Oleh, dr. Eka Mulyana
TROMBOSIS merupakan kondisi serius yang sangat umum terjadi, namun sering tidak disadari. Kondisi ini menjadi penyebab satu dari empat kematian manusia di dunia setiap tahun. Oleh karena itu, hari trombosis sedunia diperingati sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat, serta memusatkan perhatian terhadap kondisi trombosis yang sering terabaikan.
Peringatan hari trombosis sedunia alias World Thrombosis Day (WTD) jatuh padatanggal 13 Oktober. Tanggal tersebut dipilih sebagai bentuk penghormatan kepada seorang pelopor patofisiologi trombosis, Rudolf Virchow yang merupakan hari ulang tahunnya. Rudolf Virchow adalah seorang dokter, ahli patologi, ahli biologi, sejarahwan dan politikus Jerman. Virchow memperkenalkan konsep “trombosis” dan mengembangkan pemahaman kita tentang kondisi ini.
Seorang konsultan hematologi klinis dan anggota pendiri komite pengarah hari trombosis sedunia, Profesor Beverly Hunt menungkapkan bahwa bekuan darah yang terjadi pada masyarakat merupakan masalah kesehatan universal. “Dalam sebuah studi besar yang disponsori WHO, gumpalan darah menyumbang lebih banyak kematian dan kecacatan di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah”, imbuhnya.
Pernahkah anda mendengar istilah trombosis?
Apa itu trombosis? Trombosis adalah suatu kondisi terbentuknya satu atau lebih gumpalan darah yang terjadi di dalam pembuluh darah. Gumpalan darah ini dapat menghalangi aliran darah dan dapat terlepas dari pembuluh darah, sehingga dapat
menyebabkan aliran darah tersumbat. Pada keadaan normal, darah akan membentuk gumpalan bila terjadi perdarahan sehingga pembuluh darah yang robek dapat menutup. Namun, bila anda mengalami trombosis, darah akan menggumpal pada suatu area dalam pembuluh darah walaupun tidak ada perdarahan.
Istilah medis lain yang digunakan untuk menggambarkan penyebab sumbatan aliran darah, yaitu emboli. Karena sama-sama mengganggu aliran darah, banyak orang awam yang sulit membedakan trombosis dan emboli. Perbedaannya adalah trombosis merupakan kondisi etika aliran darah terhambat lantaran adanya darah yang menggumpal. Sedangkan emboli adalah penyumbatan aliran darah yang tidak hanya disebebkan oleh gumpalan darah, namun bisa juga akibat adanya gelembung udara, lemak dan lain sebagainya.
Seiring berjalannya waktu, trombosis berpotensi untuk menyebabkan perubahan keadaan yang cepat menjadi gawat darurat dan dapat berujung kematian. Trombosis dapat menyerang segala usia, ras, jenis kelamin, dan etnis. Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), trombosis terbagi menjadi dua jenis, yakni trombosis arteri dan tombosis vena. Trombosis arteri terjadi ketika bekuan darah menyumbat pembuluh nadi (pembuluh darah yang membawa darah kaya oksigen dan nutrisi dari jantung ke seluruh tubuh), yang umumnya terjadi pada jantung (serangan jantung) dan otak (stroke). Sedangkan trombosis vena, yaitu gumpalan darah yang terbentuk di pembuluh balik, sehingga menghalangi aliran darah rendah oksigen dari tubuh ke jantung. Trombosis vena, juga dikenal sebagai tromboemboli vena atau VTE (venous thromboembolism), dimana setiap tahun, terdapat sekitar 10 juta kasus VTE di seluruh dunia. VTE terjadi ketika satu atau lebih gumpalan darah terbentuk di vena dalam. VTE paling sering muncul di kaki (deep vein trombosis). Gumpalan darah tersebut dapat bergerak dalam sirkulasi dan menetap di paru-paru, kondisi yang dikenal sebagai pulmonary embolism (PE).
Apa saja gejala trombosis?
Gejala trombosis yang ditimbulkan bisa berbeda dan cenderung bervariasi. Pada tahap awal, mungkin belum menunjukkan gejala apapun. Gejala akan muncul bila pembuluh darah sudah mengalami gangguan akibat sumbatan/bekuan darah. Akibat karena jarang diketahui, banyak dari penderita trombosis baru menyadari setelah mengalami komplikasi. Pada tahap lanjut, gejala trombosis dapat muncul tergantung pada jenis dan lokasi pembuluh darah mana yang dipengaruhi. Tetapi, secara umum gejala trombosis di antaranya, nyeri pada lengan atau kaki yang disertai bengkak, hangat atau terasa kebas, nyeri dada, sesak nafas, sakit kepala, keringat dingin, kesulitan berbicara, gangguan keseimbangan, sebelah sisi tubuh melemah (mati rasa), perubahan kondisi mental secara tiba-tiba, hingga batuk darah.
Apa saja penyebab trombosis dan faktor risikonya?
Faktor risiko atau kondisi medis tertentu yang bisa menyebabkan trombosis pada umumnya sama pada trombosis arteri maupun vena, yaitu memiliki riwayat keluarga yang mengalami gangguan pembuluh darah, menjalani terapi hormon atau pemakaian kontrasepsi hormonal (misalnya, pil KB), hamil, kelainan darah (seperti trombofilia, hiperkoagulabilitas), penggunaan kortikosteroid, cedera pada dinding pembuluh darah setelah trauma (seperti operasi, infeksi, patah tulang, atau trauma lainnya), kurang aktivitas (imobilitas lama), usia tua diatas 60 tahun, merokok, berat badan berlebih (obesitas), hipertensi (tekanan darah tinggi), kolesterol tinggi, diabetes, pola makan tidak sehat, serta mengidap penyakit kanker, jantung, paru-paru, atau penyakit Crohn (peradangan usus).
Bagaimana trombosis terbentuk dalam pembuluh darah?
Pada trombosis arteri, terjadi pengerasan pada dinding pembuluh darah arteri yang disebut dengan istilah aterosklerosis. Fenomena ini terjadi akibat akumulasi dari berbagai faktor risiko, termasuk kondisi dan gaya hidup yang tidak sehat. Aterosklerosis terjadi ketika sisa-sisa lemak dan kalsium menumpuk pada dinding arteri. Penumpukan tersebut lama-kelamaan akan menebal dan mengeras, sehingga membentuk gumpalan yang disebut dengan plak. Plak tersebut dapat mengganggu aliran darah di pembuluh arteri. Plak ini bisa pecah sewaktu-waktu, sehingga trombosit atau keping darah akan berkumpul dan melakukan proses penggumpalan darah untuk mengatasi kerusakan pada dinding arteri. Gumpalan darah tersebut berisiko menyumbat aliran darah pada pembuluh arteri. Sementara itu, beberapa proses yang terlibat dalam pembentukan trombosis vena, antara lain:
- Kurang aktif bergerak dapat menyebabkan aliran darah melambat. Hal ini mungkin terjadi bila kita bekerja dalam posisi duduk terlalu lama, berada dalam kondisi sakit atau setelah operasi dan harus berada di tempat tidur untuk waktu yang lama, atau jika bepergian untuk waktu yang lama.
- Darah mengalami pengentalan atau terjadi gangguan daya beku darah.
Beberapa kondisi yang diwariskan secara genetik dapat meningkatkan risiko penggumpalan darah, seperti trombofilia atau hiperkoagulabilitas. Penderita kanker, individu yang menjalani terapi hormon atau penggunaan pil KB juga dapat meningkatkan risiko terjadinya penggumpalan darah.
- Pembuluh darah mengalami cedera atau terjadinya kelainan lapisan pada
dinding pembuluh darah. Luka yang terbentuk akibat proses atau reaksi yang dapat merusak pembuluh darah, seperti operasi, luka serius, peradangan, dan gangguan sistem imun.
Bagaimana cara mencegah dan mengatasi trombosis?
Mengenali risiko trombosis yang ada pada diri, dapat membantu kita mencegah trombosis. Mengenali gejalanya dapat membantu kita dalam mendapatkan penanganan lebih awal, serta mencegah komplikasi atau perburukan yang dapat terjadi.
Kita dapat memulainya dengan beberapa tindakan pencegahan, seperti olahraga yang teratur, menjaga berat badan tetap ideal, tidak merokok, menjaga pola makan sehat dan seimbang, menjaga tekanan darah, kolesterol, dan gula darah stabil, rutin memeriksa kesehatan, serta menangani risiko dan penyakit yang dapat memicu terjadinya trombosis.
Cara mengatasi trombosis disesuaikan dengan kondisi kesehatan secara keseluruhan dan tingkat keparahan penyakit. Dokter biasanya merekomendasikan terapi obat pengencer darah, pemasangan kateter atau tabung tipis (untuk memperlebar pembuluh darah), pemasangan stent (kawat penahan pembuluh darah yang tersumbat), serta pemberian terapi obat pelarut gumpalan darah.
Namun, tindakan pencegahan dan perawatan dari rumah sakit saja tidak cukup. Pasien juga harus proaktif berkonsultasi ke layanan kesehatan untuk mengetahui langkah-langkah apa saja yang harus diambil untuk mengidentifikasi dan mencegah pembekuan darah. Selama menjalani rawat inap dan bila sudah diizinkan pulang, pasien harus waspada terhadap tanda dan gejala pembekuan darah. Kita harus selalu waspada karena gejala trombosis bisa mirip dengan masalah kesehatan lainnya. Konsultasikan ke dokter jika anda merasakan gejala atau tanda-tanda bekuan darah dalam tubuh anda.
Penulis adalah Mahasiswa Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala dan Dokter Umum Rumah Sakit Pertamedika Ummi Rosnati Banda Aceh