BANDA ACEH (RA) – PT. PLN (Persero) Wilayah Aceh menyatakan pasokan listrik ke seluruh wilayah Aceh kembali normal, sejak Kamis (6/4), pukul 23.50 WIB.
General Manager (GM) PLN Wilayah Aceh Jefri Rosiadi menyampaikan, pasokan listrik sudah normal sepenuhnya, setelah sempat mengalami gangguan di transmisi 150 KV antara Pangkalan Brandan dan Binjai. Aliran listrik dari Sumatera Utara (Sumut) ke Aceh sebesar 160 MW mulai normal kembali. Normalisasi, dilakukan secara bertahap setelah sempat blackout atau padam total.
“Alhamdulillah, mulai malam kemarin, kita sudah mendapat pasokan 200 MW,” kata Jefri, Sabtu (8/4). Ia menjelaskan, mulai normal aliran listrik setelah pembangunan infrastruktur kelistrikan untuk meningkatkan keandalan pasokan listrik ke Aceh, pengerjaannya ditunda sementara waktu.
Sebelumnya, PLN memang sedang berupaya untuk meningkatkan keandalam pasokan listrik ke Aceh, dengan melakukan penggantian konduktor transmisi yang lebih besar kapasitasnya.
Namun pengerjaan penggantian kabel transmisi dari 240 milimeter menjadi 310 milimeter, di tranmisi 150 KV antara Pangkalan Brandan dan Binjai, terpaksa dihentikan. Padahal pergantian dilakukan agar kabel dapat dialiri arus yang lebih besar dari sekarang, 160 menjadi 300 MW.
Selama pengerjaan pergantian kabel, kata Jefri, dari dua line yang selama ini mengaliri listrik ke Aceh, satu terpaksa dimatikan untuk dilakukan pergantian secara bergantian, sementara satu lagi tetap beroperasi.
Masalahnya sekarang, kalau satu line kabel transmisi ACSR 240 mm2 dibebani arus lebih besar, maka makin panas, sehingga perlu diganti dengan kabel kapasitas lebih besar, dari 240 menjadi 300 mm2.
Namun karena adanya gangguan, selama proses tersebut, hingga mengakibatkan suplai arus listrik seluruh Aceh menjadi terganggu, maka upgrating konduktor itu, terpaksa ditunda sementara waktu. Pengerjaan uprating konduktor tersebut tinggal sedikit lagi, hanya tersisa sesi Pangkalan Brandan – Binjai.
Sementara untuk sesi Lhokseumawe sampai Pangkalan Brandan sudah selesai dikerjakan dua – duanya, bahkan sampai Gardu Induk (GI) Lhokseumawe.
“Masalah kemarin, adalah gangguan transmisi, hingga membuat PLTU Nagan Raya dan Arun itu, lepas, mesin mati semua sehingga terjadi blackout,” papar Jefri.
Pada saat sebelum blackout, kata Jefri, semua mesin dalam keadaan normal, baik Arun maupun Nagan yang sudah beroperasi dua – duanya (PLTU Nagan 1 dan Nagan 2).
Akibat dari gangguan itu, maka pembangkit yang ada di Aceh, tidak mampu menanggung beban, akibat interkoneksi Sumut – Aceh lepas, untuk kembali normal, butuh proses, tidak bisa langsung.
Untuk kembali normal, seperti PLTU Nagan Raya butuh waktu, tidak bisa langsung hidup seperti Arun, karena pembangkit jenis PLTU membutuhkan waktu lebih kurang 11 jam untuk bisa masuk ke sistim,” terang Jefri.
Lebih lanjut Jefri menambahkan bahwa sekarang, listrik Aceh sudah kembali, pasokan dari PLTMG Arun juga sudah ada tambahan, tadinya 100 MW sekarang menjadi 140 MW , karena sudah ada perbaikan.
“Mulai malam ini tidak padam lagi, karena secara sistim sudah bagus, kecuali ada gangguan alam” pungkasnya.
Untuk terus meningkatkan keandalam sistim kelistrikan Aceh, PLN sudah menyiapkan beberapa proyek pembangkit listrik, diantaranya Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Krung Raya, berkapasitas 50 MW, yang rencananya akan mulai beroperasi komersial atau commercial operation date (COD) pada 2018.
Nantinya, selain membangun pembangkit 50 MW yang rencananya akan ditempatkan di daerah Krueng Raya, juga tranmisi dari Krueng Raya ke Gardu Induk (GI) Banda Aceh.
Untuk Krueng Raya, saat ini masih dalam proses pembebasan lahan. Untuk itu, diperlukan adanya dukungan semua pihak. Agar bisa segera beroperasi pada 2018.
Selain itu, ada juga penambahan 250 MW di Arun yang juga akan mulai beroperasi tahun 2018 mendatang. “Kita mohon doanya agar semua ini sukses, sehingga pasokan listrik di Aceh semakin andal. (slm)