BANDA ACEH (RA) – Fenomena alam gerhana matahari cincin terlihat sempurna di Simeulue. Ribuan masyarakat tampak antusias menyaksikan fenomena langka tersebut.
Masyarakat dapat melihat langsung gerhana dipusatkan di halaman masjid Baiturrahmah, Kamis (26/12). Pengamatan ini difasilitasi tim Pemantau Falakiyah dari Kanwil Kementerian Agama (Kemenag) Aceh membagikan sekitar 500-an kacamata filter ND5, juga disediakan sebanyak 10 teleskop.
Secara umum gerhana matahari dimulai pukul 10.07.06 WIB, sementara gerhana matahari cincin terjadi pada pukul 11.53.51 WIB. Puncak cincin pukul 11.55.20 WIB dan akhir cincin pukul 11.56.54 WIB dan akhir gerhana pukul 13.54.38 WIB.
“Durasi gerhana total cincin dua menit lima puluh tiga detik,” terang Peneliti Falak dari tim Falakiyah Observatorium Tgk Chiek Kuta Karang Kanwil Kemenag Aceh, Alfirdaus Putra.
Saat momentum gerhana matahari terjadi, nuansa alam di Simeulue berubah. Dari cerah menjadi seolah-olah mendung, dan cahaya berubah kuning tembaga.
Di momen puncak, masyarakat terbagi dua. Ada yang di dalam masjid baru selesai melaksanakan salat sunah kusuf dan mendengarkan ceramah. Sementara yang lainnya, di halaman menyaksikan lewat peralatan yang telah disediakan.
Di luar itu, masyarakat juga bisa menyaksikan via layar tancap yang dihadirkan panitia. Bagi masyarakat di luar Simeulue, dapat pula menyaksikan lewat live streaming akun media sosial Kemenag Aceh.
“Aktivitas warga kita berjalan lancar, dan hari ini ratusan ribu atau mingkin ratusan juta pasang mata, menatap langit Kabupaten Simeulue, karena sedang berlangsung fenomena alam gerhana matahari cincin serta kita gelar juga shalat gerhana matahari di mesjid,” kata Bupati Erly Hasim, kepada Harian Rakyat Aceh, Kamis (26/12).
Untuk menyaksikan fenomena alam Kabupaten Simeulue itu, dipusatkan di areal mesjid Baiturrahmah Kota Sinabang, dengan menggunakan peralatan canggih milik Kanwil Kemenag Aceh, sebanyak 10 unit dan ratusan kacamata, yang dihadiri Kakanwil Kemenag Aceh, HM Daud Pakeh.
Selain dengan peralatan canggih itu yang dipergunakan silih berganti oleh warga Simeulue, mengamati fenomena di langit itu, ternyata ada warga lain yakni Yuslinur Loli (61), asal Desa Suka Maju, Kecamatan Simeulue Timur, menggunakan alat tradisional yang terbuat dari kaca yang diasapi, juga dapat melihat fenomena alam gerhana matahari cincin itu.
Sementara Muhammad Diyan P (9) salah seorang bocah di kota Sinabang, dengan wajah riang mengaku melihat gerhana matahari cincin melalui air yang dimasukan dalam ember besar.
“Saya ada lihat juga gerhana mataharinya, melalui air dalam ember penuh?,” katanya kepada Harian Rakyat Aceh.
“Situasi saat fenomena alam gerhana matahari dan pelaksanaan peringatan 15 tahun bencana alam tsunami aceh, berjalan lancar dan kondusif,” kata Kapolres Simeulue AKBP Ardanto Nugroho, melalui Wakapolres Kompol Raja Gunawan.
Kanwil Kemenag Aceh, Daud Pakeh dan Bupati Simeulue, Erly Hasyim ikut melihat langsung proses terjadinya gerhana matahari tersebut.
“Tadi disaksikan ribuan masyarakat melalui alat alat yang telah disiapkan, gerhana matahari cincin di langit Aceh bisa terlihat dengan baik disini dari mulai pertama hingga selesai,” kata Daud Pakeh.
Di lain sisi, Bupati Simeulue, Erly Hasyim berterimakasih kepada Kemenag Aceh yang telah memilih pulau Simeulue sebagai tempat observasi Gerhana Matahari Cincin.
Menurutnya, pemerintah Simeulue telah melakukan sosialisasi ke masyarakat terhadap peristiwa alam yang akan terjadi di bulan Desember ini.
“Dan hari ini kita melihat masyarakat sangat antusias, semoga dengan melihat kekuasaan dan keagungan Allah makin menambah keimanan dan rasa syukur kita,” ungkap Erly Hasyim.
Ribuan Masyarakat Simeleu Salat khusuf
Ribuan masyarakat Kabupaten Simelue menunaikan shalat khusuf (gerhana matahari cincin) yang melintasi langit wilayah kepulauan di Provinsi Aceh itu dengan sempurna, Kamis.
“Saya terpanggil untuk salat gerhana. Allah memperlihatkan kekuasaannya, mudah-mudahan ini menjadi pelajaran untuk anak kita agar lebih dekat kepada Allah SWT,” kata warga Simeulue Timur Muhammad Nasir menjelang menunaikan shalat di Masjid Baiturrahman Sinabang, Ibukota Kabupaten Simelue.
Warga lainnya, Sri Sunomi menyebutkan fenomena gerhana matahari cincin belum tentu dapat disaksikan kembali pada masa akan datang. Momen ini menjadi sarana belajar bagi anak-anak penerus bangsa.
“Sekalian pembelajaran, momen ini kan terjadinya lama. Jadi kebetulan bisa kita ajarkan kepada anak-anak fenomena ini terjadi di Simeulue, mereka bisa kita ajarkan langsung dengan adanya sarana-sarana yang disediakan,” katanya.
Sejak pukul 09.00 WIB, warga Simeulue dari lintas umur mulai berbondong-bondong menuju ke halaman Masjid Baiturrahmah Sinabang.
Mereka ingin menyaksikan secara langsung fenomena gerhana matahari cincin pada 2019 yang hanya terjadi dua wilayah di Aceh yakni Simeulue dan Kabupaten Aceh Singkil. Sedangkan daerah lain hanya gerhana matahari sebagian. (icm/ahi/ant/min)