class="post-template-default single single-post postid-135401 single-format-standard wp-custom-logo" >

Menu

Mode Gelap
Kabel Listrik Dicuri, Lampu Jalan di Banda Aceh Padam – Kerugian Capai Rp261 Juta Ketua Pembina Yayasan SCN : Lembaga Non Profit Punya Peran Penting Atasi Kemiskinan Akademisi Umuslim : Berikut Kriteria Sosok Ideal Pimpin KNPI Bireuen Polri Beber 3 Perusahaan Produsen Minyakita Tidak sesuai Takaran Pupuk Indonesia Ajak Petani Daftar RDKK Agar Dapat Pupuk Subsidi

DAERAH · 9 Mar 2025 17:28 WIB ·

Ketua Pembina Yayasan SCN : Lembaga Non Profit Punya Peran Penting Atasi Kemiskinan


 Ketua Pembina Yayasan SCN, Aulia Rahmat. Perbesar

Ketua Pembina Yayasan SCN, Aulia Rahmat.

RAKYATACEH | BIREUEN – Kemiskinan di Kabupaten Bireuen, dianggap sebagai salah satu masalah sosial yang memerlukan perhatian serius. Meskipun Aceh memiliki sumber daya alam yang melimpah, ketimpangan sosial, dan kemiskinan masih sangat terasa, terutama di daerah pedesaan Kabupaten Bireuen.

Kondisi itu diperburuk oleh akses yang terbatas terhadap informasi tertentu, seperti ketersediaan lapangan kerja yang sesuai dengan potensi dan kebutuhan masyarakat.

Akibatnya, sebagian besar penduduk, terutama mereka yang tinggal di wilayah terpencil, terjebak dalam lingkaran kemiskinan yang sulit diputus. Sehingga membuat mereka hanya terus melanjutkan peranan dan kapasitas serta pengalaman yang mereka peroleh di tempat tinggalnya. Bersawah, berkebun, dan berlaut sudah menjadi keutamaan pencaharian mereka agar dapat memenuhi kebutuhan harian.

Hal tersebut disampaikan Ketua Pembina Yayasan Searah Cita Nusantara (SCN) Aceh, Aulia Rahmat, kepada Rakyat Aceh, Minggu (9/3).

Menyikapi persoalan itu, Aulia berpendapat bahwa lembaga non-profit dapat berperan penting mengatasi kemiskinan di Bireuen.

Menuturnya, organisasi non profit dapat memberikan bantuan langsung, baik berupa santunan tunai, pendidikan melalui pelatihan, maupun fasilitas kesehatan.

Selain itu, kata Aulia, lembaga-lembaga tersebut memiliki kapasitas untuk melakukan pemberdayaan masyarakat, dengan memberikan pelatihan keterampilan, modal usaha, serta menghubungkan masyarakat dengan peluang pasar yang lebih luas.

“Pendekatan berbasis pemberdayaan ini sangat dibutuhkan untuk menciptakan solusi jangka panjang bagi keluarga-keluarga yang masih dalam kategori kurang mampu,” ujar Aulia.

Disebutkan, lembaga non-profit di Bireuen juga dapat berperan sebagai jembatan antara pemerintah dan masyarakat.

“Seringkali, bantuan dari pemerintah tidak sampai dengan optimal karena keterbatasan informasi sehingga menyebabkan ketidaktahuan atau ketidakpahaman masyarakat terhadap program-program yang ada. Maka dalam hal ini, lembaga non profit dapat menjadi perpanjang tangan pemerintah agar bantuan disalurkan kepada masyarakat miskin tepat sasaran,” terang pemuda peduli sosial itu.

Lembaga non-profit juga dinilai dapat berfungsi sebagai penghubung yang membantu memastikan bahwa bantuan dan program-program kemanusiaan sampai kepada mereka yang membutuhkan, sesuai dengan yang semestinya.

“Berdasarkan pengalaman di Yayasan Searah Cita Nusantara (SCN) yang bergerak sebagai lembaga non-profit dengan pergerakan seluruh Aceh dan terutama di Kabupaten Bireuen, kami menyadari bahwa masih begitu banyak masyarakat yang merasakan perihnya menjalankan kehidupan, bahkan untuk kebutuhan harian saja, mereka harus berjuang sekuat tenaga. Banyak masyarakat dengan serba kecukupan bahkan tertinggal,” terangnya.

Fasilitas kesehatan seperti rumah singgah pasien gratis bagi masyarakat kurang mampu telah diupayakan. Setidaknya, dapat memberikan solusi sementara untuk melakukan pengobatan ke rumah sakit daerah yang berada di Kota Banda Aceh.

“Kita sudah bergerak di seluruh Aceh, bahkan kita juga siap memfasilitasi masyarakat Bireuen yang berobat ke Banda Aceh. Disana, SCN ada rumah singgah yang diperuntukkan khusus kepada keluarga pasien secara gratis. Kita sebagai lembaga non profit akan terus bergerak demi membantu masyarakat kurang mampu,” sebut putra asal Gandapura itu.

Ia juga menyebutkan, banyak pasien yang ditemui sekarang merupakan bayi, balita, hingga anak-anak dengan berbagai macam penyakit yang komplikasi. Sehingga, hampir sebagian dari keluarganya mengatakan malu bahkan takut untuk melakukan pengobatan ke daerah karena terkendala dalam biaya, baik perjalanan maupun operasional pendamping pasien yang merawatnya.

“Sehingga, banyak yang memilih untuk pengobatan seadanya seperti pengobatan tradisional. Memang benar terdapat BPJS yang dapat menalan…

Artikel ini telah dibaca 87 kali

badge-check

Penulis

Comments are closed.

Baca Lainnya

DMI Aceh Salurkan Bantuan Perlengkapan Kebersihan Masjid Melalui DMI Aceh Besar dI Masjid Lanud SIM

9 March 2025 - 18:23 WIB

Pidie Jaya Gandeng Mahasiswa, Bagikan 400 Paket Takjil di Trienggadeng

7 March 2025 - 13:49 WIB

Pernah Mundur, dr Ismuha Ditunjuk Plt Direktur RSUTP Abdya

6 March 2025 - 22:31 WIB

PROPER Emas Perdana Dedikasi 43 Tahun PT PIM

27 February 2025 - 11:01 WIB

176 Pimpinan dan 730 Guru Dayah Terima Insentif Rp 1,6 Miliar dari Pemkab Bireuen

26 February 2025 - 19:36 WIB

Rektor Umuslim Kukuhkan Prof Halus Sebagai Guru Besar

24 February 2025 - 17:39 WIB

Trending di DAERAH