RAKYAT ACEH | SIMEULUE – Hasil hitungan secara rata-rata pihak Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten (DLHK) Simeulue, dalam durasi selama 24 jam, untuk satu orang warga pulau Simeulue, mampu memproduksi limbah sampah sebanyak 0,5 kilogram.
Produksi limbah sampah persatu orang itu, bila ditotalkan dengan jumlah penduduk sebanyak lebih dari 69 ribu jiwa yang tersebar di 138 desa dalam 10 Kecamatan di wilayah Kabupaten Simeulue, maka satu kali 24 jam dengan rata-rata produksi limbah sampah sebanyak 47 ton.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLHK) Kabupaten Simeulue, Salmarita di dampingi Abdif, Duta Green Ambassador Tingkat Nasional, yang sedang melaksanakan kegiatan Hari Peduli Sampah Nasional 2025, dikawasan pasar inpres Kota Sinabang, yang ditemui Harian Rakyat Aceh, Jumat 21 Februari 2025.
“Kalau kita rincikan satu kali 24 jam, satu orang warga Simeulue menghasilkan limbah sebanyak 0,5 kilogram. Bila kita totalkan dengan jumlah penduduk Kabupaten Simeulue sebanyak 69 ribu lebih, maka produksi limbah sampah dalam satu kali 24 jam, sebanhak 47 ton”, kata Salmarita.
Lebih lanjut sebut Salmarita, dari total 47 ton limbah sampah tersebut, yang dimobilisasi petugas untuk masuk ke Tempat Pembuangan Akhir atau Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sebanyak 17 ton limbah sampah yang telah terkumpul pada titik-titik resmi di area publik serta limbah sampah yang resmi masuk dalam daftar pelanggan.
DLHK Simeulue yang juga sangat prihatin dengan masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat, untuk penanganan persoalan limbah sampah yang tidak dipilah dan masih dibuang secara acak dan bertebaran diberbagai tempat, serta masih ada anggapan negatif dari masyarakat, bahwa persoalan limbah sampah itu urusannya pemerintah.
Padahal untuk urusan limbah sampah itu harus melibatkan semua lini dan unsur terkait serta menjadi tanggungjawab dalam lingkungan masyarakat itu sendiri, seperti ditingkat Pemerintahan desa untuk alokasikan dana desanya untuk menangani limbah sampah masyarakatnya.
Sebab limbah sampah rumah tangga yang dibuang serampangan, dapat menimbulkan bencana wabah penyakit menular dilingkungan masyarakat itu sendiri, serta dengan lingkungan yang terusik dari sektor limbah sampah yang tidak ditangani secara baik itu, nantinya akan menciptakan emisi global.
“Persoalan limbah sampah ini masih ada anggapan negatif dari masyarakat, bahwa itu urusan pemerintah. Padahal limbah sampah itu merupakan tanggungjawab dalam masyarakat itu sendiri, semua komponen dan lini harus berperan. Kita sarankan dana desa itu bisa diplotkan untuk menangani sampah yangnada didesanya, sebab limbah sampah itu salah satu faktor pemicu bencana kesehatan”, imbuh Salmarita.
Sementara pihak DLHK Simeulue yamg masih terbatas fasilitas untuk penanganan limbah sampah, yang idealnya membutuhkan 15 unit armada pengangkut sampah, namun yang tersedia saat ini hanya 5 unit armada, dan didukung 105 orang petugas kebersihan lapangan, yang bekerja selama 24 jam di area publik.
Dengan hadirnya duta Green Ambassador Tingkat Nasional di Kabupaten Simeulue juga dinilai memiliki andil dan terbantu, untuk edukasi dan sosialisasi di kalangan masyarakat luas dan generasi muda. “Dengan hadirnya duta Green Ambassador ini, sangat membantu untuk memberikan edukasi dan sosialisasi di kalangan masyarakat dan generasi muda kita”, tutup Salmarita.
Abdif, Duta Green Ambassador Tingkat Nasional asal Kabupaten Simeulue, juga menanggapi pentingnya lingkungan bersih itu merupakan tanggungjawab seluruh masyarakat yang mendiami wilayah kepulauan, saat ditemui Harian Rakyat Aceh, Jumat 21 Februari 2025.
“Kami selaku duta Green Ambassador tingkat Nasional yang berada di Kabupaten Simeulue, maka kami berupaya memberikan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat dan generasi muda, sangat pentingnya lingkungan yang bersih, sehingga nantinya kita harapkan kedepannya pulau Simeulue yang bersih dan ramah lingkungan. Sebab persoalan kebersihan itu tanggungjawab kita semua”, kata Abdif. (ahi/hra)