BANDA ACEH (RA) – Kepemimpinan Makhyarudin Yusuf sebagai Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Aceh mendapatkan apresiasi dari pengamat politik dari Universitas Abulyatama Aceh (Unaya), Dr. Usman Lamreung, M.Si. Dalam pandangannya, Makhyarudin berhasil membawa PKS Aceh melewati berbagai dinamika politik, termasuk memenangkan calon kepala daerah yang mereka usung dalam Pilkada lalu.
Meski di sisi lain PKS mengalami penurunan jumlah kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) pada Pemilu 2024, Dr. Usman menilai hal tersebut tidak serta merta menjadi tolak ukur tunggal dalam menilai kualitas kepemimpinan. Ia justru menyoroti sejumlah aspek lain dari kepemimpinan Makhyarudin yang dinilainya sangat positif.
“Secara umum, saya menilai kepemimpinan Makhyarudin Yusuf di PKS Aceh sangat baik. Beliau mampu membangun komunikasi yang harmonis dengan berbagai elemen, termasuk dengan kepala daerah terpilih, media dan partai politik lainnya,” ujar Usman saat diwawancarai di Banda Aceh, Rabu (7/5/2025).
Menurut Usman, salah satu kekuatan Makhyarudin terletak pada kemampuannya mengonsolidasikan kekuatan partai, terutama dalam masa-masa politik yang dinamis. Ia menyebut Makhyarudin sebagai sosok yang cerdas, baik secara personal, dan memiliki etos kerja tinggi yang ditunjukkan selama ia menjabat sebagai Ketua DPW PKS Aceh.
“Beliau bukan hanya aktif secara struktural, tapi juga turun langsung ke masyarakat. Gaya kepemimpinannya tidak elitis, dan itu penting dalam konteks Aceh yang memiliki dinamika politik dan budaya sendiri,” katanya.
Usman juga mengapresiasi komunikasi politik yang dibangun Makhyarudin dengan berbagai aktor lintas partai. “Ini memperlihatkan bahwa beliau tidak eksklusif. PKS di bawah kepemimpinannya tidak hanya tampil sebagai partai kader, tapi juga partai yang membuka ruang komunikasi dan kerja sama yang luas,” tambahnya.
Dalam Pilkada Aceh sebelumnya, calon kepala daerah yang diusung PKS meraih kemenangan di sejumlah wilayah, yang menjadi indikator keberhasilan strategi politik dan konsolidasi partai di bawah Makhyarudin. Kemenangan itu, menurut Usman, tidak bisa dilepaskan dari peran Ketua DPW dan mesin partai yang solid.
Namun, ia juga tidak menampik bahwa hasil Pemilu Legislatif 2024 menunjukkan tantangan tersendiri bagi PKS. Penurunan jumlah kursi di DPRA menjadi catatan penting yang harus dievaluasi oleh partai ke depan.
“Tentu saja hasil pileg adalah refleksi dari banyak faktor: tren nasional, pilihan masyarakat yang makin cair, hingga perubahan demografi pemilih muda yang makin kritis. Tapi secara umum, kita tidak bisa menyalahkan satu pihak. Kepemimpinan partai harus tetap dilihat secara komprehensif,” jelas Usman.
Menurutnya, penurunan suara PKS Aceh dalam pileg tidak lantas menunjukkan bahwa kepemimpinan Makhyarudin gagal. “Ada faktor-faktor eksternal yang sangat berpengaruh. Yang terpenting adalah bagaimana PKS melakukan evaluasi secara objektif dan menata ulang strategi untuk menghadapi Pilkada 2024 dan pemilu selanjutnya,” paparnya.
Dengan melihat sejumlah indikator kinerja dan kapabilitas kepemimpinan, Usman menyatakan bahwa Makhyarudin Yusuf sangat layak untuk kembali memimpin PKS Aceh ke depan. Ia menilai kesinambungan kepemimpinan sangat penting dalam konteks persiapan Pilkada yang akan datang.
“Kepemimpinan Makhyarudin sangat berperan dalam membangun struktur partai yang tangguh hingga ke tingkat bawah. Saya pikir konsistensi itu penting untuk menjaga kesinambungan visi dan strategi partai,” ujar dosen Ilmu Politik ini.
Selain itu, ia juga melihat Makhyarudin sebagai figur yang memiliki daya tarik tersendiri di kalangan kader muda dan aktivis dakwah. Karakter inilah, menurutnya, yang menjadi modal penting dalam mempertahankan loyalitas kader dan memperluas basis dukungan partai.
“Beliau dikenal sebagai sosok yang mudah didekati, tidak eksklusif, dan mampu menjadi jembatan antara generasi tua dan muda di internal partai,” tambahnya.
Terkait dengan adanya sejumlah kader PKS Aceh yang menyuarakan ketidakpuasan terhadap kepemimpinan Makhyarudin, Usman menilai hal itu sebagai bagian yang wajar dalam dinamika partai politik. Ia menegaskan bahwa tidak mungkin semua pihak merasa puas secara bersamaan, apalagi dalam organisasi sebesar partai politik.
“Dalam partai mana pun, pasti akan selalu ada suara berbeda atau bahkan kritik internal. Itu sangat lumrah. Justru itu bisa menjadi cermin untuk terus memperbaiki diri. Namun, kritik itu harus disalurkan melalui mekanisme yang sehat dan konstruktif,” kata Usman.
Ia mengingatkan bahwa konflik internal bisa menjadi kontraproduktif apabila tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, ia berharap PKS Aceh tetap menjaga soliditas dan tidak larut dalam friksi yang bisa mengganggu persiapan Pilkada mendatang.
“Tentu sangat sulit untuk menyenangkan semua pihak. Tapi yang terpenting adalah bagaimana partai tetap berjalan dalam rel yang demokratis dan mampu menampung perbedaan pendapat secara sehat. Dengan segala pencapaian dan tantangan yang dihadapi, saya kira Makhyarudin Yusuf tetap merupakan figur kuat untuk membawa PKS Aceh menghadapi kontestasi politik berikutnya,” tutup Dr. Usman Lamreung yang juga Wakil Rektor I. (ra)