class="post-template-default single single-post postid-2395 single-format-standard wp-custom-logo" >

Menu

Mode Gelap
Pj Keuchik Belum Dicopot, Kisruh Tumpok Teungoh Belum Berakhir Ilmuwan Berhasil Kembangkan Otak Simpanse Tercanggih Ratusan Tenaga Non-ASN Desak Diangkat P3K Penuh Waktu DPR Aceh Segera Panggil BKA PNL dan PGE Sepakat Pengembangan SDM Migas Unggul Pj Wali Kota dan Kapolres Lhokseumawe Ikut Vicon Rakor Ketahanan Pangan 2025

DAERAH · 13 Dec 2016 09:56 WIB ·

Penjaga Kitab Warisan Ulama


 TATA MANUSKRIP: Masykur menata kembali manuskripnya dalam lemari yang sempat berhamburan saat gempa Rabu 7 Desember 2016.
ARIFUL USMAN/RAKYAT ACEH Perbesar

TATA MANUSKRIP: Masykur menata kembali manuskripnya dalam lemari yang sempat berhamburan saat gempa Rabu 7 Desember 2016. ARIFUL USMAN/RAKYAT ACEH

ULAMA Aceh mewariskan tujuh kitab, sejak tahun 1700an. Isinya, kebiasaan yang terjadi bila gempa melanda. Pekan lalu, kala Pidie Jaya berguncang, kitab-kitab itu berserakan. Seorang remaja setia menjaganya.

ARIFUL USMAN-RACHMAD RAMADHANI

Tak lazim, Nur Asiah menghubungi Masykur (19) putranya di Banda Aceh jelang subuh. Pekan lalu, peristiswa besar mendesaknya agar segera mengirim kabar. Pusat gempa di kampung halamannya, Pidie Jaya. “Lemari jatuh, kitab-kitab berhamburan beserta keramiknya!”

Terang Mahasiswa Ilmu Sejarah UIN Ar-Raniry itu gusar. Seluruh keluarganya memang selamat dari gempa berkekuatan 6,5 Skala Richter (SR), pekan lalu. Namun kondisi kitab-kitab itu, membuatnya tak tenang. Walau gempa susulan masih sering terjadi, ia tetap pilih mudik ke Gampong Blang Glong, Kecamatan Bandar Baru, Pidie Jaya.

Misi utamanya, menyelamatkan warisan para ulama. Hingga hari ketiga paska gempa, ia masih sibuk mengumpulkan lembaran-lembaran manuskrip yang berserakan.

Dua buah kitab, tentang makna gempa yang terjadi di Aceh lengkap dengan waktunya. Lima kitab lainnya, sudah tercecer dan harus diatur ulang susunannya.

“Aceh memang daerah yang dekat dengan gempa, bahkan dalam kitab ini, ulama masa silam sudah mencatat kejadian-kejadian yang terjadi usai gempa,” kata Masykur. Manuskrip yang paling tua, Masykur menunjukkan tahun 1700-san M, satu lainnya abad 18 M.

Dalam pemaknaan gempa, putra pasangan Syafruddin dan Nur Asiah itu tidak sepakat kalau disebut sebagai ramalan, karena menurutnya yang tercatat dalam manuskrip adalah rekaman masa lalu.

“Bukan ramalan, tapi kebiasaan -adat yang terjadi, usai gempa di waktu tertentu. Misalnya, seperti gempa subuh lalu, itu tercatat dalam tujuh manuskrip -kitab kuno yang saya punya, bahwa akan terjadi kelaparan di dalam negeri. Ini dicatat karena di masa silam, pernah mengalami hal yang serupa,” jelasnya.

Dalam pemaknaan gempa yang terjadi Rabu 7 Desember 2016. Tertulis dalam kitab, jika gempa terjadi pada waktu subuh, bulan rabiul awal, maka alamatnya lapar isi negeri. “Beberapa tulisan, menunjukkan waktu hari, ada juga dalam bulan.”

“Dan jika pada waktu duha sampai siang, alamatnya orang jauh akan datang ke negeri ini. Dan jika gempa pada waktu ashar, maka banyak anak-anak akan mati, dan segala binatangpun mati, dan jika pada waktu isya, maka alamatnya tidak baik, maka hendaklah memberi sedekah kepada fakir dan miskin,” Masykur membacakan isi salah satu manuskripnya.

Sejak usia 17 tahun, pria bernama lengkap Masykur Bin Syafruddin, sudah mengoleksi ratusan manuskrip Aceh. Banyak pihak, mulai dari Malaysia hingga Eropa yang ingin membeli naskah kuno miliknya, namun tidak pernah diperjualnya.
Manuskrip-manuskrip yang disimpannya, ada 370, kebanyakan tertulis dalam bahasa Arab Jawi, kemudian bahasa Arab dan bahasa Turki. Selain itu, Masykur juga mengoleksi koin-koin, senjata dan keramik peninggalan, sebagian juga ikut pecah akibat gempa.

Umumnya isi naskah koleksinya tentang agama, fiqih, tasawuf, dan tauhid. Juga ada ilmu pengobatan dan ilmu perbintangan -falaq yang sangat banyak dijumpai dalam naskah kuno Aceh. Selain naskah hikayat dan sejarah.

Masykur ikut menceritakan, proses dirinya mengumpulkan naskah-naskah kuno itu, ia mengaku tertarik untuk menyelamatkan peninggalan Aceh tersebut. “Saya mendatangi rumah-rumah yang saya ketahui menyimpan manuskrip, sebagian saya beli, dan sebagian lain, menghibahkan pada saya oleh pemiliknya. Namun, saya tetap memberi mereka harga,” ujarnya.

Manuskrip-manuskrip itu kini harus ditata ulang, agar tetap dihimpun pelajarannya. Diantara gempa-gempa susulan Masykur setia menjaga. (mai)

Artikel ini telah dibaca 16 kali

badge-check

Penulis

Comments are closed.

Baca Lainnya

PIM Catat 47.890.368 Jam Kerja Selamat

15 January 2025 - 15:50 WIB

PIM Catat 47.890.368 Jam Kerja Selamat

15 January 2025 - 15:43 WIB

PNL dan PGE Sepakat Pengembangan SDM Migas Unggul

15 January 2025 - 10:19 WIB

Pj Wali Kota dan Kapolres Lhokseumawe Ikut Vicon Rakor Ketahanan Pangan 2025

14 January 2025 - 19:31 WIB

Kumpulkan 111 K antung Darah dari Kolaborasi Kyriad Muraya Hotel Aceh & Rindam PD Iskandar Muda

14 January 2025 - 16:20 WIB

Pupuk Subsidi Dapat Ditebus oleh Petani yang Terdaftar dalam E-RDKK

14 January 2025 - 10:12 WIB

Trending di DAERAH