RAKYAT ACEH | BANDA ACEH – Sejarah besar tak hanya milik masa lalu, tetapi juga masa depan. Begitu kata Mahfudz Y Loethan, Ketua Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional (GEKRAFS) Aceh, saat menyikapi rencana produksi film kolaborasi antara Indonesia dan Turki yang akan mengangkat kisah monumental hubungan Kesultanan Aceh dengan Kekaisaran Ottoman.
Menurut Mahfudz, film ini tidak boleh diperlakukan sebagai proyek biasa. Ia menegaskan, kisah hubungan Aceh dan Ottoman adalah bagian penting dari sejarah Indonesia, yang pantas diperkenalkan kepada dunia dengan kualitas produksi terbaik , setara dengan film-film Hollywood.
“Kita tidak bicara tentang sejarah biasa. Kita bicara tentang peradaban besar yang pernah berdiri sejajar dengan kekuatan dunia. Film ini bukan sekadar film. Ini adalah upaya untuk memperkenalkan kembali Aceh sebagai bagian penting dari sejarah Indonesia yang lebih besar,” tegas Mahfudz.
Baginya, film adalah medium paling efektif untuk menyampaikan warisan sejarah ke generasi masa depan sekaligus memperluas pengakuan dunia terhadap posisi Aceh dan Indonesia dalam catatan sejarah global.
“Film ini harus diproduksi dengan standar tertinggi, setara film-film internasional. Jika ingin dunia tahu siapa kita, maka karyanya juga harus berkelas dunia. Aceh adalah bagian dari Indonesia, dan kisah besar Aceh adalah kisah besar bangsa ini,” ujarnya.
Selain hubungan Aceh-Ottoman, Mahfudz juga mendorong agar kisah sejarah lain dari Aceh bisa difilmkan. Ia menyebutkan salah satunya adalah kisah Laksamana Keumalahayati,. panglima perempuan pertama di dunia, yang menjadi simbol kekuatan Aceh dan kebanggaan Indonesia.
“Keumalahayati adalah simbol ketangguhan Aceh dan Indonesia. Kisahnya layak diangkat ke layar lebar dan dikenalkan ke seluruh dunia. Kita punya banyak cerita luar biasa yang harus hidup dalam bentuk karya sinema,” tegasnya.
Mahfudz menutup pernyataannya dengan menegaskan pentingnya persiapan matang untuk produksi film semacam ini, mulai dari riset sejarah, naskah, visualisasi, hingga distribusi global.
“Aceh adalah bagian dari Indonesia yang harus dibanggakan dunia. Film ini adalah kesempatan untuk memperkenalkan sejarah Indonesia yang besar ke panggung dunia. Dan itu tidak boleh setengah-setengah,” tutup Mahfudz. []