LHOKSEUMAWE (RA) – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat telah terjadi deflasi atau penurunan harga barang dan jasa di Kota Lhokseumawe pada bulan Juli 2020 sebesar (-) 0,35% (month to month / mtm). Deflasi tersebut lebih dalam dibandingkan bulan Juni 2020 dan tercatat deflasi sebesar (-) 0,07% (mtm).
Data ini sebagaimana dirilis dan disampaikan BPS pada 3 Agustus 2020, kepada Bank Indonesia Perwakilan Lhokseumawe. Deflasi Kota Lhokseumawe pada bulan Juli 2020 menjadi yang terendah dibandingkan deflasi pada 2 kota lainnya yang menjadi perhitungan inflasi di Provinsi Aceh yaitu Kota Banda Aceh sebesar (-)0,34% (mtm) dan Meulaboh sebesar (-)0,09% (mtm).
“Secara keseluruhan, Provinsi Aceh mengalami deflasi sebesar (-)0,31% (mtm), menurun dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat deflasi sebesar (-)0,19% (mtm). Selanjutnya, secara nasional terjadi deflasi sebesar (-)0,10% (mtm),”ucap Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Lhokseumawe, Yukon Afrinaldo.
Ia mengatakan, atas perkembangan tersebut maka inflasi tahunan Kota Lhokseumawe pada Juli 2020 mencapai 0,47% (year on year/yoy) atau rendah terkendali di bawah kisaran sasaran inflasi Pemerintah sebesar 3,0% ±1% (yoy). Deflasi di Kota Lhokseumawe pada bulan Juli 2020 terutama bersumber dari penurunan harga pada kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan andil sebesar (-)0,46%.
Sementara kelompok perawatan, pribadi dan jasa lainnya mengalami inflasi, atau kenaikan harga secara umum, dengan andil sebesar 0,10%. Sebut Yukon, ada lima komoditas yang mengalami penurunan harga dan memberikan andil deflasi terbesar di Kota Lhokseumawe yakni daging ayam ras (andil: -0,38%), bawang merah (-0,18%), udang basah (-0,07%), jeruk (-0,03%) dan ikan kembung (-0,01%).
“Penurunan harga pada bulan Juli 2020 dipengaruhi oleh normalisasi harga daging ayam ras pasca berakhirnya kondisi abnormal pada bobot anak ayam (DOC) di bulan sebelumnya,”ungkapnya. Selain itu, lanjut dia, harga bawang merah juga menurun sejalan dengan adanya tambahan pasokan dari Sigli. Adapun harga udang basah mengalami penurunan disebabkan pasokan yang tetap stabil di tengah permintaan dari masyarakat dan usaha makan minum yang masih rendah sebagai dampak dari pembatasan dalam rangka pencegahan Covid-19.
Di sisi lain, terdapat beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga dan memberikan andil inflasi diantaranya cabai merah (andil: 0,10%), emas perhiasan (0,08%), ikan tuna (0,06%), telur ayam ras (0,03%), dan cabai rawit (0,03%). Kenaikan harga cabai merah dan cabai rawit didorong oleh berkurangnya pasokan pasca berakhirnya panen di beberapa sentra produksi lokal yang juga mempengaruhi harga tebus di pedagang. Selain itu, harga emas perhiasan meningkat sejalan dengan kenaikan harga emas dunia yang cukup tinggi. Sementara itu, kebutuhan telur ayam ras meningkat antara lain untuk kebutuhan bantuan sosial di tengah pasokan yang menipis.
“Kedepan, inflasi akan tetap dijaga sehingga berada pada sasaran inflasi 2020, yaitu 3,0±1%. Untuk itu, koordinasi antara Pemerintah, Bank Indonesia dan lembaga terkait yang tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus diperkuat dalam menghadapi sejumlah risiko yang dapat mendorong kenaikan harga,”kata Yukon dalam relisnya kepada Rakyat Aceh, kemarin. (arm/ra)