Harianrakyataceh.com – Tim sepakbola PON Aceh akan menghadapi PON Kalimantan Timur (Kaltim) pada laga terakhir, pada penyisihan Grup C di PON XX Papua 2021. Laga tersebut sangat penting bagi anak asuh Fakhri Husaini.
Tak ada kata lain bagi Aceh, selain meraih kemenangan. Bila tidak, Alvin Abdul Halim Nst cs harus pulang. Pertandingan hidup mati tersebut berlangsung di Stadion Barnabas Youwe, pukul 13:00 WIT atau 15:00 WIB, Sentani, Senin (4/10).
Tim pelatih yang berasistentakan Azhar-Mukhlis Rasyid-Amiruddin sudah melakukan sejumlah persiapan. Selain mengevaluasi kekurangan kala takluk dari PON Sulawesi Utara (Sulut), mereka juga telah menyaksikan langsung permainan PON Kaltim saat melawan PON Sulut.
PON Kaltim memiliki senjata andalan lewat salah seorang penyerang sayapnya. Selain itu, empat bek mereka tampil cukup solid dan rapi. Kondisi itu merupakan catatan tersendiri bagi Muharrir, Rezal Mursalin, Akhilul Wahdan untuk memanfaatkan celah.
Kemenangan menjadi harga mati, agar tim sepakbola PON Aceh yang memang sejak awal punya target tinggi, tidak angkat koper dari Tanah Papua. Karenanya, Muzakir cs wajib mengerahkan segala kemampuan terbaik. Ketenangan masih menjadi PR besar bagi tim kebanggaan Serambi Mekkah itu.
Saat ini, Sulut dan Kaltim masing-masing sudah mengantongi tiga poin. Kecuali Bengkulu, yang memang sejak awal tidak berangkat ke Papua. Jika PON Aceh menang atas Kaltim 1-0, maka Aceh bisa melanjutkan perjalanan ke babak berikutnya, sebagai runner-up.
Ketenangan, Kecerdasan dan Militansi
Salah satu hal paling mencolok dari performa anak asuh Fakhri Husaini saat kalah dari Sulut adalah ketenangan. Para pemain, terlalu terburu-terburu dalam membangun serangan. Akibatnya, bola yang sudah dikuasai acap kali hilang begitu saja.
Kehilangan bola yang mudah, memberikan kesempatan bagi lawan untuk melancarkan serangan balik. Dua gol lawan Sulut, semuanya didapat via serangan balik. Hal tersebut, tak boleh lagi terulang saat menghadapi Kaltim.
Lebih dari itu, kehilangan bola yang sering sebab gugup, sesungguhnya Aceh kehilangan identitas. Selama ditangani Fakhri Husaini, tim PON Aceh terkenal kuat penguasaan bola. Itu juga ciri khas dari setiap tim yang diarsiteki eks pelatih timnas Indonesia tersebut.
Terakhir, Fakhri Husaini sempat menyoroti militansi Fahrizal, Jamaluddin, Kautsar dkk saat melawan Sulut. Anak asuhnya, meskipun telah berusaha yang terbaik, namun militansi dinilai masih kurang. Ia berharap, militansi penggawa Aceh bisa meledak saat menghadapi Kaltim.
Waktunya Gelandang Buktikan Diri
Gelandang PON Aceh dianggap belum tampil dalam perfoma terbaiknya di laga perdana kemarin. Koneksi antara Khairil, Ridha Umami dan Alvin belum berjalan rapi. Ketiganya, sering berjarak bahkan beberapa kali salah komunikasi.
Khairil yang diplot sebagai holding, terlampau sering melakukan kesalahan passing. Secara transisi negatif, pemain yang terkenal kuat itu, selalu berhasil merebut bola. Setelahnya, melakukan passing yang salah. Sementara Alvin, praktis tak terlihat perannya di babak pertama. Di babak kedua, baru sedikit tampak.
Di lain sisi, Ridha Umami yang terkenal punya akurasi di atas rata-rata dan memiliki kreatifitas, meskipun sempat memberikan beberapa umpan kunci, performanya juga belum optimal. Selain itu, plan B melakukan shooting dari luar kotak, juga jauh dari harapan.
Menghadapi PON Kaltim, tim pelatih punya peluang untuk bereksperimen dengan merotasi pemain, terutama sektor gelandang.
Gelandang lincah, Editia Darma yang punya ‘liukan licin’ berkesempatan besar untuk diturunkan. Keberadaannya, diharapkan bisa menusuk ke kotak pinalti dan mengubah jalan pertandingan.
Variasi dan kreatifitas merupakan kunci untuk membongkar solidnya pertahanan Kaltim. PON Aceh harus lebih cerdas dan menghindari terlalu Muzakir sentris. Satu hal lain yang patut diwaspadai adalah kecolongan di babak awal. (icm)