class="wp-singular post-template-default single single-post postid-139001 single-format-standard wp-custom-logo wp-theme-kobaran" >

Menu

Mode Gelap
BNN Kota Banda Aceh Gelar Program Intervensi Berbasis Masyarakat (IBM) di Gampong Peulanggahan Afwan dan Iqbal Calon Keuchik Tanjong Bungong, Pemilihan Dijadwalkan 28 Mei Real Madrid Menang Atas Sevilla dengan Skor 2-0, Kylian Mbappe Jadi Sorotan Siloam Oncology Summit 2025 Ungkap Kedokteran Nuklir Berpotensi Jadi Harapan Baru dalam Terapi Kanker Wali Kota Lhokseumawe Ganti Sekda dan Kadis PUPR

Uncategorized · 2 May 2025 15:08 WIB ·

Menelusuri Harta Karun di Prodi Seni Tari ISBI Aceh


 Menelusuri Harta Karun di Prodi Seni Tari ISBI Aceh Perbesar

Oleh : Intan Marlinda*

 

Dalam denyut kehidupan manusia, seni tari telah menjadi bahasa yang melampaui kata-kata. Ia hadir sebagai medium universal yang mampu menerobos batas geografis, politik, bahkan spiritual. Gerak tubuh yang ritmis bukan semata hiburan, melainkan juga refleksi perasaan terdalam manusia, cermin budaya, dan bahkan saksi sejarah.

Dari masa ke masa, seni tari hidup bersama umat manusia, berubah mengikuti zaman, namun tetap menyimpan jejak-jejak jati diri bangsa.
Seni tari adalah bentuk ekspresi yang kompleks. Ia bukan sekadar rangkaian gerak, melainkan perwujudan harmonis antara raga, rasa, dan irama.

Dalam satu tarian, seorang penari dapat menyampaikan cinta, kehilangan, amarah, kegembiraan, atau bahkan kritik sosial. Ia dapat membisikkan kisah rakyat, menyuarakan suara hati, atau menantang realitas sosial melalui bahasa tubuh yang puitis dan bermakna.
Di tengah pesatnya globalisasi dan modernisasi, muncul satu pertanyaan penting, kemana arah seni tari kita khususnya di ISBI Aceh? Di sinilah pentingnya peran lembaga pendidikan seni, seperti Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh, yang menjadi garda depan dalam menjaga nyala seni dan budaya di ujung barat Indonesia.

ISBI Aceh bukan sekadar institusi pendidikan. Ia adalah rumah besar bagi para pemuda-pemudi yang berani bermimpi dengan gerak. Berlokasi di Kota Jantho, Aceh Besar, kampus ini menjadi satu-satunya perguruan tinggi seni dan budaya di Pulau Sumatra. Di antara bentang alam pegunungan dan nuansa religius yang kental, ISBI Aceh tumbuh sebagai mercusuar kebudayaan.

Dengan dua jurusan utama, yakni Seni Pertunjukan serta Seni Rupa dan Desain, ISBI Aceh membuka ruang belajar bagi mereka yang ingin menyelami dunia teater, kerawitan, seni rupa, kriya, desain, dan tentu saja—seni tari. Di sinilah, dalam prodi Seni Tari, tersimpan ‘harta karun’ yang tak ternilai bagi dunia seni dan pendidikan.
Seni Tari di ISBI Aceh bukanlah sekadar kegiatan menari.

Ia adalah proses panjang yang mengasah kepekaan, kedisiplinan, dan kecintaan terhadap budaya. Mahasiswa dibentuk bukan hanya menjadi penari profesional, tetapi juga intelektual seni yang peka terhadap makna dan konteks di balik setiap gerak.

Dengan fasilitas yang memadai seperti studio tari ber-AC, dinding kaca penuh, matras, kostum, make-up, hingga ruang tata rias, mahasiswa diberi ruang untuk berkembang secara teknis maupun artistik. Namun harta karun sejati di prodi ini bukan pada fasilitas fisik semata, melainkan pada ilmu, semangat, dan nilai-nilai budaya yang diajarkan di dalamnya.

Setiap gerak yang diajarkan bukan tanpa makna. Ada teknik berjalan, teknik mengambil napas, teknik olah tubuh, hingga kemampuan melakukan kayang, split, koprol, dan berbagai teknik lainnya yang bertujuan agar tubuh menjadi ‘alat’ yang fasih dalam berkomunikasi. Gerak bukanlah asal-asalan, ia adalah pesan yang dikirim dari jiwa sang penari kepada jiwa penontonnya.

Belajar di prodi Seni Tari ISBI Aceh ibarat membuka peti harta karun yang dalam dan bercahaya. Tidak hanya teknik menari yang diajarkan, tetapi juga ilmu-ilmu pendukung yang memperkaya pemahaman mahasiswa terhadap makna tari itu sendiri.

Mahasiswa mempelajari sejarah tari, filsafat tari, psikologi tari, semiotika, estetika, hingga analisis teks dan konteks. Mereka diajak berdialog dengan kebudayaan, mengkritisi realitas sosial, serta menelusuri jejak-jejak makna dalam gerak tubuh manusia. Inilah dimensi intelektual yang sering kali luput dari perhatian public bahwa seni tari bukan sekadar panggung dan kostum, melainkan juga laboratorium pemikiran dan kebudayaan.

Prodi Seni Tari ISBI Aceh juga tidak menutup diri dari kekayaan nusantara. Mahasiswa tidak hanya diajarkan tari-tari dari Aceh, melainkan juga tari-tari dari berbagai daerah di Indonesia, dari Barat ke Timur, dari pegunungan hingga pesisir. Hal ini menumbuhkan semangat kebhinekaan dan pemahaman mendalam terhadap keragaman budaya bangsa.

Harta karun prodi Seni Tari ISBI Aceh bukan hanya dalam ilmu dan pengalaman, tetapi juga pada kesempatan dan prestasi. Mahasiswa ISBI Aceh telah tampil di berbagai panggung nasional dan internasional. Tarian mereka telah menari-nari ke luar negeri, menjadi duta budaya yang membawa harum nama Aceh dan Indonesia.

Tentu hal ini bukan datang tiba-tiba. Di balik setiap pentas, ada proses latihan yang panjang, bimbingan dosen-dosen profesional, serta semangat juang mahasiswa yang tak pernah padam. Mereka tidak hanya berlatih menjadi penari, tetapi juga koreografer, penata rias, peneliti tari, bahkan pendidik seni. Prodi Seni Tari menjadi ruang pembentukan karakter, kreativitas, dan daya juang.

Sebagai sebuah pengalaman, setiap tanggal 29 April, dunia memperingati World Dance Day atau Hari Tari Sedunia. Di ISBI Aceh, momen ini menjadi ajang unjuk kreativitas dan kebebasan berekspresi termasuk bagi kami penulis. Mahasiswa dari berbagai latar belakang tampil menari bukan hanya untuk menghibur, tetapi juga menyampaikan pesan, kritik, dan refleksi sosial melalui tubuh mereka.

Tari dalam momen ini menjadi bahasa yang jujur dan berani. Tak ada dialog, tak ada narasi linear. Tubuh menjadi alat komunikasi yang utama—menciptakan ruang batin yang abstrak namun mendalam. Penonton diajak masuk ke dunia simbolik yang penuh emosi: kegelisahan, ketakutan, harapan, cinta, dan keterasingan. Walaupun beberapa bagian mungkin terasa terlalu abstrak bagi sebagian penonton, justru di situlah letak kekuatan seni tari: ia membuka ruang interpretasi yang luas.
Apa yang sesungguhnya menjadi harta karun di prodi Seni Tari ISBI Aceh? Pertama, nilai-nilai kebudayaan yang diajarkan dan dilestarikan.

Dalam setiap gerak, mahasiswa diajak menyelami filosofi dan nilai luhur budaya Aceh dan Indonesia. Tari bukan hanya hiburan, tetapi warisan, identitas, dan bahkan doa. Kedua, pembentukan identitas diri. Lewat proses belajar yang intens, mahasiswa mengenali dirinya sendiri: tubuhnya, pikirannya, emosinya. Mereka menjadi pribadi yang lebih sadar, reflektif, dan percaya diri.

Ketiga, solidaritas dan kebersamaan. Dalam proses latihan dan pentas, tumbuh kerja sama, rasa hormat, dan semangat kolektif. Seni tari mengajarkan pentingnya kolaborasi dalam keberagaman.

Keempat, keterampilan hidup. Mahasiswa dilatih menjadi pribadi yang disiplin, kreatif, dan tangguh. Mereka diajarkan berpikir kritis, mengelola emosi, dan menghadapi tantangan secara positif.

Dalam menjaga dan merawat harta karun, Prodi Seni Tari ISBI Aceh adalah permata yang tengah bersinar.

Ia menyimpan kekayaan yang tak ternilai, bukan dalam bentuk materi, tetapi dalam bentuk nilai-nilai budaya, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman hidup. Sudah saatnya masyarakat luas membuka mata dan menghargai dunia seni tari sebagai bagian penting dari pembangunan karakter bangsa.

Di tengah tantangan zaman yang serba cepat dan digital, tari tetap hadir sebagai pengingat bahwa tubuh manusia adalah media yang paling purba sekaligus paling sakral untuk menyampaikan pesan. ISBI Aceh, melalui prodi Seni Tari-nya, telah mengambil peran mulia untuk menjaga nyala api seni ini agar tetap menyala dan membakar semangat generasi muda.

Mari kita jaga, rawat, dan terus gali harta karun ini. Sebab di dalamnya, tersimpan masa depan budaya bangsa.(ra)

 

*Penulis adalah Mahasiswa Prodi Seni Tari semester 4 ISBI Aceh

Artikel ini telah dibaca 198 kali

badge-check

Penulis

Comments are closed.

Baca Lainnya

BNN Kota Banda Aceh Gelar Program Intervensi Berbasis Masyarakat (IBM) di Gampong Peulanggahan

19 May 2025 - 17:42 WIB

Diduga Langgar Etika, Sofyan Ajukan Pengaduan Anggota Dewan ke BKD Lhokseumawe

15 May 2025 - 17:52 WIB

Kemilau Warisan Aceh di Panggung Dunia: Manuskrip dan Mushaf Kesultanan Bersinar di Islamic Arts Museum Malaysia

8 May 2025 - 20:00 WIB

Sergap Pengedar Narkoba, Polisi Baku Tembak di Aceh Timur 

27 April 2025 - 16:37 WIB

Pemkab Aceh Utara Siap Sukseskan TMMD ke-124 Kodim 0103/Aceh Utara

24 April 2025 - 18:02 WIB

Kejaksaan Simeulue, Sosialisasi Aplikasi Real Time Monitoring Village Management Funding

24 April 2025 - 17:28 WIB

Trending di Uncategorized