RAKYAT ACEH | BANDA ACEH – Badan Karantina Indonesia (Barantin) dan Universitas Syiah Kuala (USK) telah resmi menjalin kerja sama untuk memperkuat pengembangan sumber daya manusia (SDM) serta meningkatkan sinergi dalam bidang karantina, pendidikan, riset, dan teknologi. Penandatanganan nota kesepahaman dilakukan di Ruang Rapat Balai Senat, Gedung Kantor Rektorat USK, pada Jumat (31/1).
Rektor USK, Prof. Dr. Ir. Marwan, menyambut baik kerja sama ini dan menyatakan kesiapan USK untuk berkolaborasi dengan Barantin.
“Kami sangat terbuka untuk bekerja sama dalam berbagai bidang,” ujar Marwan.
Meskipun nota kesepahaman baru ditandatangani, Marwan menjelaskan bahwa kerja sama antara USK dan Barantin sebenarnya telah terjalin dengan baik selama ini, terutama dalam program magang mahasiswa dari Fakultas Pertanian, Fakultas Kedokteran Hewan, dan Fakultas Perikanan dan Kelautan di Barantin Aceh.
Oleh karena itu, dengan adanya nota kesepahaman ini, ia berharap dapat memperkuat dan mengembangkan peluang-peluang yang telah ada, serta menjajaki bidang-bidang lain yang potensial untuk kerja sama yang lebih luas.
“Jadi ini kita harap peluang-peluang yang sudah jalan akan kita perkuat,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Badan Karantina Indonesia, Dr. Ir. Sahat M. Panggabean, menjelaskan bahwa penguatan SDM yang dilakukan dengan USK akan dilakukan melalui pertukaran pengetahuan maupun kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar dan mengembangkan diri di Barantin. Kerja sama ini juga membuka peluang bagi mahasiswa yang ingin melakukan tugas akhir atau bahkan berkarir di bidang karantina.
“Selain itu, fokus kedua kita adalah dengan maraknya penyakit-penyakit yang berkembang saat ini, seperti PMK, menuntut penguatan karantina yang didukung oleh perguruan tinggi, salah satunya USK. Aceh, sebagai salah satu pintu masuk dari luar negeri, memerlukan perhatian khusus. Selain penguatan SDM, isu nasional terkait pengamanan wilayah Indonesia dari berbagai penyakit juga menjadi perhatian utama. Kami meminta dukungan dari perguruan tinggi untuk menjawab dan menjelaskan isu penyakit yang tadinya tidak ada, namun tiba-tiba muncul, secara ilmiah,” jelas Sahat.
Sahat menyebutkan, saat ini, terdapat 57 alumni USK yang telah mengabdi di Barantin. Hal ini menunjukkan bahwa USK telah memberikan kontribusi signifikan dalam penyediaan SDM berkualitas di bidang karantina.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada Civitas akademika USK yang telah melahirkan alummi-alumni terbaik untuk bekerja di Barantin,” tuturnya.
Diketahui, kerja sama antara Barantin dan USK ini merupakan bagian dari strategi Barantin untuk memperluas jangkauan dan efektivitas kegiatan karantina di Indonesia dengan melibatkan perguruan tinggi besar dalam upaya meningkatkan kapasitas riset dan inovasi di bidang karantina, serta memanfaatkan teknologi terkini untuk mendukung tugas-tugasnya. Sebelumnya, Barantin juga telah menjalin kerja sama dengan Universitas Diponegoro (Undip) dan Universitas Airlangga. (Mag-01)