Meulaboh – Pencemaran limbah batu bara di pantai Desa Peunaga Pasie, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat terus mengundang perhatian publik. Tanggapan warga terus melebar. DPD-HIPPI Aceh, malah desak Pemerintah untuk segera melakukan uji laboratorium ‘sampah’ batu bara.
“Terkait masalah pencemaran limbah batu bara di pantai Desa Peunaga Pasie. Pemerintah melalui instansi terkaitnya wajib melakukan uji laboratorium kadar kalori, agar diketahui perusahaan mana yang berhak bertanggungjawab dalam Masalah ini,” tuntutan Ramu Indra Sekjen Himpunan Pemuda Pertambangan Indonesia
Dewan Pimpinan Daerah (DPD-HIPPI) Aceh, Kamis (5/9) dalam rilisnya.
Pernyataan ini disampaikan Ramu, agar dapat memastikan limbah batu bara milik siapa yang tercecer di tepian pantai. “Ada dua perusahaan yang melakukan kegiatan yang sama terkait aktivitas batu bara, yakni PLTU Nagan Raya dan PT. Mifa Bersaudara. Jadi hasil uji lab yang bakalan dilakukan pemerintah akan berhasil mengetahui, ‘sampah’ batu bara itu milik siapa itu,” sebutnya.
Hasil uji Lab ini, sambung Ramu, akan dapat memastikan jumlah kadar kalori batu bara yang tercecer di pantai. “Gampang saja, jika temuan kadar kalori 4200 kkal/kg, berarti itu milik PLTU. Namun jika kalori 3000 kkal/kg otomatis itu milik PT. Mifa Bersaudara,” rincinya.
Dengan adanya hasil uji lab ini, Ramu menuturkan, tidak akan ada lagi tingkah dari kedua perusahaan yang terkesan melempar tanggung jawab, lantaran telah terjawab dari temuan hasil laboratorium. Meskipun demikian, DPD – HIPPI Aceh mengaku sempat kecewa dengan sikap kedua perusahaan yang terkesan saling lempar handuk.
Selain saran kepada pemerintah, Ramu juga mengharapkan DPRK Aceh Barat agar memanggil kedua belah pihak perusahaan, demi meminta komitmen pertanggungjawaban dari kasus dugaan pencemaran pantai Peunaga Pasie Meureubo.
Terpisah, Wakil Kepala Teknik Tambang PT Mifa Bersaudara, Indra Basudewa, didampingi External Relations, CSR & Corcomm Senior Manager, Azizon Nurza, saat menjawab pertanyaan wartawan, mengakui adanya keadaan ceceran batu bara di pantai. “Kami juga sedang kerjasama dengab PLTU untuk membicarakan masalah ini, hingga upaya pembersihan dengan melibatkan panglima laut, jawabnya.
Dijelaskan Indra, memang batu bara dapat saja muncul di tepian pantai, dan seketika dapat juga hilang, kondisi demikian dipengaruhi dengan keadaan gelombang laut yang sedang terjadi.
Namun, sambung Indra, pihaknya akan tetap melakukan pembersih secara tradisional bersama warga, dengan cara mengumpulkan ceceran batu bara menggunakan karung dan alat bantu lain.
Indra tidak berani membantah akan adanya potensi terjadi ceceran limbah batu bara, baik dari perusahaannya maupun perusahaan lainnya. Namun ia memastikan, dalam melakukan aktivitas kerja selalu berpedoman standar opersional prosedur (SOP) yang jelas hingga sangat minimalisir terjadinya ceceran batu bara. “Tentu kami (PT. Mifa Bersaudara) dan teman-teman PLTU memiliki SOP kerja yang bagus. Ini bisa jadi hanya ceceran semata,” perkiraannya.(den)