RAKYATACEH | MEUREUDU – Saat ini harga gabah kering panen (GKP) di Pidie Jaya mencapai Rp6.550 per-kilogram lebih tinggi Rp 50 rupiah per kg dari yang ditetapkan pemerintah atau dalam hal ini Kementerian Pertanian.
Tak ayal petani pun lega dan berharap kalau pun tak melonjak lagi, setidaknya bisa bertahan.
“Alhamdulillah, harga gabah lumayan bagus semoga tidak turun lagi,” kata seorang petani.
Beberapa petani yang berhasil dihubungi media ini kemarin mengatakan, harga gabah setinggi itu tergolong lumayan. Karena jika harganya di bawah Rp6.000/kg dipastikan usaha yang digelutinya merugi.
Pasalnya, sarana produksi (benih, pupuk dan pestisida) di pasaran mahal. Apalagi terkadang saat dibutuhkan seperti pupuk bersubsidi tidak tersedia di kios-kios. Kalau pun ada, pembelian dibatasi atau jauh dari kebutuhan riel per-hektare luas sawah. Sehingga berpengaruh terhadap hasil.
Demikian halnya harga benih padi Rp100.000-Rp 110.000 persak (isi 5 kg). Insektisida atau racun pembasmi hama terrmasuk juga rodentisida (racun tikus) dan herbisida atau racun rumput melambung. Bayangkan saja, hama misalnya, sekali musim tanam terkadang 3-5 kali penyemprotan.
“Mana ada untung bertani. Benih, pupuk dan obat hama mahal,” sebut Ishak seorang petani Ulim.
Adi, salah seorang pedagang pengumpul gabah di Meureudu yang ditanya Rakyat Aceh, Minggu (13/4) kemarin menyebutkan, belakangan ia membeli gabah Rp6.550 /kg. Gabah yang ia kumpulkan lalu dijual ke pedagang Medan.
“Kita cari untung cuma sedikit saja,” papar Adi yang mangkal di kawasan Desa Masjid Tuha Meureudu dan mengaku sejak beberapa tahun terakhir ia rutin membeli gabah.
Karena belum semua kawasan terutama Meureudu dan Meurahdua belum panen, lanjut Adi, sehingga dalam sehari ia hanya berhasil membeli 8-10 ton. Tetapi jika panennya meluas, terkadang 15-20 ton/hari. Yang sedang panen hanya beberapa desa di Meurahdua dan Meureudu.
Meurahdua meliputi, Beuringen, Dayah Kruet dan Blang Cut. Sementara Meureudu beberapa desa dalam Kemukiman Beuracan dan Meuriweuh. Desa lainnya, diprediksikan mulai pekan ketiga bulan ini,
Pun demikian, harga setinggi itu tidak baku. Artinya, kalau gabahnya basah karena terkena hujan tentu harga beli menurun dan itu memang petani memakluminya.
“Habis mau bawa kemana jika kadar air tinggi bahkan terkadang hingga mencapai 25-30 %,” papar Adi. Seorang pedagang lainnya disana juga mengomentari hal sama. Katanya, harga disesuaikan dengan kondisi gabah itu sendiri.
Kabid Produksi Dinas Pertanian dan Pangan (Distanpang) Pidie Jaya, Safri Sallam, MP yang dikonfirmasi menyebutkan, bahwa dari 8.547 hektare luas tanam, sekitar 2.850 hektare di antaranya sudah dan sedang berlangsung panen. Yaitu, Bandarbaru, Trienggadeng, Meureudu, Meurahdua, Ulim serta Kecamatan Bandardua. Diakui Safri, bahwa panen kali ini terpencar-pencar.
Kadistanpang Pidie Jaya, dr Muzakkir Muhammad yang dikonfirmasi melalui Whats App (WA) membenarkan, harga gabah yang ditetapkan pemerintah Rp6.500/kg, sementara pedagang di wilayahnya membeli lebih tinggi atau Rp 6.550/kg. “Alhamdulillah harga gabah lumayan bagus. Kalau memang tidak melonjak lagi, ya setidaknya bisa bertahan dilevel tersebut,” imbuh Muzakkir.
Produksi rata-rata kali ini, lanjut Kadistanpang 7,0 ton/ha atau meningkat dibandingkan panen musim tanam sebelumnya. Panen lalu ada sedikit gangguan seperti wereng batang coklat (WBC) dan hama tikus. Khusus wereng yang terserang umumnya varietas non anjuran.
Padahal, Distan melalui penyuluh pertanian dan pengamat hama penyakit sering meminta petani menggunakan varietas bersertifikat ditandai dengan label. Tapi sebagian tidak mengindahkannya. (age/rus)