class="post-template-default single single-post postid-87617 single-format-standard wp-custom-logo" >

Menu

Mode Gelap
Anggaran Pidie Jaya 2025 Hilang Rp 45,8 miliar KIP Tetapkan Walikota-Wakil Walikota Lhokseumawe Terpilih Sayuti-Husaini Helikopter Terbakar di Bentong, Malaysia, 1 Petugas Lapangan Meninggal BKN Pangkas Anggaran BBM Hingga Daya Listrik Penembakan Massal di Sekolah Orebro Swedia Tewaskan 10 Orang

OPINI · 28 Feb 2023 16:31 WIB ·

Lebih Dekat dengan Psychological First Aid


 Arina Izzataki Bardan Perbesar

Arina Izzataki Bardan

Penulis : Arina Izzataki Bardan, Mahasiswi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

KESEHATAN mental mungkin sudah familiar di telinga masyarakat awam, namun kesadaran akan pentingnya kesehatan mental di negara kita masih rendah. Pertolongan pertama tidak hanya dilakukan pada penyakit fisik saja, gangguan psikologis juga memiliki istilah pertolongan pertama, yaitu pertolongan psikologis pertama atau Psychological First Aid (PFA).

Suatu peristiwa yang terjadi dan menimpa individu biasanya membuat mereka merasa terpukul, tertekan, cemas dan bingung. Bahkan mereka bisa menyalahkan diri sendiri terhadap peristiwa yang terjadi diluar kendali. Salah satu hal yang dapat kita lakukan untuk membantu mereka melewati masa-masa sulit tersebut adalah dengan melakukan Pertolongan Psikologis Pertama atau Psychological First Aid (PFA).

Psychological First Aid (PFA) merupakan serangkaian keterampilan dan langkah pertama yang digunakan untuk mengurangi dampak stress dan mencegah munculnya perilaku negatif yang disebabkan oleh suatu keadaan yang tidak menyenangkan atau situasi kritis yang dihadapi individu. Tujuan dilakukannya PFA untuk memberikan rasa aman, tenang dan memberikan harapan baru kepada penyintas.

PFA biasanya diberikan kepada orang yang terkena dampak bencana alam, saat ini juga digunakan untuk mengurangi dampak stress akibat Covid-19.

PFA dapat dilakukan oleh siapa saja yang sudah mendapatkan pelatihan atau sosialisasi termasuk masyarakat umum. PFA dapat diberikan kepada orang yang memerlukan bantuan secara mental, baik anak-anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia. Namun, ada beberapa golongan yang diprioritaskan, seperti:

  1. Orang yang mengalami cedera serius hingga mengancam jiwa
  2. Orang yang mengalami kejadian traumatis sehingga tidak dapat mengurus dirinya sendiri
  3. Orang yang memiliki kemumgkinan untuk menyakiti diri sendiri dan orang lain

Orang yang baru saja mengalami kejadian kritis dan traumatis juga harus sesegera mungkin diberikan pertolongan pertama, berikut beberapa langkah-langkah yang dapat kita lakukan untuk membantu memberikan PFA:

  1. Membawa penyintas ke tempat yang dirasa cukup aman.
  2. Memperkenalkan diri dan peran sebagai PFA giver kepada penyintas pada saat situasi sudah lebih aman.
  3. Segera memberikan kebutuhan dasar yang dibutuhkan penyintas.

PFA dapat dilakukan dimana saja yang dianggap cukup aman bagi penyintas dan PFA giver, biasanya dilakukan di tempat yang terdapat pusat kesehatan atau tempat perlindungan.

Berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk diri sendiri dan orang lain saat terdampak trauma:

Bagi diri sendiri:

  1. Fokus pada hal penting dan kembali pada rutinitas

Fokus mengerjakan hal penting dan kembali pada rutinitas yang kita cintai, dengan melakukan ini kita dapat menghemat energi dan mengalihkan pikiran kita dari trauma yang sedang dilalui.

  1. Tenangkan diri

Ketika hal-hal traumatis muncul di dalam pikiran cobalah untuk menenangkan pikiran dan menarik napas dalam-dalam agar dapat berpikir jernih dan jauh lebih tenang.

  1. Tidak menyalahkan diri sendiri

Rasa bersalah, marah, malu, sedih, kecewa hingga mengasihani diri sendiri secara berlebihan merupakan beberapa efek yang timbul dari rasa trauma, hal itu akan menyulitkan proses pemulihan, jadi cobalah untuk menerima apa yang sudah terjadi agar proses pemulihan dapat berlangsung lebih cepat.

  1. Mencari bantuan

Jika merasa kita tidak bisa mengatasi trauma sendiri, cobalah mencari bantuan kepada orang terpercaya, seperti teman, keluarga atau bisa mencoba berkonsultasi dengan profesional, baik psikolog maupun psikiater.

Langkah yang dapat dilakukan untuk orang lain:

  1. Berempati

Kita dapat berempati sebagai teman atau keluarga dengan mendengarkan dan mencoba membantunya. Sebisa mungkin kita harus menghindari memberikan respon yang cenderung membanding-bandingkan atau mengucilkan tentang kejadian yang sedang dialami.

  1. Mengajak beraktifitas positif

Individu yang sedang dalam kondisi tidak stabil secara psikis cenderung kehilangan minat untuk melakukan aktivitas atau bahkan terjerumus kepada hal-hal buruk, kita dapat mengajak mereka kembali melakukan hal-hal positif seperti self-care, self-love atau melakukan aktivitas yang disenangi dan tidak lupa untuk selalu menjaga pola tidur dan makan makanan bergizi secara teratur.

  1. Mencari pertolongan profesional

Terkadang persoalan yang dialami rasanya terlalu sulit untuk diselesaikan sendiri, jika hal-hal tersebut sudah dilakukan dan belum cukup membantu untuk pulih dari trauma, kita bisa memberikan saran untuk mencari bantuan ke psikolog atau psikiater agar membantu proses pemulihan.

Sayangnya, banyak orang enggan untuk meminta bantuan kepada profesional karena stigma masyarakat yang kurang baik terhadap orang-orang yang datang mengunjungi psikolog atau psikiater.

Gangguan psikologis jika tidak ditangani dampaknya akan sama dengan penyakit fisik, tentunya akan mengganggu produktivitas seseorang. Seperti sedih atau rasa tertekan yang berkepanjangan dapat mengganggu fisik, contohnya kepala yang terasa pusing atau rasa nyeri di dada.

Jika kamu merasa tidak mampu untuk menyelesaikan masalah sendiri dan membutuhkan pandangan dari sisi yang berbeda atau sekedar mencari tempat bercerita jangan ragu dan tidak perlu malu untuk datang menemui profesional, karena praktik di dunia nyata mungkin akan lebih sulit dilakukan. (Ra)

Artikel ini telah dibaca 110 kali

badge-check

Penulis

Comments are closed.

Baca Lainnya

Masihkah Seni Dibutuhkan di Aceh?

2 February 2025 - 10:35 WIB

Seni Rupa Aceh dalam Hadih Maja: Menggali Relasi Seni Rupa dan Sastra Tradisional

27 January 2025 - 21:51 WIB

Menanti Kedatangan Simbol Kebudayaan RI; Fadli Zon, di ISBI Aceh

8 January 2025 - 07:55 WIB

Refleksi 20 Tahun Pasca Tsunami: Menata Kembali Seni dan Budaya yang Hilang

5 January 2025 - 06:26 WIB

Revisi Konsep Kemiskinan dalam Ekonomi Islam

27 December 2024 - 14:57 WIB

Menata ISBI Aceh 2025 Menuju Institusi Pendidikan Seni Berstandar Internasional

27 December 2024 - 06:30 WIB

Trending di OPINI