class="post-template-default single single-post postid-80936 single-format-standard wp-custom-logo" >

Menu

Mode Gelap
Anggaran Pidie Jaya 2025 Hilang Rp 45,8 miliar KIP Tetapkan Walikota-Wakil Walikota Lhokseumawe Terpilih Sayuti-Husaini Helikopter Terbakar di Bentong, Malaysia, 1 Petugas Lapangan Meninggal BKN Pangkas Anggaran BBM Hingga Daya Listrik Penembakan Massal di Sekolah Orebro Swedia Tewaskan 10 Orang

OPINI · 22 Oct 2022 21:59 WIB ·

Sayangi Bumi dengan Penghijauan


 Cut Nelly Kasmasari Perbesar

Cut Nelly Kasmasari

Oleh: Cut Nelly Kasmasari

Tulisan ini mengajak kepada kita semua untuk menjaga dan menyayangi bumi, sebab bumi sebagai tempat tinggal makhluk hidup, baik manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan akan terasa nyaman untuk berkembang biak. Bila di bumi tidak lagi nyaman akan membuat penghuninya dilanda sedih dan berkeluh kesah.

Untuk itu bagaimana selalu manusia yang punya akal ikut terlibat dalam menjaga dan menyanyangi bumi. Salah satu satu terjadinya pemanasan global karena kurangnya pepohonan maupun tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan dapat memberikan udara segar dan cuaca panas matahari akan terlindungi dari pohon-pohon tersebut.

Menanam pohon untuk penghijauan sebagai bukti menyayangi bumi dan ikut melestarikannya dan yang merasakan kepanasan itu juga manusia. Bukankah manusia dan hewan itu sudah pasti sangat jauh berbeda. Manusia dilengkapi fisik yang bagus, memilki keunggulan akal, sedangkan hewan tidak.

Manusia memiliki akal, sehingga segala yang dilakukan berbasis akal pikiran, sedangkan hewan tidak, dan digerakan oleh nafsu. Maka sudah sepatutnya yang menjaga bumi itu manusia. Atau karena sebab ulah tangan manusia semua ikut merasakan akibatnya.

Dengan menjaga bumi dengan penghijauan, sehingga dapat mewariskan kepada anak cucu kita hendaknya dalam keadaan yang kurang apapun dan dapat menjadikan generasi kedepan yang mencintai lingkungan hutan sebagai paru dunia.

Untuk itu, menurut hemas penulis semua harus terlibat dalam menjaga penghijauan lingkungan, tidak hanya demi menciptakan udara segar akan tetapi juga menghindari dari banjir, longsor dan sebagainya.Menurut Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) idealnya disediakan ruang terbuka hijau sekitar 30 persen dari luas Kota yang bersangkuta. Minimnya area resapan air mengakibatkan aliran air hujan di permukaan tanah akhirnya akan mengenang dan dan menimbulkan banjir.

Ruang terbuka hijau semakin penting dalam mendukung program go green dalam rangka mengatasi pemanasan global (global warning) dan perubahan iklim (climate change) yang dialami bumi. Selain itu juga sangat berfungsi sebagai area resapan air dan ruang interaksi social. Penghijauan juga berperan sebagai paru-paru Kota dan menyerap polusi udara terutama gas emisi co2 yang berkonsentrasinya semakin menumpuk di atmosfer bumi membentuk lapisan yang menyebabkan suhu bumi semakin panas.

Efek rumah kaca terbentuk dari adanya gas-gas rumah kaca di atmosfer bumi. Efek rumah kaca juga diartikan sebagai proses pemanasan alami, yang terjadi apabila gas-gasnya tereperangkap radiasi panas di bumi.

Hemat penulis, sangat sulit untuk menghilangkan gas-gas rumah kaca ini, dan bila tidak ada di atmosfer bumi, maka suhu cuaca akan dingin seperti terjadi planet di Mars. Paling tidak bagaimana kehidupan manusia di dunia tidak terlalu panas dan masih bisa dinikmati atau dihadapi manusia.

Dan jika jumlah gas gas rumah kaca di atmosfer semakin bertambah, maka suhu bumi akan terus bertambah. Salah satu ilmuan Bernama Joseph Fourier, mengatakan bahwa adanya gas gas rumah kaca tersebut yang membuat iklim bumi layak huni. Tanpa efek rumah kaca, diperkirakan permukaan bumi akan berubah sekitar 15,6 derajat calcius lebih dingin.

Untuk mengurangi bumi yang panas ini, bisa dilakukan dengan banyak menanam pohon cemara maupun pohon lain sebagai bentuk penghijauan di sekitar tempat tinggal.

Penghijauan merupakan suatu upaya untuk mengembalikan dan meningkatkan efektifitas lahan agar dapat berfungsi dengan baik dan secara optimal. Sebagai pengatur tata air untuk mencegah banjir maupun untuk melindungi lingkungan yaitu mencegah timbulnya pencemaran. Penghijau juga dapat diartikan sebagai kegiatan penanaman pada lahan yang kosong di luar kawasan hutan (Wikipedia).

Cara mengurangi kepanasan global bisa dilakukan dengan mengurangi kendaraan yang menggunakan BBM dan diganti dengan kendaraan listrik, tidak membuang tisu sembarangan atau diganti dengan sapu tangan, tidak membuang sampah plastik sembarangan.

Bagaimana Aceh, bila dirasakan juga tidak jauh beda dengan daerah lain yang mencapai 32 derajat calcius di musim kemarau, dan di musim dingin mencapai 27 derajat calcius. Beda dengan daerah Bener Meriah, Aceh Tengah yang dikenal daerah tropis dingin.

Provinsi Aceh tentu mempunyai peran yang sama untuk menciptakan ruang terbuka hijau (RTH) yang berfungsi sebagai ruang publik. Berdasarkan perundang-undanga setiap daerah wajib menyediakan 30 persen lahan dari total luas wilayah untuk ruang public yakni 10 persen ruang private dan 20 persen ruang yang disedikan pemerintah.

Hitungan provinsi merupakan rekapitulasi dari seluruh jumlah RTH yang ada di daerah perkotaan. Memang ada juga kota yang memiliki hutan sperti misalnya, Kota Sabang dan Subulussalam. Sedangkan jumlah luasan hutan merupakan penggabungan dari seluruh kabupaten/kota yang ada.

Kewajiban pemerintah menyediakan RTH diatur dalam undang undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang dan Permen PU Nomor 05/PRT/M 2008 tentang pedoman penyediaan dan pemanfaatan.

Penghijaun lingkungan merupakan hal yang tepat untuk mengurangi kepanasan global dan menimalisir terjadinya banjir di Aceh. Aceh juga masih menjadi langganan banjir setiap tahunnya baik di wilayah Timur, Tengah maupun Barat.

Seperti dalam tulisan di atas, terjadinya banjir karena penghijauan lingkungan yang masih kurang dilakukan atau Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang terus ditingkatkan. Sehingga banjir di Aceh terus dipikirkan dan melakukan perbaikan- perbaikan dampak dan penyebab dari banjir tersebut.

Penulis adalah Mahasiswa S2 Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran USK.

Artikel ini telah dibaca 174 kali

badge-check

Penulis

Comments are closed.

Baca Lainnya

Masihkah Seni Dibutuhkan di Aceh?

2 February 2025 - 10:35 WIB

Seni Rupa Aceh dalam Hadih Maja: Menggali Relasi Seni Rupa dan Sastra Tradisional

27 January 2025 - 21:51 WIB

Menanti Kedatangan Simbol Kebudayaan RI; Fadli Zon, di ISBI Aceh

8 January 2025 - 07:55 WIB

Refleksi 20 Tahun Pasca Tsunami: Menata Kembali Seni dan Budaya yang Hilang

5 January 2025 - 06:26 WIB

Revisi Konsep Kemiskinan dalam Ekonomi Islam

27 December 2024 - 14:57 WIB

Menata ISBI Aceh 2025 Menuju Institusi Pendidikan Seni Berstandar Internasional

27 December 2024 - 06:30 WIB

Trending di OPINI