class="wp-singular post-template-default single single-post postid-138916 single-format-standard wp-custom-logo wp-theme-kobaran" >

Menu

Mode Gelap
Dirlantas Polda Aceh: Kasus Lakalantas di Aceh Paling Menonjol  Kalahkan Incumbent, Fadhli Terpilih Sebagai Keuchik Gampong Cot Puuk Bareskrim Polri Nyatakan Ijazah Jokowi Asli, Tidak Ada Unsur Pidana Penyelidikan Dihentikan Kemenag Bireuen Luncurkan Forum BERLIAN Kadinkes Aceh Utara Sidak Puskesmas Matangkuli

OPINI · 30 Apr 2025 10:55 WIB ·

Meniti Peluang Kerja dari Prodi Seni Tari ISBI Aceh: Menjanjikankah bagi Peminatnya?


 Meniti Peluang Kerja dari Prodi Seni Tari ISBI Aceh: Menjanjikankah bagi Peminatnya? Perbesar

Oleh : Rama Dandi Nasution
(Mahasiswa Semester 6 Seni Tari ISBI Aceh)

SENI tari adalah bahasa tubuh yang mampu menyampaikan pesan, emosi, dan nilai budaya yang dalam. Ia tidak hanya hadir sebagai hiburan, tetapi juga sebagai warisan tak benda yang hidup dan tumbuh bersama masyarakatnya. Di Indonesia, setiap daerah memiliki tarian khas yang menjadi simbol identitas kolektif, dari Tari Saman di Aceh, Tari Piring di Sumatera Barat, hingga Tari Topeng di Jawa Barat. Kekuatan ekspresif seni tari ini telah menjadikannya bukan sekadar pertunjukan estetis, melainkan juga media edukasi, diplomasi budaya, bahkan alat pemberdayaan sosial.

Dalam lanskap pendidikan tinggi, seni tari kini hadir sebagai disiplin akademik yang memadukan praktik artistik dengan teori kritis. Di Aceh, Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh menjadi salah satu pusat pendidikan tinggi seni yang mengembangkan dan menjaga eksistensi seni pertunjukan lokal, termasuk seni tari. Prodi Seni Tari di ISBI Aceh, dalam beberapa tahun terakhir, menunjukkan pertumbuhan peminat yang signifikan. Ini menandakan adanya kepercayaan generasi muda terhadap potensi masa depan yang bisa dibangun melalui jalur akademik seni tari.

Namun, pertanyaan krusial yang patut kita renungkan adalah, sejauh mana Prodi Seni Tari ISBI Aceh mampu menjanjikan masa depan cerah bagi para mahasiswanya? Apakah gelar sarjana tari cukup kuat untuk membuka pintu dunia kerja yang mapan dan berkelanjutan? Seyogyanya ini menjadi pertanyaan serius bagi peminatnya.

Di ISBI Aceh, Prodi Seni Tari tidak sekadar mengajarkan bagaimana tubuh menari, melainkan juga bagaimana pikiran menalar gerak, bagaimana jiwa meresapi makna, serta bagaimana tradisi dihidupkan kembali dalam bingkai kekinian. Mahasiswa tidak hanya belajar teknik dasar tari dan koreografi, tetapi juga diperkenalkan pada teori tari, antropologi budaya, hingga manajemen pertunjukan. Mereka dilatih untuk berpikir kritis sekaligus kreatif, menjadi pelaku seni yang tidak hanya mampu tampil di atas panggung, tetapi juga mampu merancang, menginterpretasi, dan menyampaikan pesan lewat gerak.

Lebih dari itu, ISBI Aceh juga secara aktif menjalin kemitraan dengan komunitas seni lokal maupun institusi seni nasional dan internasional. Mahasiswa diberi ruang untuk berkarya, berkolaborasi, dan bahkan tampil dalam forum seni berskala luas, baik di dalam maupun luar negeri. Hal ini memperluas jejaring profesional yang sangat penting bagi lulusan seni yang sering kali dituntut untuk menciptakan sendiri peluang kerjanya.

Namun, realitas sosial sering kali memperlihatkan bagaimana seni, termasuk tari, masih dianggap sebagai bidang yang “tidak pasti” oleh sebagian masyarakat. Narasi klasik seperti “belajar seni akan jadi apa?” atau “apa bisa hidup dari tari?” masih kerap terdengar. Ini menunjukkan bahwa tantangan terbesar para lulusan Prodi Seni Tari bukan semata-mata pada aspek keterampilan, tetapi pada bagaimana mereka mengartikulasikan eksistensi mereka di tengah masyarakat yang belum sepenuhnya memahami nilai dan peran seni dalam pembangunan.

Secara harfiah, persepsi umum yang membatasi lulusan seni tari hanya sebagai penari adalah pemahaman yang keliru dan sempit. Kenyataannya, para lulusan seni tari memiliki spektrum karier yang cukup luas. Mereka bisa menjadi koreografer profesional, pengajar di institusi pendidikan formal dan non-formal, peneliti seni, kurator pertunjukan, manajer seni, hingga pekerja budaya yang mengadvokasi isu-isu sosial melalui pendekatan artistik.

Bahkan di era digital saat ini, ruang ekspresi dan peluang kerja semakin terbuka. Platform media sosial seperti YouTube, TikTok, hingga Instagram memberi kesempatan luas bagi seniman tari untuk menunjukkan karya mereka ke audiens global. Kelas tari daring, kolaborasi virtual, hingga festival seni digital menjadi fenomena baru yang bisa dimanfaatkan oleh lulusan Prodi Seni Tari ISBI Aceh.

Data informal menunjukkan bahwa beberapa lulusan ISBI Aceh telah meniti karier yang cemerlang. Ada yang menjadi pengajar di sekolah-sekolah, pelatih sanggar tari, hingga pendiri komunitas seni yang aktif mendorong pelestarian budaya lokal. Beberapa di antaranya bahkan telah menorehkan prestasi di kancah nasional dan internasional melalui partisipasi dalam festival seni.

Namun, harus diakui bahwa tidak semua lulusan langsung menemukan jalannya. Dunia seni, seperti dunia kewirausahaan, menuntut ketekunan, jejaring, serta kreativitas berkelanjutan. Oleh sebab itu, kesiapan mental, kemandirian, dan kejelian melihat peluang menjadi kunci keberhasilan.

Meskipun terbukti mampu melahirkan lulusan yang berkiprah di berbagai bidang, Prodi Seni Tari ISBI Aceh tidak boleh lengah. Dunia seni terus bergerak dinamis, seiring dengan perkembangan teknologi, perubahan selera publik, serta tantangan sosial-politik yang kompleks. Maka, kurikulum dan metode pembelajaran pun harus senantiasa diperbarui agar tetap relevan.

Ke depan, lulusan seni tari dituntut untuk mampu beradaptasi dalam ekosistem kerja yang semakin mengandalkan teknologi. Kecakapan digital seperti video editing, live streaming, atau manajemen media sosial menjadi keterampilan tambahan yang sangat penting. Selain itu, kemampuan lintas disiplin, misalnya memahami dunia fashion, multimedia, hingga psikologi pertunjukan, juga akan memperluas daya jelajah profesional lulusan seni tari.

Lebih jauh, tantangan juga datang dari sisi institusi pendidikan. ISBI Aceh diharapkan mampu menyediakan ekosistem kampus yang mendukung pengembangan karier mahasiswa, termasuk melalui inkubasi bisnis seni, pelatihan kewirausahaan, akses pendanaan kreatif, serta fasilitas praktik yang memadai. Perlu ada sinergi antara kampus, pemerintah daerah, sektor swasta, dan masyarakat untuk menciptakan pasar kerja yang inklusif dan mendukung lulusan seni tari.

Bagi kami mahasiswa seni tari, memilih Prodi Seni Tari memang bukan keputusan yang mudah, bukan pula pilihan utama, terlebih di tengah masyarakat yang masih menjunjung tinggi profesi “konvensional” seperti dokter, insinyur, atau pegawai negeri. Namun, di balik stereotip tersebut, tersimpan ruang eksplorasi yang tak kalah menjanjikan.

Bagi mereka yang memiliki passion kuat di bidang seni, memilih Prodi Seni Tari adalah bentuk keberanian untuk setia pada panggilan batin. Dunia seni, meskipun tidak selalu stabil secara ekonomi, menawarkan kepuasan eksistensial yang jarang ditemukan dalam profesi lainnya. Ia memberikan ruang untuk tumbuh sebagai manusia yang utuh, peka, kreatif, dan penuh empati.

ISBI Aceh, dengan segala keterbatasannya, telah membuktikan kemampuannya dalam mencetak seniman-seniman muda yang tidak hanya tampil, tetapi juga berpikir dan berkontribusi. Kampus ini menjadi ladang bagi benih-benih talenta lokal yang tumbuh dengan akar budaya sendiri, namun siap menjelajah ke panggung dunia.

Maka, memilih Prodi Seni Tari bukanlah spekulasi semata, melainkan sebuah ikhtiar untuk menjadikan seni sebagai jalan hidup yang bermakna. Dengan niat yang kuat, kerja keras, dan dukungan yang tepat, para peminat seni tari bukan hanya bisa hidup layak, tetapi juga turut membangun peradaban yang lebih manusiawi.

Seni Tari dan Harapan Masa Depan
Dalam dunia yang semakin pragmatis, seni tari hadir sebagai pengingat bahwa kehidupan tidak hanya soal efisiensi dan keuntungan, tetapi juga tentang keindahan, makna, dan keterhubungan antarmanusia. Prodi Seni Tari ISBI Aceh hendaknya memainkan peran penting dalam menjaga nyala api budaya lokal, sekaligus menjadi jembatan bagi generasi muda untuk mengolah potensi seni mereka menjadi kekuatan profesional.

Peluang kerja bagi lulusan seni tari memang tidak datang dengan kepastian seperti bidang lain. Tetapi justru di situlah nilai perjuangannya. Mereka ditantang untuk tidak hanya menjadi pencari kerja, tetapi juga pencipta lapangan kerja, inovator, dan pelestari budaya. Dengan visi yang jelas, keterampilan yang mumpuni, serta dukungan ekosistem yang sehat, Prodi Seni Tari ISBI Aceh sangat mungkin menjadi ladang subur bagi masa depan generasi seni Aceh.

Akhirnya, jawaban atas pertanyaan “menjanjikankah Prodi Seni Tari bagi peminatnya?” akan selalu bersifat relatif. Ia tergantung pada siapa yang menjalaninya, bagaimana ia berproses, dan seberapa besar keinginannya untuk menjadikan seni bukan hanya sebagai panggilan hati, tetapi juga jalan hidup yang berdampak. Dalam konteks itu, Prodi Seni Tari ISBI Aceh bukan sekadar pilihan akademik, melainkan pilihan ideologis untuk hidup dalam keindahan, perjuangan, dan kebermanfaatan.(ra)

Artikel ini telah dibaca 143 kali

badge-check

Penulis

Comments are closed.

Baca Lainnya

Seni; Antara Pilihan dan Kebetulan

21 May 2025 - 21:23 WIB

Tari Rateb Meuseukat; Pentingkah untuk Dilestarikan?

21 May 2025 - 20:37 WIB

Amanah Qanun LKS : Koperasi Merah Putih Wajib Sesuai Prinsip Syariah Di Aceh

21 May 2025 - 17:05 WIB

Menari, Meluapkan Emosi, dan Menemukan Energi Baru

21 May 2025 - 09:19 WIB

Persepsi Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Terhadap Ancaman Kepunahan Bahasa Aceh

20 May 2025 - 15:41 WIB

ISBI Aceh Terapkan Aturan Kawasan Tanpa Rokok; Solusi atau Sensasi?

15 May 2025 - 18:32 WIB

Trending di OPINI