RAKYAT ACEH | BANDA ACEH – Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Aceh menyampaikan nilai ekspor ikan Aceh sepanjang tahun 2024 melampaui target yang telah ditetapkan sebelumnya dengan nilai mencapai 4,32 juta dolar Amerika Serikat (USD) atau sekira Rp70 miliar (kurs Rp16.330).
Kepala DKP Aceh, Aliman, mengungkapkan bahwa angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan target ekspor yaitu sebesar 2,75 juta USD.
Menurut Aliman, pencapaian ini salah satunya dipengaruhi oleh meningkatnya hasil tangkapan nelayan, terutama di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kutaraja.
“Dua jenis ikan yang paling sering diekspor adalah ikan cakalang dan tuna sirip kuning (yellowfin tuna),” kata Aliman saat dijumpai di kantornya, yang berada di Gampong Lampulo, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh, beberapa waktu lalu.
Sepanjang tahun 2024, Aliman mengatakan bahwa total produksi perikanan Aceh mencapai 361.376,72 ton. Dari jumlah tersebut, sekitar 270.266,17 ton berasal dari perikanan tangkap, sementara sisanya dari sektor budidaya.
Ia menyebut, dengan tingkat konsumsi ikan masyarakat Aceh yang mencapai 60 kilogram per kapita per tahun, produksi ikan di Aceh masih dalam kondisi surplus.
“Jadi masih surplus kita sebutnya dari sisi produksi ikan. Tapi kan yang terjadi itu ikan kita banyak yang dikirim ke luar, ada juga ikan-ikan tertentu yang masuk ke Aceh. Tapi lebih banyak ikan kita yang dibawa keluar,” jelasnya.
Aliman menjelaskan, distribusi ikan segar biasanya dilakukan menggunakan wadah fiber berisi es dan dikirim ke berbagai pasar di wilayah Sumatera, seperti Sumatera Utara, Riau, dan Padang.
Sementara itu, untuk ikan yang diekspor akan melalui proses pabrik pembekuan. “Saat ini, ekspor ikan Aceh telah menjangkau berbagai negara di Asia hingga Eropa,” pungkas Aliman. (Mag-01/min)