BANDA ACEH (RA) – Ekspor CPO atau Crude Palm Oil, minyak sawit mentah di pelabuhan Calang, Aceh Jaya, mulai menggeliat. Hal ini dengan adanya dukungan dari berbagai pihak dalam meningkatkan perekonomian di wilayah Barat Selatan.
“Saya melihat selama ini sangat bagus apalagi bisa ekspor CPO ke India,” ujar Sekretaris Jendral, Persatuan Barat Selatan Aceh (PBSA), A. Malek Musa, MH, Selasa (11/2).
Tokoh masyarakat Aceh Jaya ini juga menyampaikan, selama ini tidak ada masalah hanya yang belum sesuai di lapangan perlu ditinjau ulang terutama mengenai pembagian dari perjanjian tersebut.
“Tidak ada kendala, hanya mengenai teknis bukan subtansi. Mengenai teknis ini sudah biasa,” jelasnya.
Ia berharap jangan karena persoalan kecil, sehingga berakibat terhentinya ekspor. Untuk itu, perlu pemecahan secara persuasif bersama stacholder lainnya di Aceh Jaya.
“Apalagi yang melakukan ekspor bukan dari perusahaan baru dan sudah berpengalaman,” jelasnya.
Menurutnya, dengan pelabuhan ekspor CPO dan impor dapat meningkatkan harga yang standar bagi petani, sehingga harga yang dibeli pun tidak terlalu murah.
“Ini bisa membuka peluang bisnis bagi petani sehingga harga sawit tidak rendah atau bisa standar. Selama ini ketika murah harganya pun sangat jatuh, yang dirugikan petani,” ungkapnya.
A Malek Musa menambahkan, dengan adanya pelabuhan ini harga sawit yang ekspor bisa stabil dan petani pun ikut merasakan dengan harga yang standar tersebut.
Selain itu, lanjutnya, dengan adanya ekspor dan impor ini akan menambah peluang bisnis dan lapangan pekerjaan di Barat Selatan Aceh.
Pelabuhan ekspor CPO di Aceh Jaya, dimulai sejak akhir 2019.
Saat ini lanjutnya, di Barat Selatan tidak hanya memiliki pelabuhan ekspor CPO, namun juga memiliki bandara lapangan terbang yang melayani penerbangan hingga luar negeri.
CPO adalah singkatan dari Crude Palm Oil atau minyak sawit mentah. (rus)