RAKYAT ACEH | SIMEULUE – Bertepatan dengan detik-detik peringatan HUT Ke- 53 Tahun, Organisasi Korps Pegawai Republik Indonesia (Korpri) yang ada Kabupaten Simeulue, menggelar bakti sosial kegiatan bedah satu unit rumah yang tidak layak huni, milik janda yang fisiknya cacat permanent.
Kegiatan aksi kemanusiaan bedah rumah tidak layak huni yang digelar organisasi Korpri Kabuapaten Simeulue itu, yakni milik salah seorang ibu rumah tangga berstatus janda dan mengalami cacat fisik, Herlyani (62) warga Desa Suka Maju, Kecamatan Simeulue Timur, setelah dilakukan survei dan pendataan pihak Baitulmal setempat.
Terkait aksi kemanusiaan bedah rumah tidak layak huni itu, disampaikan Pj Bupati Simeulue, Teuku Reza Pahlevi di dampingi Supriadi, Ketua Baitulmal setempat, dan Heryani penerima mamfaat bedah rumah tidak layak, yang ditemui Harian Rakyat Aceh dilokasi kegiatan, Jumat 29 November 2024.
“Aksi kemanusiaan, bakti sosial Korpri Kabupaten Simeulue, salah satunya yakni bedah rumah tidak layak huni milik warga kita yang benar-benar membutuhkannya. Aksi bakti sosial ini bertepatan dengan peringatan HUT Korpri Ke-53 Tahun, dan tadi pagi sudah kita laksanakan upacara peringatan HUT Korpri Ke-53 tahun,” kata Teuku Reza Pahlevi.
Pj Bupati Simeulue, yang sengaja melihat langsung kondisi rumah tidak layak huni milik janda cacat fisik yang berlantai papan lapuk tanpa plafon, dinding terbuat dari seng bekas, triplek bekas serta salah satu anaknya yang juga mengalami kondisi lumpuh total, terlihat hanya terbaring tak berdadaya dilantai rumah beralaskan tikar bekas.
Herlyani, yang terbata-bata dan dengan menggunakan kain jilbabnya untuk menghapus air mata, yang tanpa sengaja terlihat tangan kanannya telah cacat permanen (buntung) sejak lahir. “Terimakasih pak bupati. Terimakasih pemerintah kabupaten Simeulue, telah meringankan beban kamimsekeluarga,” kata Herlyani.
Hetlyani menceritakan, suaminya meninggal dunia pada tahun 1996 silam, dan kemudian meniadi orang tua tunggal terhadap tiga orang anaknya, yang bekerja serabutan untuk biaya ekpnomi keluarganya serta mengobati kesehatan anaknya dari penyakit kelumpuhan yang permanen yang hingga saat ini tidak kunjung sembuh.
“Sehari-sehari saya bekerja apa saja, yang penting ketiga anak saya dapat makan, serta bila ada kelebihan dari jerih payah saya, digunakan untuk membiayai berobat anak saya yang lumpuh,” imbuhnya dengan nada tertahan. (ahi/hra)