Indonesia Bebas Resesi?
Perbesar
Ulya Faizah
Oleh: Ulya Faizah
Pastinya kita sudah tidak asing lagi dengan istilah resesi. Resesi masih menjadi sebuah topik hangat yang diperbincangkan oleh banyak pihak. Sebenarnya apa sih itu resesi? Apakah Indonesia bebas resesi? Sederhananya resesi adalah kondisi perekenomian negara yang sedang memburuk dan dapat berlangsung cukup lama.
Hal ini diakibatkan oleh PDB (Produk Domestik Bruto) suatu negara yang mengalami penurunan selama dua kuartal hingga berlangsung secara terus-menerus.
Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani memastikan bahwa resesi tidak akan terjadi pada Indonesia menurut prediksi Dana Moneter Internasional atau IMF. Hal ini masih kemungkinan, sehingga isu resesi belum dipastikan akan terjadi di Indonesia atau tidak.
Mengapa demikian? karena tahun 2023 masih belum berakhir. Beberapa pihak menyatakan bahwa ekonomi Indonesia tidak akan mengalami resesi, walaupun ekonomi global sedang mengalami keterpurukan, tetapi kita juga belum dapat memastikannya.
Sampai dengan berita ini diterbitkan pada April 2023, kondisi perekonomian Indonesia masih terbilang aman dari resesi ekonomi. Hal yang sangat menguntungkan bagi Indonesia untuk dapat terbebas dari resesi ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dipengaruhi oleh permintaan domestik atau konsumsi rumah tangga.
Apalagi dengan mulai beralihnya era pandemi Covid-19 ke endemi, yang mengakibatkan mobilitas dan semangat masyarakat mulai terlihat. Kondisi tersebut sangat membantu dalam pemulihan ekonomi Indonesia yang sempat melemah selama pandemi Covid-19.
Nilai ekspor tahunan di Maret 2023 mengalami kontraksi, setelah ada perlambatan pada Februari 2023. Penuruan nilai eskpor di bulan Maret 2023 sebesar 11,33%. Hal ini tidak terlalu berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia, karena terjadinya penurunan disebabkan harga komoditi nonmigas yang mengalami penurunan dan juga nilai ekspor ke negara-negara yang mengalami inflasi tinggi mengalami penurunan.
Sedangkan nilai investasi asing yang menurun disebabkan adanya pengaruh ekonomi global. Ancaman resesi global membuat banyak negara menahan diri untuk melakukan investasi. Kenaikan suku bunga the Fed akan berdampak yang cukup signifikan terhadap perbankan di Indonesia, dimana akan menjadi pemicu terhadinya arus modal keluar dari pasar uang.
Kondisi tersebut akan mengakibatkan depresiasi terhadap mata uang rupiah terhadap dollar U$ dengan melemahnya nilai mata uang rupiah, maka hutang Indonesia dalam mata uang dollar U$ akan terus meningkat, tetapi dengan catatan tidak adanya nilai lindung (hedging) terhadap transaksi yang menggunakan mata uang dollar U$.
Namun apabila ada nilai lindung, maka nilai dollar U$ yang harus dibayarkan ketika jatuh tempo sudah ditentukan dan biasanya hal ini dilakukan pada awal transaksi, sehingga nilai hutang Indonesia tidak akan berpengaruh dengan kenaikan suku bunga the Fed serta menurunnya nilai tukar rupiah.
Menurut data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) jumlah tenaga kerja yang terkena imbas PHK di tahun 2022 menurun dibandingkan dengan tahun 2021. Sejak kuartal IV tahun 2022, pemulihan ekonomi Indonesia mulai pelan-pelan bangkit, perusahaan yang sempat mati suri kembali menggerakkan bisnisnya, dan ini juga yang menyebabkan penyerapan tenaga kerja mulai meningkat pada awal kuartal I hingga kuartal II tahun 2023.
Melihat kondisi perekonomian Indonesia saat ini, dapat dikatakan bahwa Indonesia masih aman dan bebas dari resesi. Namun tentunya perubahan yang dinamis dalam segala aspek dapat mempengaruhi ekonomi Indonesia, baik internal maupun eksternal masih harus diwaspadai. Ekonomi Indonesia dapat mengalami resesi ketika gejolak ekonomi global tidak mampu diantisipasi dengan baik.
Melalui stimulus perekonomian seperti bantuan sosial kepada masyarakat kurang mampu dan juga insentif pajak sangat diharapkan daya beli masyarakat dapat dipertahankan sehingga konsumsi rumah tangga yang sangat berpengaruh bagi petumbuhan ekonomi Indonesia tetap terkendali dengan aman.
Bank Indonesia sebagai Bank Sentral serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga mengeluarkan instrumen kebijakan makroprudensial dan mikroprudensial yang memiliki tujuan untuk dapat menjaga stabilitas keuangan di dalam negeri. Sehingga Indonesia dapat terhindar dari krisis keuangan dan resesi ekonomi.
Instrumen kebijakan ini memprioritaskan sektor ekonomi menengah dan kecil untuk dapat kembali menjalankan usahanya melalui pendanaan dari perbankan dengan memberikan kemudahan dan keringanan, baik dalam persyaratan maupun bunga. Hal ini agar proses pemulihan ekonomi serta ketahanan ekonomi Indonesia dapat diandalkan dalam menghadapi resesi ekonomi.
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa Indonesia bebas dari resesi belum dapat dipastikan, apalagi saat ini baru berada pada kuartal II tahun 2023. Namun, semangat masyarakat Indonesia dan seluruh pemangku kepentingan sangat dibutuhkan untuk bekerjasama dalam menjaga perekonomian Indonesia agar dapat bertahan dan mampu melewati tahun gelap ini dengan baik agar Indonesia benar-benar terbebas dari resesi. Semoga tulisan ini dapat memberikan pengetahuan dan informasi kepada masyarakat hendaknya mengenai persoalan resesi di Indonesia.
Penulis, Mahasiswi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Politik dan Ilmu Sosial Universitas Syiah Kuala.
Artikel ini telah dibaca 30 kali
Baca Lainnya
Trending di OPINI