pandangan pasangan Bustami-Fadhil, persoalan pendidikan dan kesehatan di Aceh tidak sekadar soal angka partisipasi sekolah atau jumlah fasilitas kesehatan, melainkan mencerminkan akses yang belum setara bagi masyarakat di seluruh pelosok Aceh. Kondisi ekonomi masyarakat yang masih rendah, terutama di daerah terpencil, menjadi faktor besar yang menghambat pemerataan pendidikan dan kesehatan.
“Kami melihat bagaimana anak-anak di desa masih harus bekerja demi menopang ekonomi keluarga, sehingga mereka tidak bisa sepenuhnya mendapatkan pendidikan yang layak,” ungkap Hendra.
Di sektor pendidikan, pasangan Bustami-Fadhil berencana meluncurkan program yang memfasilitasi pembangunan infrastruktur sekolah dan pengiriman tenaga pengajar berpengalaman ke pelosok.
“Visi kami adalah agar setiap anak Aceh mendapatkan akses pendidikan yang sama tanpa terbatas oleh jarak geografis atau kondisi ekonomi,” kata Hendra.
Program unggulan yang akan dijalankan, lanjut Hendra, termasuk penyediaan sarana belajar yang memadai, akses teknologi pendidikan, serta pelatihan bagi para guru untuk meningkatkan kualitas pengajaran di daerah terpencil.
“Mereka ingin menciptakan pendidikan inklusif dan berkualitas yang akan mengangkat generasi muda Aceh dari ketertinggalan,” tambahnya.
Di sisi lain, sektor kesehatan juga mendapat perhatian serius dalam visi Bustami-Fadhil. Aceh masih memiliki tingkat kesenjangan kesehatan yang tinggi antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Di wilayah terpencil, masyarakat kerap kali sulit menjangkau fasilitas kesehatan dasar, bahkan untuk pelayanan puskesmas atau klinik sederhana.
Menanggapi kondisi tersebut, Bustami-Fadhil berjanji akan membangun lebih banyak pusat kesehatan di daerah-daerah yang jauh dari jangkauan fasilitas kesehatan. Mereka juga merencanakan program pelatihan bagi tenaga kesehatan lokal, dengan melibatkan pemerintah pusat untuk mendatangkan tenaga medis terampil ke Aceh.
“Harapan kami adalah memastikan bahwa warga di pedalaman Aceh pun bisa mendapatkan layanan kesehatan layak, serta mengurangi angka kematian ibu dan anak yang masih tinggi,” tegas Hendra.
Menurut Hendra, salah satu kunci untuk menyukseskan visi Bustami-Fadhil adalah membangun hubungan harmonis dengan pemerintah pusat. Sinergi ini diperlukan agar Aceh dapat memperoleh dukungan yang lebih besar dalam anggaran dan kebijakan untuk memperbaiki layanan publik.
“Bustami sangat memahami pentingnya sinergi dengan pusat. Sebagai mantan birokrat yang berpengalaman, ia tahu betul jalur yang harus ditempuh untuk memastikan dukungan pusat agar kebutuhan rakyat Aceh terpenuhi,” ujar Hendra.
Dengan adanya hubungan yang baik antara pemerintah daerah dan pusat, Hendra menambahkan, segala program pembangunan di Aceh akan berjalan lancar tanpa hambatan birokrasi. Bustami, dengan rekam jejak panjangnya dalam pengelolaan keuangan daerah, berkomitmen untuk memastikan bahwa setiap anggaran yang dikucurkan digunakan sesuai kebutuhan masyarakat, terutama di sektor pendidikan dan kesehatan.
Tidak hanya fokus pada kebijakan dari atas ke bawah, Bustami-Fadhil juga berkomitmen untuk melibatkan masyarakat lokal dalam menjaga keberlanjutan program-program yang dicanangkan.
“Salah satu kunci keberhasilan adalah melibatkan masyarakat lokal, terutama dalam hal pemeliharaan fasilitas pendidikan dan kesehatan,” terang Hendra.
Dengan memberikan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi aktif, pasangan ini berharap agar masyarakat merasa memiliki dan turut menjaga keberlanjutan layanan publik di daerah mereka. Melalui visi ini, Bustami-Fadhil berharap masyarakat Aceh dapat melihat bahwa perubahan nyata untuk memperbaiki layanan pendidikan dan kesehatan bukanlah sekadar wacana.
Mereka bertekad agar ke depan, tidak ada lagi anak Aceh yang harus berhenti sekolah karena jarak, atau warga desa yang kehilangan nyawa karena tak terjangkau fasilitas kesehatan.
“Kami ingin Aceh memiliki layanan pendidikan dan kesehatan yang merata, agar setiap warga Aceh, tanpa terkecuali, bisa merasakan manfaat pembangunan,” tutup Hendra, menggarisbawahi misi Bustami-Fadhil untuk membangun Aceh yang lebih sejahtera dan setara. (ril/ma)